Kok Ngga Sedih Sih??

19 December 2006 | comments

Tinggal hitungan hari, saya dan suami insya Allah berangkat menunaikan ibadah haji. Sementara kami pergi, si Mushab saya titipin di rumah kawan. Kawan saya itu seorang ibu dengan tiga anak gadis, dan seorang perjaka kecil kelas 4 sd.

Nah, si mushab ini lengkeeeeett banget sama si fadl, perjaka kecil itu. Biasalah, si Mushab paling ngefans sama anak-anak yang lebih besar dari dia. Sejak berbulan-bulan sebelumnya, rencana naik haji ini sudah saya dan suami sampaikan ke Mushab, begitu juga dengan rencana 'penitipan' dia di rumah Fadl.

Tadinya saya pikir, tu anak bakal sedih ditinggalin ortunya barang dua mingguan. Tapi ternyata, dia hepi hepi aja tuh :D Apalagi sudah beberapa kali sabtu minggu, dia diinepin di sana, dalam rangka latihan nginep. Dan setiap pulang dari nginep, cuma satu pertanyaan yang keluar dari mulut saya, "Mushab kangen ngga sama Mama?", sambil dalam hati saya berharap dia menjawab...."Iyaaaa, Mushab kangeeeeeeenn banget sama Mama"..lalu saya dipeluknya erat-erat.

Ternyata, sebaliknya, dengan santainya dia ngomong....."Ngga, zenzen ngga kangen. Mushab kan senang di sana, main terus sama Fadl", jawab si Mushab dengan muka innocent. Gubrakkk!! Bener-bener deh,...khayalan saya yang membayangkan peristiwa seperti di film india langsung hancur berkeping-keping.....

Dan tanya jawab seperti ini, berulang-ulang terus dengan latar dan waktu yang berbeda-beda dan dengan sad-ending yang sama :( Saya jadi penasaran banget. Masak sih ni anak udah mati rasa sama emaknya, sampe ngga ada perasaan kehilangan. Padahal setau saya, si Mushab itu sensitif banget.

Seperti waktu itu. Pernah satu kali, kita sekeluarga nonton dvd tentang petualangan ke dasar bumi. Si Mushab dari awal enjoy banget nontonnya. Sampai di satu adegan yang menggambarkan kematian seorang awak roket dalam perjalanan menuju dasar bumi. Teman-teman si awak ini begitu bersedih dan menangis hebat sambil memandang sebuah buku kecil. Buku kecil itu memuat foto sang awak bersama isteri dan anak lelakinya yang masih kecil. Di samping foto ada tulisan anaknya, I love you Dad. Setelah adegan itu, saya dan suami, masih khusyuk menonton. Tanpa saya sadari, sesosok tubuh kecil di samping saya sudah dalam keadaan menelungkup, dengan badan yang terguncang-guncang..... "Mushab...kenapa sayang?" Si Mushab meluruskan badannya, dan dengan sesenggukan menjawab... "Mushab takut Papa mati. Huaaaaaa....", dia menjerit dengan kencang. Abis itu, dia ngga mau ngelanjutin nonton filmnya. Jadinya malah minta bobo sambil peluk-pelukan bertiga...hehehe

Nah, dari situ saya pikir, dia bakal sedih juga kalo ditinggal selama beberapa minggu sama ortunya, terutama sama emaknya yang galak ini :D Tiba-tiba saya punya ide, gimana caranya menjatuhkan airmata si kecil... (kejam ya :D) Satu waktu, ketika dia lagi asyik sama mainannya, saya kembali mengulang dialog yang sama.....

"Nee, Mushab, sebentar lagi mama sama papa dah mo pergi haji loh....Mushab ngga sedih??"

"Nggg......sedih sih (tetep dengan tampang cuek bin dingin)... Tapi kan nanti Mushab sama Fadl desyou, jadi Mushab ngga sedih lagi, kan bisa main-main terus sama Fadl ..."

"Tapi Mushab, hmm, kalo pergi haji itu bisa jadi mama sama papa ngga pulang lagi....", saya tetep ngotot pengen ngeliat ni anak sedih....

"Iya ya?....."

=======================

Maap pemirsa, kepotong smp sini :(
Berhubung ini tulisan saya yg ngga selesai, dan baru hari ini Mei 2009 saya update....jadinya ya...begitu aja. Saya juga udah lupa, lanjutan dialognya kyk apa....huuu...penonton kecewa.
Duh, makanyeee....kl nulis ampe selesai napah....jangan ditinggalin.....

Mall Jamur

09 September 2006 | comments (13)

Selintas baca berita di internet, tentang pembukaan sebuah pusat perbelanjaan (lagi) di kawasan pusat Jakarta. Kabarnya sih, pusat perbelanjaan ini bukan seperti trade centre yang harganya murah meriah tapi pembeli harus berdesak-desakan untuk berbelanja *kayak yang di Mangga Dua itu loh*. Bukan pula seperti mall yang harganya mahal2, tapi pembeli nyaman berbelanja.

JACC or Jakarta City Centre, nama bakal si pusat perbelanjaan, ceritanya akan menggabungkan model trade centre dan mall menjadi satu. Promosinya sih, 'barang mal harga grosir'. Didalamnya ada 8000 gerai...(bayangin, 8000 !!...ck ck ck), ada hypermart, pusat perlengkapan elektro yang akan dibuka. Belum termasuk apartemen yang akan melengkapi JACC....... **apartemen kok untuk ngelengkapin #_#**

Jadi takjub euy, merhatiin perkembangan kota Jakarta, yang makin lama makin sesak dengan mall, hypermart, trade centre atau apalah yang sejenis. Mereka bermunculan seperti jamur di musim hujan. Jadi kepikiran, apa sudah sebegitu besarnya kebutuhan penduduk Jakarta terhadap shopping centre? Sampai-sampai tiap ada lahan yang kosong dengan segera akan berubah menjadi tempat shopping, shopping n shopping....

Memang sih, shopping perlu.  Malah termasuk hajat hidup semua orang, termasuk saya.  Tapi kalo dimana2, sejauh mata memandang, yang ada cuma shopping mall doang, apa ngga enek? Memangnya hidup hanya untuk belanja?? Waduuhh...

Yang terasa banget, seperti di Jalan Margonda tuh. Dua shopping mall gede berhadap-hadapan. Saya sebagai calon warga Depok sampai kaget bin takjub melihat perubahan di jalan Margonda itu. Entah sudah berapa banyak shopping mall bertebaran di kanan kiri jalan, yang tentu saja berefek terhadap keruwetan lalulintas sekitarnya. Belum lagi efek sosialnya.....

Kadang2 kepikiran..daripada shopping mall, mendingan pemerintah membangun sebuah taman hijau yang luaassss dengan pohon2 yang rindang dan daunnya lebat2 dan tetumbuhan n bunga2 yang cantik, dengan fasilitas bermain untuk anak-anak yang unik-unik....
Tapi ya...begitulah, tahu sendiri. Kepentingan pribadi lebih utama dari kepentingan rakyat banyak :D

Beberapa kali hidup berpindah-pindah di Jepang ini, membuat saya hapal betul sama letak shopping centre di tiap tempat. Kalau shopping centre beneran alias mall, cenderung berkumpul di satu tempat. Biasanya sih di dekat stasiun2 kereta yang besar. Yang lebih banyak sih, ya supermarket dengan luas bangunan yang...ya....tergolong kecil kali ya kalau dibandingin sama yang di indonesia. Dan memang justru model yang kecil begini yang banyak pengunjungnya. Yang model hypermart seperti Carrefour malah jaraaaaaaanng banget. Sekalinya ada malah ga bertahan lama alias ditutup, karena pengunjungnya sepi :D
Yang bangunannya lebih luas, umumnya bukan supermarket atau hypermart, tapi homecenter. Di sini yang dijual bener-bener peralatan pritil2 untuk urusan rumah, dari paku, obeng, sekrup all size sampai kayu-kayu dan pipa-pipa besi yang besar.

Yang unik, di beberapa kawasan di Tokyo, masih banyak model toko-toko kecil yang berdempet-dempetan dengan ruas jalan yang agak luas untuk pejalan kaki di depannya.
Mirip seperti Pasar Baru di Jakarta. Di tempat seperti ini, dijamin ga akan ketemu sama shopping mall yang besar-besar. Sebab untuk kawasan seperti ini, pemerintah melarang pembangunan shopping mall besar, karena akan mematikan usaha toko-toko kecil tersebut.

Hhhmmm, kapan pemerintah Indonesia bisa seperti itu ya?

Nikah??

08 September 2006 | comments (29)

"Ma, Mushab mau kekkon...Tapi kekkon-nya sama Rin-chan"

Dengan polos, tiba-tiba malam itu anak saya mengajukan permintaan aneh, yang membuat hati saya serasa kayak petasan.....byaaarrr, pletuk...
Oh..no, anak seupil kayak gini dah kepikiran nikah???

"Kenapa?? Kok Mushab tau-tau mau kekkon?", tanya saya.
"Abis Rin-channya kawaiiiii"

Mushab menyebut nama teman perempuannya satu yochien, campuran Vietnam-Jepang.
Rin-chan memang lumayan dekat dengan Mushab, karena ibunya yang Vietnam juga menjadi kawan akrab saya. Berhubung diantara ibu-ibu lainnya, hanya ibunya Rin-chan yang fasih berbahasa inggris :D

Terus terang, saya khawatir juga dengan pertanyaannya itu. Apa anak saya udah masuk usia pubertas? Pubertas dini? Tapi kan masih kecil...hiks.
Mungkin, pikiran saya terlalu berlebihan. Seperti satu waktu, saat saya curhat ke seorang teman dekat yang juga dokter, mengenai si kecil yang dengan terkaget2 saya dapati tengah memainkan alat kelaminnya.

"Tenang aja, Rin", kata teman saya.
"Walaupun dia asyik mainin itunya, bukan berarti dia sedang mikirin yg jorok2 loh, layaknya orang gede. Itu hanya karena dia merasakan enak waktu itunya dipegang-pegang.
Ngga usah ngasih respon berlebihan. Apalagi sampe curiga, kalo anakmu udah dewasa sebelum waktunya...hehehe".

Saya memang orangnya panikan dan kagetan. Apalagi kalau mengalami hal-hal diluar dugaan, seperti mendapati si kecil melakukan kegiatan yang tidak patut, atau mendengar pertanyaan aneh banget kayak di atas

Pfiuuh, tenang-tenang. Saya berusaha menenangkan pikiran, inget nasihat temen supaya ngga berlebihan merespon.

"Ngg, Mushab kekkon-nya sama yang lain aja ya....Kan masih banyak tomodachi lain yang sama-sama Isuramu-jin. Kalau Rin-chan kan bukan orang Islam."

"Aaaah, ngga mau. Mushab mau sama yang Nihon-jin aja. Kan lebih kawaaiii.."

Waduh, gubrak deh. Tiba-tiba keinget sama teman dekat orang Indonesia bersuamikan orang Jepang. Sang suami yang masuk Islam sebelum nikah, dengan si ibu yang sudah seperti ustadzah, membuat anak-anak mereka terlihat 'Islam'nya dibanding anak-anak hasil kawin campur lainnya.
Jadi punya ide...

"Eh, Mushab. Ada kok tomodachi yang kawai...Papanya Nihon-jin juga kok. Mau ngga sama ****-chan." Saya sebut nama anak itu, sambil nyengir.
Hihi, sekalian aja ngomporin. Daripada dibawa serius bikin kepala pusing :D

"Nngg...", si Mushab keliatan mikir-mikir.
"Ngga apa-apa Mushab. Mikirnya nanti aja ya. Sekarang tidur dulu. Yang penting berdoa terus sama Allah supaya Mushab nanti kalo sudah besar dapat isteri yang solihah."
sambil tersenyum saya usap-usap rambutnya.

Hhh, leganya bisa tenang menghadapi pertanyaan 'seram' kayak di atas .
Ternyata, menjadi orangtua itu seperti naik jetcoster saja. Ada saat-saat kita terkejut bahkan mungkin berteriak sekeras mungkin (dalam hati aja sih :D) di waktu jetcosternya menukik turun. Ada juga saat-saat anteng dan tenang di waktu jetcosternya berjalan datar.
Bedanya, jetcoster yang dialami para ortu, bakal berlangsung teruuuuuss sepanjang hayat :)



kekkon = menikah
kawai = cantik
tomodachi = teman
yochien = taman kanak-kanak
Isuramu-jin = orang Islam
Nihon-jin = orang Jepang







Yochien Baru

04 September 2006 | comments (11)

Senin, pukul tujuh pagi hari. Saya bergegas menyalakan kompor, memasak untuk sarapan pagi dan bento si M. Sambil menunggu masakan matang, saya menuju kamarnya.
"Bangun sayang..., hari ini kan mau ke gakko."
Badan kecil itu hanya bergerak sedikit, dengan mata yang masih tertutup rapat.
Duh, paling susyah deh, kalo udah pagi, pasti acaranya ga jauh dari keributan dan pemberontakan dari si M :D
"Ayo sayang, bangun doongg..."
Saya cium pipinya berkali-kali, sementara yang dicium masih tergeletak tak berdaya :D
Wah, kalo udah gini, kudu epaknya yang turun tangan. Berhubung telinga si M lebih sensitif mendengar suara epaknya daripada emaknya :D
Satu kali panggilan saja sudah cukup membuat matanya terbuka lebar..hehe
Padahal suami manggilnya biasa-biasa aja sih..., ga tereak-tereak gitu. Apa karena satu frekuensi?? :D

Setelah ngulet-ngulet sebentar, si M bangun dengan mata yang masih merem melek langsung menuju meja makan. Dan makan pagi dengan susah payah, masih terbawa sleep mode :D ...selanjutnya mandi sendiri, pake baju sendiri, ke sekolah sendiri..eehh ga deng masih dianter emaknya...

"Jangan lupa pake sendalnya...tuh ada di situ", seru saya menunjuk sendal jepit dengan alas tatami.
Si M yang ngga terbiasa bersandal jepit ria, memakainya dengan kagok.
"Iiihhh, susah bener sih", protesnya.
"Ga pa pa, gambatte. Lama-lama juga biasa, sayang".

Hee?? Ke sekolah pake sendal??
Iya bener ! Yochien yang baru ini unik deh :D
Secara penampilan, baik gedung sekolah maupun perlengkapan sekolah seperti tas dan seragam, yochien ini tergolong elit. Beda banget sama yochien yang dulu.
Secara baju seragam dan tas juga beda. Termasuk juga alas kaki :D
Kalo dulu, pergi sekolahnya pake sepatu, ntar nyampe sekolah, ganti pake uwabaki (sepatu untuk dalam ruangan). Trus, supaya baju seragamnya ngga kotor, dialasin pake baju sumoku. Kalo natsu, sumoku ini bentuknya seperti rompi, biar ngga gerah.

Nah, di yochien yang baru ini, ternyata ngga perlu uwabaki. Cukup sendal jepit lucu dengan alas tatami, sebanyak dua biji. Yang satu fungsinya kayak sepatu, untuk dipake di luar. Satu lagi untuk dalam ruangan.
Secara hukum kemudahan, ya lebih mudah bersendal jepit ria sih. Paling ngga emaknya ngga perlu repot2 nyuci uwabaki sama sepatu tiap akhir pekan ...hehe :D
Tapi secara penampilan, kok gubrak banget ya...hehe
Bagian atas sih keren, eh pas ngeliat bagian bawah...duuh.. itu jempol kinclong bener :D

Selain uwabaki ga ada, ternyata sumoku juga ngga ada. Jadi anak-anak itu, pas ke sekolah juga bawa kaos olahraga plus celana (taisogi), untuk diganti sesampainya di sekolah. Pulangnya, itu taisogi dicopot, diganti pake seragam kembali.
Ribet bener ya, pikir saya. Pake acara ganti baju di kelas, tiap pagi dan sore.
Kalo pake sumoku aja kan lebih enak, ga ada acara buka-bukaan gitu loh :D

Kembali ke prosesi di pagi hari...
Saya pun bersepeda ria nganterin si M ke sekolah barunya dengan jarak tempuh sekitar 7 menit untuk kecepatan tinggi, atau 12 menitan kalo lagi lemes :D ato kalo pas dapet lampu merah mulu.

Oiya, hari ini dah bawa bento. Alias sekolahnya sudah full, sampe jam 3.
Padahal baru abis liburan. Di yochien yg dulu, kalo abis liburan panjang, maka selama satu minggu pertama, sekolahnya hanya setengah hari. Lumayan bikin repot para emak yang rasanya baru saja nganterin, dah harus ngejemput lagi #_#

Nyampe sekolah, jam setengah 9 lewat dikit. Lumayan tepat waktu nih :D
Jadi inget dulu, suka terlambat di tempat halte bus sekolah. Kadang2 busnya suka nungguin kita. Hiiy, malunya....Walopun kadang2 juga bukan kita yang lambat deng, kadang2 ntu bus kecepetan lagih nyampenya :D
Sekarang berhubung si yochien baru kagak ada fasilitas bus-busan, mau ga mau ya saya harus gambatte nganter jemput si M. Tapi gapapa lah, itung2 olahraga, ..lagian jalannya lempeng aja n datar ini :D

Balik lagi ke sekolah ...
Saya lihat sekeliling dah ramai dengan para ibu yang nganterin anaknya. Ada yang pake mobil, ada yang bersepeda, ada juga yang jalan kaki aja. Tiba-tiba mata saya tertumbuk ke satu benda...
Eiit, bentar dulu, kok anak-anak pada bawa termos minum sih? Waduh...
Saya cuma bawain si M bento sama gelas aja. Sebab biasanya minuman kayak kocha (teh) dah disediain di sekolah.
Sambil cengar cengir, campuran antara malu dan ga pede karena kudu bernihonggoria, saya deketin seorang sensei...
"Engg, maaf, saya ngga tau kalau harus bawa termos minum. Gimana ya, apa saya balik aja ke rumah dan ke sini lagi?"
(ini sih cuma di tulisan aja keliatan rapi ngomongnya, aslinya saya ngomong banyakan pake bahasa isyarat...hihi)

Si sensei dengan ramah menjawab pertanyaan saya.
"Kalau minum air keran, gapapa kan? atau susu aja ya? Ngga perlu repot-repot pulang ke rumah. Nanti besok saja termos minumnya dibawa."
(ini juga terjemahan bebas banget, semoga aja bener :D)

Hhh, alhamdulillah, legaaa.....ga perlu cape-cape bolak balik euy..

Yochien..yochien. Ada aja perbedaannya :)
Keinget terus sama yochien yang dulu. Yang padat banget kegiatannya. Sampe-sampe para emak juga ikutan repot, ngurusin acara2 sekolah. Kayak onggakai, pertunjukan musik dari tiap kelas. Dimana si anak-anak dilatih selama beberapa bulan sebelumnya, dan latihan berlangsung setiap hari!
Tau ngga, karena tiap hari disiksa dan didoktrin dengan not-not musik, walhasil anak-anak pada fasyeeehh bener ama ntu not lagu. Sampe-sampe untuk kelas yang gede, pas latihan, matanya ditutup, supaya terbiasa bermain pianika tanpa melihat keyboardnya :D
Lucunya, si M waktu itu, kalo lagi tidur, sering ngigau nyanyiin not-not musik ...hehe. Ternyata ibu temennya, cerita juga, kalo tiap bangun tidur yang diucapin pertama kali sama anaknya adalah not-not musik...

Selain onggakai, ada juga undokai (pertandingan olahraga). Nah, ini juga latihannya hampir tiap hari. Jadinya baju olahraga juga dipake tiap hari. Walhasil, hampir tiap hari, para emak kudu nyikatin tu baju yang sudah berubah warna dari putih ke abu-abu cenderung item :D

Trus ada lagi happyoukai (pertunjukan seni). Kayak tari-tarian dan teater. Kalo ini lain lagi efeknya. Si anak jadi doyan komat kamit sendiri dengan gerakan2 lucu di rumah. Latihan teater katanya :D

Trus....(hiiy, banyak bener ya) ada lagi bazar. Di sini setiap murid ngumpulin barang-barang baru ataupun bekas tapi yang masih layak pakai untuk dijual di bazar dengan harga yang murah. Yang bikin repot sih, ya itu. Tiap emak2 dapat jatah bikin satu macem barang yang sudah ditentuin bentuknya. Misalnya kelas ini kebagian bikin masker penutup mata (untuk latihan pianika), kelas lain bikin epron (celemek), yang lainnya bikin tas bento, dll.
Bikinnya itu kudu jahit loh :D Jadi maluuuww deh, inget dulu jahitan saya yang tampak luar keliatan rapi, tapi tampak dalem...asli kacau balau ....hihihi

Tapi ya itu, dengan banyaknya kegiatan, paling ngga saya jadi terdorong belajar jahit-jahit lagi :D ato ningkatin nihonggo saya, karena kudu sering ketemu n rapat sesama ortu.
Dan juga, jadi banyak kenangan yang ga terlupakan deh...:)
Melihat penampilan anak-anak kecil, dengan berbagai pertunjukan kemampuan mereka dalam bentuk yang berbeda-beda....membuat saya takjub dan kagum juga terharu.....

Di yochien yang baru ini, kegiatan-kegiatan tidak seramai yang dulu sih....
tapi.......sayanya sih, seneng-seneng aja...hehehe...dasar..
Hm, cuma satu aja sih harapan saya. Semoga si M betah sekolah di sini, dan nemuin temen2 yg baek...aaamiiiiiiiiiiiiinn

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger