"Kapan disholatinnya?"
"Habis sholat magrib, Ma."
"Nanti mama ikut ya. Mama sekalian sholat Maghrib di mesjid aja."
Si sulung menunggu saya bersiap-siap. Sementara suami sudah duluan ke mesjid.
Tak lama terdengar iqomah. Saya buru-buru bersiap-siap. Berwudhu, lalu secepat mungkin mengenakan gamis dan hijab.
"Ayo cepat", seru saya ke si Sulung yang sudah menyalakan motornya.
Sampe mesjid, ternyata ngga dapet rakaat pertama. Yowis, jadi masbuk deh.
Setelah sholat maghrib selesai, beberapa saat kemudian, diselenggarakan sholat jenazah. Pengurus masjid komplek yang mewakili pihak keluarga, sedikit menjelaskan kronologi kematian almarhum.
Yang meninggal karena kecelakaan tunggal di siang hari tadi. Ya, kematian yang mendadak.
Setelah sholat jenazah selesai, saya peluk erat istrinya. Masih muda. Dengan dua anak, yang sulung kelas 10 dan yang bungsu usia 2 tahun.
***
Tidak ada yang menyangka. Pagi itu, suaminya masih menemani anak bungsu, mengikuti lomba acara 17 agustusan di komplek kami.
Siangnya, saat keluar rumah untuk menyelesaikan suatu urusan, motor suaminya menabrak pot beton yang berada di jalan raya.
Warga yang melihat segera membawa ke RS, tapi ternyata itulah saat malaikat maut menjemputnya.
***
Saya memandang ke sosok perempuan muda, yang Allah pilih mendapat ujian yang luar biasa berat ini. Dia pasti sosok pilihan. Maka ujiannya pun sangat berat.
Hari dimana semua warga bersuka cita, ternyata menjadi hari berduka yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup.
Saat suaminya keluar rumah, dia pasti tidak akan pernah menyangka suaminya kembali ke rumah, dalam kondisi tidak bernyawa.
Ya Allah, membayangkannya saja membuat hati seperti teriris. Tapi, bukankah ini takdirnya? Takdir yang sudah tertulis di Lauh Mahfuzh, puluhan ribu tahun jauh sebelum manusia diciptakan.
Sungguh, kita tak akan pernah tau. Takdir sepeti apa gerangan yang akan menimpa kita di hari-hari kedepan.
***
Siapapun kita, satu saat PASTI berada dalam kondisi, DITINGGALKAN atau MENINGGALKAN.
Saat berada dalam posisi ditinggalkan,
iman dan keyakinan harus makin dikuatkan. Karena memang tidak ada yang abadi di dunia ini. Termasuk mereka, orang-orang yang kita cintai. Orang tua kita, saudara kita, suami kita, istri kita, anak kita, sahabat kita, guru kita, tetangga kita. Siapapun itu.
Mereka tidak akan selamanya ada, menemani kita. Satu saat, SIAP atau TIDAK SIAP, mereka pasti pergi.
Jika saat itu datang, kesedihan tak mungkin dilawan, tapi jangan sampai kehilangan HUSNUDZON kita kepada Allah akan ketetapan TERBAIK-NYA.
Pun kita, pasti akan MENINGGALKAN keluarga kita. Meninggalkan dunia ini. Entah kapan dan dimana. Dalam hitungan bulan, hari, jam, menit bahkan detik. BERSIAPLAH. Jangan pernah terpikir waktu masih panjang. Justru berpikir dan bersikaplah seperti orang yang waktu kematiannya sangat dekat.
Seperti orang yang sedang berada dalam pesawat yang sedang menukik jatuh.
Atau seperti orang yang sedang berada dalam kapal yang akan tenggelam.
Atau seperti orang yang sedang terkena penyakit mematikan dengan waktu hidup yang tersisa sangat sedikit.
Kita pasti akan sibuk berzikir, istighfar, dan terus mengisi detik waktu yang berjalan dengan sebanyak mungkin ketaatan dan kebaikan.
Sudah tak ada tempat lagi untuk maksiat dan dosa.
---
Semoga Allah kokohkan keimanan kita agar selalu istiqomah di jalan-Nya dan mengaruniakan husnul khotimah di ujung kehidupan kita.
#notetomyself
#refleksijiwa
#renunganmalam
Post a Comment