Showing posts with label islam. Show all posts
Showing posts with label islam. Show all posts

MUSIBAH

03 January 2020 | comments (1)



Awal tahun, dipenuhi berita musibah banjir dimana-mana. Ada yang kehilangan harta benda bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.

Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiun.

Ngga ada yang tau, kapan musibah datang menghampiri.

Yang jelas semua kesakitan, kesedihan, dukacita, PASTI jadi penggugur dosa. Dan ada pahala yang menyertai bagi yang bersabar.

Allah Maha Baik.
PASTI ada kebaikan dari semua ketetapan-Nya.
Semenyakitkan apapun kejadian dan peristiwa yang dirasakan manusia, ada HIKMAH KEBAIKAN di dalamnya. Plus balasan berlipat dari-Nya bagi mereka yang menjaga kesabaran.

Untuk teman, saudara dan semua yang terkena musibah banjir, semoga Allah berikan selalu kesehatan, keselamatan, kesabaran, kelapangan hati dan rejeki yang berkah.

Semoga banjir segera surut dan dapat segera tertangani dengan baik.

#refleksi
#quoteoftheday
#renunganjumat

Pintu Imigrasi

03 February 2015 | comments (1)

Pernah keluar negeri? Kalau pernah, tentu terbiasa dengan pintu imigrasi. Pintu ini yang menjadi tempat, boleh tidaknya kita melanjutkan perjalanan di negeri kunjungan. Di sini biasanya dilakukan pemeriksaan pada paspor juga barang-barang bawaan. Kalau hasil pemeriksaan tidak mulus, bisa dipastikan waktu kita akan tersita lama di tempat itu. Untuk orang tanpa catatan kriminal, biasanya lebih mudah dan lancar melalui pintu tersebut.

Nah, pernahkah kita terpikirkan, bahwa siapapun kita  -entah berniat melakukan perjalanan  atau tidak- suatu saat pasti melewati sebuah pintu yang dinamakan pintu kematian? Mirip seperti pintu imigrasi, pintu kematian ini adalah pintu pertama yang akan kita lewati dan menjadi penentu keberhasilan kita saat melalui perjalanan yang sangat panjang di negeri akhirat.

Bedanya, kalau di pintu imigrasi, kemungkinan besar kita masih bisa kembali ke negeri asal, tapi tidak sama sekali dengan pintu kematian ini. Tidak ada pilihan selain melewatinya. Jadi, berhati-hati dan bersiap-siaplah. Rencanakan persiapan sedini, sedetail dan serapi mungkin untuk menghadapi pintu itu. Karena perjalanan panjang yang akan kita lewati sangat-sangat lama. Dimulai dari persinggahan di alam barzakh. Alam barzakh adalah alam pertama yang akan kita lalui. Inilah tempat yang menentukan, apakah kita akan melewati masa 'travelling' selanjutnya dengan penuh suka cita atau penuh siksa penderitaan.

Disini kita akan menghadapi pertanyaan oleh dua malaikat-Nya. Saat kita sudah punya persiapan yang baik, maka Allah akan mudahkan kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dan Allah memerintahkan malaikat untuk mempertontonkan 'rumah' indah milik kita di surga yang akan menjadi tempat tujuan terakhir.

Dan sebaliknya, jika kita tidak pernah bersiap-siap, bekal pun mungkin sama sekali kosong, maka kemungkinan besar kita tidak akan bisa menjawab sama sekali dan selanjutnya bisa ditebak, seperti apa perjalanan kita berikutnya. Naudzubillah min zalik.

Dari alam barzakh, perjalanan akan diteruskan menuju padang mahsyar. Disinilah pengadilan-Nya dimulai. Hukum ditegakkan seadil-adilnya. Setelah menunggu dan menjalankan prosesi pengadilan yang sangat-sangat lama di tempat yang sangat terik dan sangat panas. Maka selanjutnya, setiap kita akan melewati sebuah jembatan yang sangat sempit dan tajam. Yang dibawahnya adalah neraka dengan api menggelegak, yang panasnya bermilyar kali lipat dari seluruh panas yang pernah ada di alam semesta ini. Jembatan shirath. Ada yang melewatinya sangat cepat, secepat sambaran kilat. Ada yang dengan merangkak pelan, dan berhasil sampai ke ujungnya. Ada juga yang baru setengah perjalanan, terjatuh. Bahkan ada yang baru selangkah melewatinya, langsung terhuyung dan terjatuh.

Akhir dari jembatan ini hanya satu.  Yaitu surga. Yang kenikmatannya tidak pernah didengar, dilihat dan dirasakan oleh manusia. Buat kita yang sering berkunjung ke resort-resort mewah dan eksotik, maka bayangkanlah, betapa surga yang menjadi tujuan setiap manusia, memiliki kemewahan, keindahan, keeksotisan, sangat jauh bermilyar-milyar kali lipat dari semua keindahan yang pernah ada dimuka bumi. Bahkan sangat-sangat tidak bisa terhitung kenikmatannya.

Kalau untuk travelling ke beberapa negara dengan tempat wisata terindah, kita rela melakukan persiapan sedini, serapi dan sedetil mungkin. Kita rela menyisihkan uang, tenaga dan waktu untuk memikirkan rencana travelling tersebut. Apakah lagi dengan travelling menuju negeri akhirat?
Apakah kita pura-pura lupa dan lalai akan perjalanan abadi yang PASTI akan kita lewati?

Jangan tunda lagi, segeralah bersiap. Itinerary atau kronologis kegiatan perjalanan di negeri akhirat sudah Allah jelaskan rinci. Kita tidak perlu capek-capek menyusunnya lagi. Dalam perjalanan inipun tidak diperlukan biaya mahal. Kita hanya perlu bersiap dan  menyisihkan sebagian besar waktu kita untuk mengumpulkan sebanyak mungkin amal kebaikan.

Semoga Allah menjadikan akhir kehidupan kita sebagai saat-saat terindah. Saat malaikat maut menjemput, kita sudah siap menjadikan kalimat tauhid sebagai kalimat terakhir yang kita ucapkan di dunia ini. Dan jiwa kita pun siap berkelana dengan penuh kebahagiaan, melewati setiap tempat dengan penuh kemudahan sampai akhirnya menuju surga-Nya, berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai. Aamiin yaa Rabbal 'Aalamiin.

****
gambar dari sini


Cintai Anakmu untuk Selamanya

15 November 2014 | comments

Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi... Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan. Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita. Mereka merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani dan melayani kita. Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka. Entah kapan. Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini....

Sebagian di antara kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta. Orangtua dan anak hanya berjumpa di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala, saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan. Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.

Adakah itu termasuk kita? Alangkah besar kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala.

Inilah hari ketika kita tak dapat membela pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri. Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat? Dan dunia ini adalah ladangnya...

Sebagian di antara kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati. Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah Jalla wa 'Ala. Tingkatan amal mereka boleh jadi tak sebanding. Tapi Allah Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.

Allah Ta'ala berfirman:


"والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين"

"Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS. Ath-Thuur, 52: 21).

Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk yang demikian ini? Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi. Termasuk kitakah?

Adakah kita benar-benar mencintai anak kita? Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit. Kita tangisi mereka saat terluka. Tapi adakah kita juga khawatiri nasib mereka di akhirat? Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka. Bila perlu sampai letih badan kita. Tapi adakah kita berlaku sama untuk "masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?

Tengoklah sejenak anakmu. Tataplah wajahnya. Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api nereka hingga melepuh kulitnya? Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya. Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya?




Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali. Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai?

Maka, cintai anakmu untuk selamanya! Bukan hanya untuk hidupnya di dunia. Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta'ala. Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga. Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat. Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang. Masa yang tak bertepi.

********

Taken from FB Ust. Mohammad Fauzil Adhim

gambar dari sini 

Asuransi Terbaik

28 August 2014 | comments



Oleh Ustadz Budi Ashari, Lc

Bukti cinta orang tua sepanjang jalan adalah mereka memikirkan masa depan anaknya. Mereka tidak ingin anak-anak kelak hidup dalam kesulitan. Persiapan harta pun dipikirkan masak-masak dan maksimal.

Para orang tua sudah ada yang menyiapkan tabungan, asuransi bahkan perusahaan. Rumah pun telah dibangunkan, terhitung sejumlah anak-anaknya. Ada juga yang masih bingung mencari-cari bentuk penyiapan masa depan terbaik. Ada yang sedang memilih perusahaan asuransi yang paling aman dan menjanjikan. Tetapi ada juga yang tak tahu harus berbuat apa karena ekonomi hariannya pun pas-pasan bahkan mungkin kurang.

Bagi yang telah menyiapkan tabungan dan asuransi, titik terpenting yang harus diingatkan adalah jangan sampai kehilangan Allah. Hitungan detail tentang biaya masa depan tidak boleh menghilangkan Allah yang Maha Tahu tentang masa depan. Karena efeknya sangat buruk. Kehilangan keberkahan. Jika keberkahan sirna, harta yang banyak tak memberi manfaat kebaikan sama sekali bagi anak-anak kita. Lihatlah kisah berikut ini:

Dalam buku Alfu Qishshoh wa Qishshoh oleh Hani Al Hajj dibandingkan tentang dua khalifah di jaman Dinasti Bani Umayyah: Hisyam bin Abdul Malik dan Umar bin Abdul Aziz. Keduanya sama-sama meninggalkan 11 anak, laki-laki dan perempuan. Tapi bedanya, Hisyam bin Abdul Malik meninggalkan jatah warisan bagi anak-anak laki masing-masing mendapatkan 1 juta Dinar. Sementara anak-anak laki Umar bin Abdul Aziz hanya mendapatkan setengah dinar.

Dengan peninggalan melimpah dari Hisyam bin Abdul Malik untuk semua anak-anaknya ternyata tidak membawa kebaikan. Semua anak-anak Hisyam sepeninggalnya hidup dalam keadaan miskin. Sementara anak-anak Umar bin Abdul Aziz tanpa terkecuali hidup dalam keadaan kaya, bahkan seorang di antara mereka menyumbang fi sabilillah untuk menyiapkan kuda dan perbekalan bagi 100.000 pasukan penunggang kuda.

Apa yang membedakan keduanya? Keberkahan.
Kisah ini semoga bisa mengingatkan kita akan bahayanya harta banyak yang disiapkan untuk masa depan anak-anak tetapi kehilangan keberkahan. 1 juta dinar (hari ini sekitar Rp 2.000.000.000.000,-) tak bisa sekadar untuk berkecukupan apalagi bahagia. Bahkan mengantarkan mereka menuju kefakiran.

Melihat kisah tersebut kita juga belajar bahwa tak terlalu penting berapa yang kita tinggalkan untuk anak-anak kita. Mungkin hanya setengah dinar (hari ini sekitar Rp 1.000.000,-) untuk satu anak kita. Tapi yang sedikit itu membaur dengan keberkahan. Ia akan menjadi modal berharga untuk kebesaran dan kecukupan mereka kelak. Lebih dari itu, membuat mereka menjadi shalih dengan harta itu.
Maka ini hiburan bagi yang hanya sedikit peninggalannya.

Bahkan berikut ini menghibur sekaligus mengajarkan bagi mereka yang tak punya peninggalan harta. Tentu sekaligus bagi yang banyak peninggalannya.
Bacalah dua ayat ini dan rasakan kenyamanannya,

Ayat yang pertama,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (Qs. Al Kahfi: 82)

Ayat ini mengisahkan tentang anak yatim yang hartanya masih terus dijaga Allah, bahkan Allah kirimkan orang shalih yang membangunkan rumahnya yang nyaris roboh dengan gratis. Semua penjagaan Allah itu sebabnya adalah keshalihan ayahnya saat masih hidup.
Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan,
“Ayat ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala menjaga orang shalih pada dirinya dan pada anaknya walaupun mereka jauh darinya. Telah diriwayatkan bahwa Allah ta’ala menjaga orang shalih pada tujuh keturunannya.”

Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menukil kalimat Hannadah binti Malik Asy Syaibaniyyah,
“Disebutkan bahwa kedua (anak yatim itu) dijaga karena kesholehan ayahnya. Tidak disebutkan kesholehan keduanya. Antara keduanya dan ayah yang disebutkan keshalihan adalah 7 turunan. Pekerjaannya dulu adalah tukang tenun.”

Selanjutnya Ibnu Katsir menerangkan,
“Kalimat: (dahulu ayah keduanya orang yang sholeh) menunjukkan bahwa seorang yang shalih akan dijaga keturunannya. Keberkahan ibadahnya akan melingkupi mereka di dunia dan akhirat dengan syafaat bagi mereka, diangkatnya derajat pada derajat tertinggi di surga, agar ia senang bisa melihat mereka, sebagaimana dalam Al Quran dan Hadits. Said bin Jubair berkata dari Ibnu Abbas: kedua anak itu dijaga karena keshalihan ayah mereka. Dan tidak disebutkan kesholehan mereka. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa ia adalah ayahnya jauh. Wallahu A’lam

Ayat yang kedua,
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
“Sesungguhnya pelindungku ialahlah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (Qs. Al A’raf: 196)
Ayat ini mengirimkan keyakinan pada orang beriman bahwa Allah yang kuasa menurunkan al Kitab sebagai bukti rahmatNya bagi makhlukNya, Dia pula yang akan mengurusi, menjaga dan menolong orang-orang shalih dengan kuasa dan rahmatNya. Sekuat inilah seharusnya keyakinan kita sebagai orang beriman. Termasuk keyakinan kita terhadap anak-anak kita sepeninggal kita.
 Untuk lebih jelas, kisah orang mulia berikut ini mengajarkan aplikasinya.

Ketika Umar bin Abdul Aziz telah dekat dengan kematian, datanglah Maslamah bin Abdul Malik. Ia berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, engkau telah mengosongkan mulut-mulut anakmu dari harta ini. Andai anda mewasiatkan mereka kepadaku atau orang-orang sepertiku dari masyarakatmu, mereka akan mencukupi kebutuhan mereka.”
Ketika Umar mendengar kalimat ini ia berkata, “Dudukkan saya!”
Mereka pun mendudukkannya.

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Aku telah mendengar ucapanmu, wahai Maslamah. Adapun perkataanmu bahwa aku telah mengosongkan mulut-mulut anakku dari harta ini, demi Allah aku tidak pernah mendzalimi hak mereka dan aku tidak mungkin memberikan mereka sesuatu yang merupakan hak orang lain. Adapun perkataanmu tentang wasiat, maka wasiatku tentang mereka adalah:
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
Anaknya Umar satu dari dua jenis: shalih maka Allah akan mencukupinya atau tidak sholeh maka aku tidak mau menjadi orang pertama yang membantunya dengan harta untuk maksiat kepada Allah.” (Umar ibn Abdil Aziz Ma’alim At Tajdid wal Ishlah, Ali Muhammad Ash Shalaby)

Begitulah ayat bekerja pada keyakinan seorang Umar bin Abdul Aziz. Ia yang telah yakin mendidik anaknya menjadi shalih, walau hanya setengah dinar hak anak laki-laki dan seperempat dinar hak anak perempuan, tetapi dia yakin pasti Allah yang mengurusi, menjaga dan menolong anak-anak sepeninggalnya. Dan kisah di atas telah menunjukkan bahwa keyakinannya itu benar.

Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang khalifah besar yang berhasil memakmurkan masyarakat besarnya. Tentu dia juga berhak untuk makmur seperti masyarakatnya. Minimal sama, atau bahkan ia punya hak lebih sebagai pemimpin mereka.
Tetapi ternyata ia tidak meninggalkan banyak harta. Tak ada tabungan yang cukup. Tak ada usaha yang mapan. Tak ada asuransi seperti hari ini.
Tapi tidak ada sedikit pun kekhawatiran. Tidak tersirat secuil pun rasa takut. Karena yang disyaratkan ayat telah ia penuhi. Ya, anak-anak yang shalih hasil didikannya.

Maka izinkan kita ambil kesimpulannya:
Bagi yang mau meninggalkan jaminan masa depan anaknya berupa tabungan, asuransi atau perusahaan, simpankan untuk anak-anak dari harta yang tak diragukan kehalalannya.
Hati-hati bersandar pada harta dan hitung-hitungan belaka. Dan lupa akan Allah yang Maha Mengetahui yang akan terjadi.

Jaminan yang paling berharga –bagi yang berharta ataupun yang tidak-, yang akan menjamin masa depan anak-anak adalah: keshalihan para ayah dan keshalihan anak-anak.
Dengan keshalihan ayah, mereka dijaga.
Dan dengan keshalihan anak-anak, mereka akan diurusi, dijaga, dan ditolong Allah.

***************
 gambar dari sini

Asyiiikk...Ramadhan Mau Dateng :)

28 June 2014 | comments

Alhamdulillah.... sore ini, si tamu besar nan agung udah mau dateng :)
Nyok disiapin target dan checklist yang mo dikerjain selama si tamu dateng. Mumpung masih idup dan bernapas ^-^..
Ini contoh checklist yang bisa dicontek. Alhamdulillah, dapet contekan dari temen saya yang keceh, baik hati n tidak sombong. Diambil dari fb temen saya: Siti Nurjanah (lov u sis :-*)

Untuk anak-anak seperti gambar ini:


Kalau untuk orang gede seperti ini:


Kalo mo download filenya, klik aja ini:

Ok....selamat bersenang-senang dan bermesraan dengan Allah swt  di bulan Ramadhan  V^-^V


 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger