Kangen Jepang

31 May 2013 | comments

Gara-gara blogwalking ke salah satu emak-emak blogger, tentang perjalanannya ke Tokyo, langsung deh, sindrom itu kumat lagi. Yup, apalagi kalau bukan kangen bin rindu sama Tokyo dan sekitarnya.

Sebenarnya sih yang bikin kangen bukan cuma kotanya aja, tapi juga para pemerannya. Kayak temen-temen seperdjoeangan yang sekarang dah pada tersebar di Indonesia. Beberapa sih masih  nyangkut di Tokyo. Pengennya, kalaupun someday ada kesempatan ke sana, settingnya persis seperti dulu --pilem ngkali-- dimana pemerannya juga masih tetap kayak dulu.

Anak saya, pengennya tetep kecil dan gemesin. Begitu juga temen-temennya. Secara sekarang mereka dah pada membesar semua. Pada remaja. Jadinya ngga imut lagi deh. Emaknya juga pada muda, belum ada kerut merut #mangnya udah setua apa sekarang??

Hadeeuuuhh....ini apa ngayal tingkat dewa kali yak. Serasa masuk ke time machine aja.
Memang seharusnya saya ngga perlu baca-baca tentang Jepang deh. Kalo iya, pasti kena sindrom lagih. Yang bikin saya mewek dan mellow. Bikin saya jadi pengen nostalgia, buka youtube, nonton drama Jepang. Atau liat foto-foto baheula, sambil dengerin lagu-lagu Jepun. Ampyuuuun dah, kayak orang tua yang lagi nostalgia.

Saya sampe curcol di fesbuk. And, yappari, yang respon rata-rata ya temen-temen yang duluuu. Hihi, ketahuan nih, pada senasib kayak saya. Pengen ngirup udara sana lagih, tapi maunya gratis. Hehehe.
Walaupun sekarang ada AirAsia yang tiketnya lebih murah dari yang lain, buuut, its still expensive, terutama kalo punya pasukan segambreng kayak saya. Soalnya saya pernah iseng nyari tiket murah, dan yang termurah itu, 4 juta PP untuk 1 orang. Lah, keluarga saya pan ada setengah lusin orang. Berarti untuk tiket aja, kudu sedia 24 juta. Belum untuk hotel, makan, jalan-jalan, belanja belanji....waduuuh...alamat jual rumah beserta isinya deh. #lebaydotcom

Sebenarnya sih, kalo mauuuu, bisa aja suami saya nyari kerja lagi di sana. Supaya anak-istrinya yang kadang kena sindrom ini, bisa tersalurkan aspirasinya. Tapiii, si papah dah kadung boring tinggal di Jepun. Dia ngga mau. Enakan di Ina katanya. Hmm, secara dia dah lebih lama ngendon di sana, mungkin sudah enek kali yak.

Kalo saya sih, maunya bukan tinggal di sana, pengennya liburan aja. Tapi yang rada lama gituh. Dan pas yang musimnya enak. Kayak musim gugur dan musim semi. Pan enak tuh, bisa liat warna warni daun menjelang pada berguguran. Atau melihat indahnya bunga sakura yang hanya beberapa minggu bisa dinikmati, sebelum masuk musim hujan di bulan Mei.

Yeee, ini mah serasa istri konglomerat kali yak. Bisa seenaknya ngatur kapan aja mau liburan ke luar negeri. Saya sendiri sebenarnya bukan tipe yang suka travelling. Waktu  masih tinggal di Jepang, saya  ngga pernah jalan-jalan sampe ke luar Tokyo. Ke Kyoto aja belom (itu kota yang sangat terkenal dengan bangunan bersejarah), apalagi ke Hokkaido, di wilayah utara Jepang yang rutin ngadain pesta patung dari salju yang sangat terkenal ituh. Padahal jaman itu suami dah nawarin jalan-jalan ke sana, mumpung masih di Jepang. Tapi saya ngga mau, kata saya mah, mendingan uangnya dipake buat beli barang elektronik, ketahuan deh ada ujudnya, daripada cuma buat jalan-jalan doang, yang keliatan cuma fotonya aja, ujudnya ngga bisa dirasakan lagi...hehehe. #dasar emak-emak


Yah, sudahlah. Kita lupakan saja mimpi nostalgia ke Jepun lagi. Kecualiiiiii, kalo anak sulung saya takdirnya seperti epaknya. Kuliah dan kerja di sana, baru deh, emaknya yang keceh ini, bisa nebeng secara gratisan. Berarti, harus nunggu 6 tahun lagi nih, setelah si sulung lulus SMU, Insya Allah.

Dari sekarang pun, saya dah kipas-kipasin dia. Secara tu anak melihat dunia pertama kali, ya di Jepun sono. And dia dah ngerasain, suka dukanya sekolah di sekolah umum, dimana dia seorang yang muslim.  Saya bilang, kuliahnya di sana aja. Ambil jurusan yang keren, sekalian jadi dai, berdakwah di sono. Pan enak, pahalanya jadi belipet plus emaknya juga bisa kecipratan dooong. And kalo perlu nikah sama muslimah Jepun deh. Sekalian perbaikan keturunan...wkwkwk #ini kok jadi emaknya yang semangat pengen mantu

Dah ah, dah jam 11 malem. Sekian dulu curcolnya. Mudah-mudahan bisa jadi nyata.....Aaaaamiiiiiin

Buah Jatuh Ngga Jauh Dari Pohonnya

27 May 2013 | comments

More....from fb. Supaya ngga lupa :)

***********

ANAKMU MENGENALKAN SIAPA DIRIMU...!!

① Jika anakmu BERBOHONG Itu krn engkau MENGHUKUMNYA terlalu BERAT.

② Jika anakmu TDK PERCAYA DIRI Itu krn engkau TDK MEMBERI dia SEMANGAT.

③ Jika anakmu KURANG BERBICARA Itu krn engkau TDK MENGAJAKNYA BICARA.

④ Jika anakmu MENCURI Itu krn engkau TDK MENGAJARNYA MEMBERI.

⑤ Jika anakmu PENGECUT Itu krn engkau selalu MEMBELANYA.

⑥ Jika anakmu TDK MENGHARGAI ORG LAIN Itu krn engkau BERBICARA TERLALU KERAS kpdnya.

⑦ Jika anakmu suka MARAH² Itu krn engkau KURANG MEMUJINYA.

⑧ Jika anakmu SUKA BERBICARA PEDAS Itu krn engkau TDK BERBAGI dengannya.

⑨ Jika anakmu SUKA MENGASARI org lain Itu krn engkau SUKA MELAKUKAN KEKERASAN terhadapnya.

⑩ Jika anakmu LEMAH Itu krn engkau SUKA MENGANCAMNYA.

⑪ Jika anakmu CEMBURU Itu krn engkau MENELANTARKANNYA.

⑫ Jika anakmu MENGGANGGUMU Itu krn engkau KURANG MENCIUM atau MEMELUKNYA.

⑬ Jika anakmu TDK MEMATUHIMU Itu krn engkau MENUNTUT TERLALU BANYAK padanya.

⑭ Jika anakmu TERTUTUP Itu krn engkau TERLALU SIBUK.

Mana Yang Penting?

| comments

bahwa ada yang jauh lebih penting dari uang dan jabatan
karena karir terbaik wanita adalah menjadi ibu | maka pantaskan diri dengan iman dan ilmu
gagal pekerjaan bisa diulang kapan saja | gagal menjadi ibu hanya penyesalan tersisa

 


Itu quote dari tweetnya ust.Felix Siauw, yang diposting di fesbuk oleh temen saya. Asli, bikin saya mengharu biru dan nyesek....
Komplitnya, sila disimak.

******

01. samar betul bagi kita masa depan yang dijelang anak-anak | apakah di masa depan ia masih taat Islam atau berontak

02. kita jalani Islam dengan penuh ketaatan | namun tiada jaminan pada keturunan

03. walau pada masa kecil anak kita dengan Islam sudah terbiasa | di masa depan akan banyak waktunya diajar teman bukan orangtua

04. mendidik anak di zaman ini benar mengkhawatirkan | disaat dosa dan maksiat menjadi bagian hidup dan kewajaran

05. maka kita takjub dengan ibu yang melalaikan saat anak bertumbuh | padahal itulah saatnya dia belajar agama pada ibunya secara penuh

06. uang takkan pernah ada cukupnya | masa perkembangan anak tiada gantinya

07. dengan beribu alasan peran ibu mulai hilang terganti | digantikan oleh pembantu yang dengan agama tidak mengerti?

08. sementara wanita berbangga dengan berapa banyak pnghasilan dirinya | mencoba mencari eksistensi diri dari uang yang tidak seberapa

09. "lalu bila tidak bekerja untuk apa tinggi bersekolah?" | inilah pemahaman salah kaprah pangkal dari generasi musibah

10. justru diperlukan ibu berpendidikan tinggi | untuk mendidik anak-anak agar ranggi

11. jangan berpikir seolah sayang bila pendidikan tinggi | hanya untuk mendidik anak dan rumah tangga ia dipakai

12. seolah-olah ibu rumah tangga pekerjaan tanpa perlu pengetahuan | padahal jadi ibu adalah pekerjaan sulit penuh tantangan

13. menjadi idola bagi anak-anak itu usaha luar biasa | tak banyak wanita yang sukses melakukannya

14. jangan heran bila satu saat anak melawan ibunya | wajar saja dia lebih sering bertemu teman dibanding orangtua

15. uang tidak bisa membeli ketaatan dan kepatuhan anak | atas waktu ibunya bukan kantor yang punya namun anak lebih berhak

16. tapi terkadang hidup memang menyudutkan wanita yang terpaksa bekerja | maka kita bertanya pada suaminya yang seharusnya dia

17. atau ada wanita hidup membesarkan anak sendiri | kita hanya berdoa Allah beri kekuatan kesabaran dan solusi

18. namun nasihat ini bagi wanita-wanita yang mungkin belum sadar | bahwa ada yang jauh lebih penting dari uang dan jabatan sekedar

19. karena karir terbaik wanita adalah menjadi ibu | maka pantaskan diri dengan iman dan ilmu

20. gagal pekerjaan bisa diulang kapan saja | gagal menjadi ibu hanya penyesalan tersisa

21. atau jangan-jangan emas perak sudah lebih menarik dari surga | hingga kita membandingkan antara harta dan pahala?

22. bila tidak tahu darimana memulai jadi ibu yang baik bagi anak | maka mulailah dengan memberikan waktu baginya yang paling banyak

23. karena taat itu asalnya dari cinta | cinta tumbuh dari waktu bersama-sama

24. lebih banyak berkisah padanya lebih banyak memeluknya | mudah-mudahan lebih taat pada Allah jadinya dia karena ibunya

25. semua sulit dan susah itu akan terganti sempurna | saat mereka berucap "karena Allah aku menyayangi bunda"

Waktu Luang

23 May 2013 | comments (1)

Kalo lagi punya waktu luang dan mobile, kemanakah pada umumnya emak-emak akan pergi? Kalau saya yang ditanya, saya akan jawab:
- pengen ke seminar, seminar apaaa aja, yang penting nambah ilmu dan wawasan. Sayangnya, pas lagi luang, waktunya kok kagak mecing sama waktu seminar.
- pengen ke toko buku, ngubek buku-buku keren, dan membawanya pulang ke rumah. Masalah itu buku dibaca mpe tuntas ato ngga, itu hal lain.
- pengen berenang. sayangnya lagi, jadwal berenang khusus perempuan yang cuma selasa dan jumat, juga suka ngga mecing sama waktu luang saya.

Sekarang waktu luang khusus untuk saya, memang ngga seperti dulu. Cuma seminggu sekali dengan waktu yang sangat terbatas. Paling lama 2-4 jam. Dan Alhamdulillah, bisa saya pake untuk ikut pengajian rutin. Itupun hape sudah krang kring dari rumah. Tau sendirilah, sang raja yang disuruh ngedeprok, nemenin 4 anaknya di rumah, tanpa sang ratu rumah, pastilah berasa merana. Maksudnya sih, biar saya bisa konsen pas pengajian. Itu juga udah bersyukur sih, suami mau jadi babysitter,  secara di luar sana masih banyak emak-emak lain yang tidak punya waktu bahkan untuk dirinya sendiri.



#Insya Allah, someday, waktu itu akan datang, dan tanpa batas.... Sabar yak, diriku sayang. Ini hanya dunia, ada waktunya engkau akan menikmati semua kenikmatan yang engkau dambakan, tanpa ada yang mengganggu, tanpa ada yang mengusik, tanpa ada teriakan, tanpa ada panggilan, tanpa ada apapun. Hanya dirimu seorang, dan kenikmatan itu sendiri.....

Being Organized

22 May 2013 | comments

Duluuuu....waktu masih di Jepang, paling senang nonton acara tentang rapih-rapih dan tips-tips memenej segala hal yang ada di rumah. Dari tips melipat pakaian, menyusun barang, mengolah makanan sisa, sampai tips menata interior rumah supaya keliatan teratur dan rapi. Secara rumah di Jepang itu kebanyakan imut-imut, jadi harus pinter menatanya. Rata-rata rumah di sana ngga ada ruang tamu. Yang ada living room, yang satu saat bisa berubah jadi ruang makan, ruang nonton, ruang terima tamu, ruang main anak-anak,sampe ruang tidur...hehehe.

Sekarangpun saya masih senang nonton acara-acara yang membahas desain interior. Seringnya sih, di channel Li. Tapi sebenarnya ngga begitu semenarik acara yang di tivi Jepang, karena di Li banyakan yang diliatin cuma dari sisi keindahan desainnya, bukan dari sisi efektifitas pemanfaatan ruang dan barang. Beda negara kali yak, di Barat, rumahnya kan besaaaaarr dengan halaman yang luaaass, beda 180 derajat sama yang di Jepun.



Akhirnya saya pun lebih sering browsing, cari situs-situs seputar home management. Salah satu yang sering menginspirasi saya, adalah situs ini: http://www.abowlfulloflemons.net/
Asli ngiler deh, melihat segala sesuatunya tertata rapih seperti yang di foto-foto ituh. Pengen cepat-cepat nyulap *keliatan malesnya* supaya rumah saya bisa berubah menjadi lebih tertata.

Kan enak banget ya, kalo rapi dan terorganisir seperti itu, ngga akan ada kejadian heboh nyari pulpen, nyari gunting, nyari paku, nyari memo, nyari semuaaaaa yang bisa bikin kita darting dan emosi jiwa, kalau paaas perlu banget itu barang yang dicari malah ngga tau nyempil di mana. Giliran ngga diperluin, eeehhh, tiba-tiba nongol depan mata itu barang. Sering banget deh, ngalamin seperti itu...#nutup muka

Yaaaa, being organized, jadi salah satu target saya di tahun ini. Mudah-mudahan sebelum tahun berganti, rumah saya bisa seperti di foto-foto situs itu :)

Isu

| comments

Heran baca media akhir-akhir ini. Entah darimana sumber pembicaraannya, tiba-tiba saja isu itu begitu keras menerpa seluruh media, ya tivi, koran, online, dll. Saya berani bilang isu, karena memang sama sekali belum ada bukti yang membenarkan tuduhan-tuduhan tidak berdasar yang ada di pembicaraan yang lagi hot sekarang ini.

Tapi sudahlah, memang inilah dunia. Tempat segala jenis manusia berkumpul. Yang beriman, yang jahat, yang culas, yang oportunis, yang sabar, yang baik, yang arogan, de el es be. Jangankan ustadz, bahkan manusia yang paling mulia, yang paling baik akhlaknya, yang paling sempurna imannya, juga pernah diterpa isu yang sangat di luar batas. Sampai-sampai kejadian ini Allah abadikan di dalam Al-Quran, di surat An-Nur.

Garbage in, garbage out. Air yang kotor berasal dari sumber yang kotor. Ucapan yang buruk, tentu berasal dari pribadi yang buruk pula.
Semoga Allah melindungi kita semua, dari perbuatan mengucap dan menyebarkan sesuatu yang buruk.








Ngelirik HS

18 May 2013 | comments (4)

Hmm, sudah beberapa bulan ini, saya mulai tertarik dengan HS. Apalagi punya anak yang berendeng usianya kayak nada lagu, do..re..mi. Keknya 'omoshiroi' kali yak...(menyenangkan). Jadinya sudah berapa minggu belakangan, yang dibaca cuma blog-blog para ortu yang meng-HS-kan anaknya.

Yang menakjubkan, sudahlah punya anak banyak -kebanyakan lebih dari lima anak- dan lebih berendeng dari saya (yang pastinya tugas domestik juga jauhhhh lebih banyak. Coba aja itung, berapa banyak pakaian yang harus dicuci/dilipat, mainan yang harus dirapikan, makanan yang harus disiapkan, kamar yang harus diberesin, toilet yang harus disikat..halaaaahh...#kok jadi saya yang heboh), mereka tetap pede melakukan HS !!!!
Oiya, ituh rata-rata blognya emak-emak western. Sepertinya, semakin banyak anak, mereka semakin cenderung untuk HS. Keren banget yak.

Atau blog-blog emak-emak di Ina, yang ternyata --bahkan--, ada juga yang berstatus sebagai wanita karier, tapi masiiiiiiihhh bisa melakukan HS. Wuiiihhh, hebaaaat.

Jadi, artinya, sebenarnya, seharusnya,...siapapun bisa melakukan HS, dengan kondisi apapun. Asal niat dan bisa njaga semangat. Naaaahh...itu dia nih, yang bikin saya maju mundur. Jaga semangatnya itu loooh. Kalo soal dukungan sih, Alhamdulillah, suami n keluarga besar juga ndukung tuh. Cuma anak sulung saya -si 12 thn yang udah telanjur menikmati sekolah formal- yang amat sangat menolak, kalo adek-adeknya di HSkan sama emaknya yang keceh ini.

Tau ngga, apa komentarnya pas saya cerita niat HS ini,
"Waduh...jangan Mah, kasian nanti jadi pada bodoh semua...".
Gggrrrhhh.....emaknya yang tadinya dah mo berubah wujud jadi singa, langsung sadar, n balik lagi jadi emak yang baik hati dan tidak sombong.

Lalu keluarlah kata-kata (atau tepatnya ceramah) tentang dunia perHSan. Walopun pada intinya, anak saya teteeeup ngga setuju. Yah sudahlah, toh nanti kalo saya milih HS-in adek-adeknya, dia ngga akan ngeliat ini, pan dah masuk pesantren....hehehe.

Kalo suami saya sih, walopun mendukung, tapi tetep ragu, secara dia paaaliiiing tahu, betapa saya masih naik turun semangatnya dalam berbagai hal.

Hm, masih wacana sih. Bulan Juli ini, anak saya nomor dua masih TK B, adeknya TK A n adeknya lagi baru 3 th, dan sengaja ngga saya masukin playgroup kayak kakak-kakaknya. Paling banter tahun depan sih mulai HS -kalau jadi, n kalau umur panjang. Tapi kalau di tengah jalan, si #2 dah minta berhenti sekolah, ya mungkin saya bisa start lebih awal. Soalnya, si #2 ini, bener-bener aktifnya sepuluh kali lipat dari abangnya. Sekarang aja kadang-kadang dia bilang bosan sekolah. Mungkin karena sudah mulai belajar baca, yang mengharuskan si#2 ini, untuk bisa duduk diam dan nyimak.

Di satu kesempatan pas terima raport (agak heran juga sih, kenapa TK di Ina, sudah pake acara bagi-bagi raport juga), saya jelasin ke gurunya, kalau anak saya ngga usah dipaksa untuk bisa baca. Toh saya bukan tipikal emak-emak yang mengharuskan anaknya lulus TK dah harus bisa baca. Saya cuma pengen, di sekolah anak saya bisa bermain dengan banyak teman. Asal dia menikmati itu, saya sudah cukup. Ngga punya target tinggi, keluar TK harus bisa baca, ngaji, de el el. Itu mah akan datang sendiri masanya.

***

Terus terang, hormon 'challenge' saya terasa disetrum, setiap habis baca tentang HS. Persis seperti kejadian beberapa bulan kemarin, yang ternyata, Alhamdulillah, saya bisa mengatasinya dengan baik dan benar #kok kayak EYD

Maksudnya, kalo 'challenge' seperti itu bisa saya atasi --walo kate babak belur di awalan dan mungkin bagi sebagian orang adalah hal biasa, apalagi yang tinggal di LN--, seharusnya saya bisa juga dong, ngelakuin HS. Ngga harus jadi manusia super dulu, untuk bisa jalanin ituh. Toh, kita semua manusia biasa. Bedanya hanya di niat dan usaha.

Jadiiiiii??? ya tunggu aja episode berikutnya :D
Kalo istilah bapak saya, ini semua masih WACANA....hehehe




SURGA.....

17 May 2013 | comments (1)

Sepertinya, otak ini harus dibiasakan untuk memvisualisasikan surga. Supaya muncul rasa RINDU dan penasaran ingin segera memasukinya. Persis seperti orang yang akan berlibur ke suatu pulau eksotik dengan pemandangan yang sangat indah, yang berisi resort-resort super mewah, makanan-makanan mahal dan pelayanan super vip. Pastinya orang tersebut terdorong untuk membayangkan dan berusaha mencari informasi yang berkaitan di pulau tersebut entah lewat internet atau buku.

Menatap foto-foto yang terpampang di depan mata, sambil membayangkan seperti apa rasanya kelak kalau tiba saatnya mendarat dan menikmati semua kenyamanan di pulau indah tersebut. 
Bedanya, sekarang, di dunia ini, kita harus menjadi orang yang super kaya untuk bisa merasakannya, merasakan semua sensasi kenikmatan yang diidamkan oleh manusia normal.

Sedangkan di surga....aaah....semua tersedia GRATIS !!!
Betapa Maha Pengasih Allah SWT, yang telah menyediakan surga untuk hamba-hamba-Nya. Selama sang hamba menjalankan apa yang ada di kitab cinta-Nya dan sunnah kekasih-Nya.

"Kami sediakan bagi hamba-hambaKu yang shalih, SESUATU yang TAK PERNAH TERLIHAT oleh mata, TAK PERNAH TERDENGAR oleh telinga dan TAK PERNAH TERLINTAS oleh manusia.." (Hadits Qudsi)

Jadi, bayangkanlah semua kemewahan, semua kenikmatan, semua kelezatan yang hanya bisa dirasakan oleh segelintir penduduk bumi alias kaum jetset itu.

Impikanlah setiap hari, bayangkanlah setiap hari, lihatlah setiap hari, dan (jangan lupa) kumpulkan bekal setiap hari...
Ingatlah...bahwa suatu saat kita (insya Allah) akan merasakan, mencicipi, dan menikmati YANG JAAAUUUUUHHH lebih indah di atas itu semua.....


"Ya Allah....masukkanlah kami, saudara kami, keluarga kami dan semua orang muslim ke dalam surga-Mu. Pertemukan kami dengan kekasih-Mu, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatnya. Ijinkan kami berkumpul di surga-Mu sebagaimana kami berkumpul di taman-taman surga-Mu di dunia ini. Dan jauhkanlah kami semua dari neraka-Mu ya Allah......" Aaaaaaamiiiiiiiiiiiin.....

Napsu Banget

12 May 2013 | comments


Yup, kita (terutama sayah) sering napsu banget pengen memiliki sesuatu, yang belum kita miliki.
Tapi tahukah sodara-sodara, setelah sesuatu itu kita miliki, maka perasaan yang muncul ya...biasa-biasa aja. Puasnya mungkin cuma sebentar banget, paling sehari dua hari. Setelah itu...ya...lempeng.

Ini pengalaman pribadi, ketika saya sedang pengeeeen banget punya tas yang rada feminin. Pengen yak, bukan butuh, secara saya masih punya dua tas cangklong imut yang usianya dah delapan tahun, hadiah dari suami waktu masih di Jepun dulu. *awet yak, secara saya juga bukan orang yang seneng gonta ganti/koleksi tas*

Nah, dengan pembenaran dari napsuh..*yang ngomong kalo gapapa saya beli barang satu-dua tas baru...toh koleksinya cuma dikit inih*, akhirnya pergilah saya ke salah satu mall, dan dengan semangat dan napsuh yang membara, milah milih tas yang cantik. Padahal niiiih,baru seminggu yang lalu saya beli tas baru di ITC. Napsuh saya bilang, tas yang beli di ITC itukan rada gede n banyak kantongnya, jadi ngga cocok kalo di pake ke pesta, or acara resmih lainnya. *padahal ke pesta juga jarang banget yak, limatahun sekali juga ngga ada #_# lebaydotcom nih, kayak pemilu aja.

Tapi,....ya itulah hawa napsuh saya, yang dengan sukses membawa saya mengikuti apa yang dia pengenin. Singkat cerita, saya pun berhasil memboyong tas cantik dari mall itu. Dan tahukah pemirsa, saya memakai tas itu ngga sampe hitungan sepuluh jari, dan akhirnya itu tas teronggok dengan merana di sudut kamar.

Sementara tas satunya yang dari ITC, dah saya hibahkan. Secara saya sendiri -ternyata- ngga begitu butuh. *barusadardotcom*
Sejaaaaaakk peristiwa ituh, saya berjanji, ngga akan seperti itu lagih. Nurutin hawa nafsu yang keterlaluan kalo sudah urusan ngeliat barang-barang seperti tas, sepatu or baju. Apalagi pake acara pembenaran, yang koleksi masih dikitlah, yang memang sedang butuh -ehm sebenarnya pengen bukan butuh.

Ya memang benar sih, baju-baju saya jarang banget bertambah. Satu lemari kecil yang untuk anakpun, masih bisa menampung semua koleksi baju dan jilbab saya. Sepatu? Jiyaaah, sehari-hari saya cuma pake crocks. Adanya cuma sepatu kets, yang sering saya pake jaman masih sepedaan di Jepang dulu. Eh ...baru inget, selop rada cantik punya juga sih. Tapi cuma satu. Itu pun saya beli karena memang saya ngga punya sesuatu yang pantas dipake ke acara formal.
Makaaa, oleh karena itulah, napsuh saya punya alasan yang amat sangat kuat, untuk mendorong saya jadi emak-emak yang rada *pedulian* sama koleksi baju, jilbab, tas dan sepatu.

Tapi memang yak. Barang/benda apapun itu, yang memang kita butuh apalagi kalo kita mendapatkannya dengan penuh perjuangan, pasti nilainya lebih berharga. Dibanding dengan yang kita beli karena kita pengeeeen banget alias karena ngikutin napsuh doang.

Persis seperti orang yang makan karena lapar dengan makan karena iseng. Kalo lagi lapar, wah, sepotong tempe pun terasa nikmat. Apalagi kalo ditambah sate, sama lontong, sama es alpokat. Hehehe # Ini laper apa maruk yak

Tapi coba deh, setelah kenyang banget, apakah masih terasa nikmat, ketika kita makan lagi? Halah...yang ada malah kembung, or pengen muntah..

Jadi begitulah. Sekarang saya dah ngga napsuh lagi beli tas. Ceritanya saya sekarang sedang mencoba menahan napsuh, ketika melihat berendengan panci-panci cantik, dipajang dan ditawarkan di sebuah iklan tv shopping.
Weleh weleh.....dasar emak-emak...


Tambah Mesra

11 May 2013 | comments (2)



"Mama....nanti yang ngepel Muadz aja yaa...", teriak Muadz si 5 tahun, yang langsung disahutin sama adiknya, Mutia, si 4 tahun
"Mutia juga mau ngepeeelll".

Ini anak dua pada semangat, begitu ngeliat emaknya lagi sibuk nyapu. Si emak tentu saja dengan riang gembira membolehkan dua anaknya...hehe. Mumpung lagi pada semangat, ya harus disalurin dong kemauannya, apalagi kalo ituh berhubungan sama kepentingan si emak yang (memang) pengen banget dibantuin :D

Kali lain, saat si emak lagi cuci piring, tiba-tiba si Mutia ngomong,
"Mama, kalo Mutia udah besar, boleh cuci piring kan? Nanti ajarin Mutia cuci piring ya Mama..".

"Iya...", jawab si emak dengan terharu. Sambil ngomong dalam hati, Kalau Mutia dah besar, bukan cuma cara cuci piring yang mama ajarin, tapi cara masak, cara nyetrika, cara bersihin kamar mandi, sampe cara ngerawat adekmu juga mama ajarin nak....*niat banget nih pengen memanfaatkan anak :D

******

Itu cuma secuplik episode saat ngga ada PRT yang bantu-bantu lagi. Masih banyak episode lainnya yang ngga kalah bikin saya terharu. Dari si sulung (12 tahun) yang rutin bantuin naruh pakaian kotor di mesin cuci, ngejemur dan kadang-kadang cuci piring juga. Sampe suami yang rela ngepel seisi rumah, ngelipat segunung pakaian, dan kadang-kadang bersedia jadi baby sitternya anak-anak di weekend, saat istrinya ngeloyor ke pengajian.

Ini salah satu manfaat yang membuat saya makin kesini, makin bertekad ngga perlu PRT lagi. Bahkan untuk sekedar gosok or bersih-bersih rumah. Karena saya melihat....betapa kemesraan anggota keluarga bisa dibangun dengan kerjasama mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kalau semua pekerjaaan dah beres, rasanya nikmat banget, berkumpul semua sambil leyeh-leyeh bareng :)

Keliatannya memang sepele. Tapi justru disitulah, tanggung jawab dan kemandirian anak-anak bisa dibentuk. Bagaimana bisa dilatih mandiri, kalau mereka melihat ada seseorang di luar keluarga mereka, yang dipekerjakan khusus untuk membantu mereka. Ujung-ujungnya yang muncul sifat manja. Ada barang hilang, yang disuruh si prt. Sepatu yang kotor, yang disuruh bersihin, si prt lagi. Sampe untuk bikin teh aja, juga nyuruh-nyuruh prt. Nah loh, gimana si anak bisa mandiri?

Jadi jangan salah, kalo kebanyakan anak-anak Ina, menjadi begitu manja dan sulit diajak mandiri.
Di Jepang sendiri, sikap mandiri sudah dilatih sejak mereka masih kecil. Umur setahun, harus makan sendiri. Umur tiga tahun, harus dah bisa pake baju sendiri. Masuk usia SD, mereka harus menyiapkan segala sesuatunya sendiri. Ya buku sekolah, ya baju sekolah, sampe sepatu sekolah, ya sikat sendirilah. Di sekolahpun, setiap anak mendapatkan tugas yang harus mereka kerjakan secara rutin. Menghapus papan tulis, membuang sampah, menyiapkan meja dan perlengkapan makan untuk makan siang bersama, membersihkan kamar mandi sekolah, mematikan lampu dan AC, dst.

Alhamdulillah, anak saya yang pertama, yang memang lahir dan tumbuh besar di sana sampai kelas 3 SD, terbiasa sekali dengan pola kehidupan mandiri seperti itu. Bahkan ketika kami pindah ke Indonesia, dia sempet protes, kenapa harus ada orang lain *aka PRT* yang tinggal bersama kami. Ya saya jelaskan, karena kondisi saya yang lagi hamil, sementara dua adiknya juga masih batita, agak menyulitkan saya untuk hidup mandiri seperti di Jepang.

Sekarang, setelah 3 tahun hidup bersama PRT, muncul juga kesempatan untuk mandiri, ketika si PRT dengan tiba-tiba mengundurkan diri.  Sungguh, ini benar-benar skenario Allah yang terbaik. Banyak pelajaran yang bisa saya rasakan setelah rasa ketergantungan terhadap PRT itu, hilang.

Bahwa sebenarnya pekerjaaan rumah tangga itu akan terasa ringan, bila disitu ada cinta yang menyertainya. Rasa cinta terhadap keluarga dan tentu saja tanggung jawab sebagai seorang emak, semakin terasa, ketika cuma kita *sang emak* yang menjadi pemeran utama di rumah itu.  Ada yang berbeda, ketika saya melihat tumpukan cucian, tumpukan piring kotor, mainan yang berserakan, lantai yang penuh debu, dlsb, bukan sebagai beban, tapi sebagai ladang untuk mendapat honor dari Yang Maha Kaya.

Baru kali ini saya bisa memahami dan menghayati hadits Rasul saw yang mengisahkan saat Fatimah meminta kepada ayahnya untuk diberikan PRT karena kewalahan dengan pekerjaan rumah tangga. Tapi malah dijawab untuk bersabar dan memperbanyak dzikir !!!

******

Jadi ceritanya, saya sekarang sedang amat sangat menikmati rutinitas ini. Entah sudah berapa kali saya menolak mbak-mbak yang tiba-tiba saja muncul menawarkan diri untuk bantu-bantu. Sepertinya itu kiriman dari temen-temen saya yang terharu melihat saya yang belakangan mulai jarang beredar di jagad komplek rumah.

Memang sih, tanpa adanya prt, waktu untuk diri sendiri berkurang drastis. Karena ya itu, ngga ada yang nungguin anak-anak, saat emaknya pengen menikmati "me time" di luar sana.  Paling weekend, saat suami mau diberdayakan jadi babysitter. Tapi ngga apa-apa kok, waktu untuk diri sendiri memang berkurang, tapi waktu bersama anak jadi lebih banyak.  Mumpung masih bisa menikmati waktu bersama anak. Karena toh, mereka akan terus membesar, dan akan tiba saatnya mereka meninggalkan kita seiring semakin dewasanya mereka, dan akhirnya malah kita yang kesepian dan kelebihan waktu untuk diri sendiri.  Atau bisa saja, kita yang 'pergi' duluan, aka wafat. Toh ngga ada yang tahu kan sampe kapan jatah hidup kita berakhir.

Jadi,...wahai para emak, nikmatilah kehidupanmu sebagai seorang emak, terutama di masa-masa yang penuh kerepotan. Entah kerepotan mengurus anak yang masih balita,atau pusing memikirkan anak remajanya, sampai yang jumpalitan mengerjakan pekerjaaan domestik :)
Nikmatilah, mumpung masih bernafas dan masih bisa berkumpul bersama keluarga dalam keadaan sehat jasmani dan sehat ruhiyah.

Alhamdulillaaaah......







 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger