Trauma ke RS

30 October 2011 | comments (5)


Kemarin anak saya demam lagi. Seperti biasa, anak satu ini kalo demam bisa sampai 40 derajat.
Selain demam, pilek n batuk pulak. Syukurnya, adek-adeknya cuma ketularan dikit. Pilek dan batuk doang. Yah, gimana ngga nular, maen n tidur bareng mulu ^-^

Saya sama sekali ngga ke dokter atau ke RS. Asli deh. Bener-bener ngga mau. Bukannya saya ngga sayang anak. Justru karena sayang, saya ngga mau anak saya dicekokin macam-macam obat yang ngga perlu. Tau sendiri kan, gimana ganasnya kondisi pelayanan kesehatan di sini. Mata, telinga dan hati saya, benar-benar sampai mendidih, kalau membaca/mendengar berita-berita shahih seputar korban yang berjatuhan akibat buruknya pelayanan dan prosedur perawatan di rumah-rumah sakit.

Mengapa saya sebut berita shahih? Karena saya mendengar langsung cerita-cerita tersebut dari kerabat/teman korban. Tau tidak, ibu dari temen sekolah anak saya, meninggal setelah sebulan di rawat di RS yang berbeda. Dokter di RS kedua mengatakan, bahwa RS pertama telah melakukan kesalahan diagnosa yang berakibat fatal terhadap kondisi si ibu itu. Akibatnya obat-obat oral/infus yang diberikan bukannya menyembuhkan malah memperburuk kesehatan sang ibu.

Beberapa berita lainnya, memang saya dapatkan lewat berita tivi atau internet. Masih inget kan kasus Prita?  Ada cerita lain lagi. Seorang ibu membawa anaknya yang kejang karena demam tinggi, berobat ke RS. Oleh dokter langsung diinfus dan dikasih antibiotik. Besoknya, si anak divonis kena radang otak dan harus diopname sampai sekian minggu. Keluar RS bukannya si anak sembuh, yang ada anak batitanya itu, kemampuannya malah turun drastis, kembali seperti bayi 1 bulan !! Kalau dihitung-hitung, entah sudah berapa banyak terjadi kasus-kasus seperti di atas.

Hmm, entah itu RS pemerintah ataupun RS International, yang jelas saya sudah ilfil alias hilang kepercayaan dengan semua RS yang ada di sini. Ingat, RS ya. Bukan dokter. Karena saya tau, di Ina sini, masih banyaaakk dokter-dokter yang baik hati. Sayangnya, saya belum ketemu dengan dokter baik hati yang tinggalnya di dekat rumah -_-;

Walhasil, sejak punya bayi berturut-turut selama tiga kali, dan setelah pindah ke sini, saya jadi terbiasa, menguat-nguatkan hati kalau melihat anak-anak demam tinggi. Selama mereka masih mau makan, masih bisa main -walaupun tidak seaktif ketika sehat-, saya tetap tidak membawa mereka ke dokter. Syaratnya, selama demamnya tidak lebih dari 72 jam. Alhamdulillah, selama ini belum pernah melewati limit tersebut :)

Selama sakit, paling anak-anak saya kasih minum jus, susu atau teh. Makan juga paling makan buah, seperti mangga n pepaya. Makan nasi memang agak susah. Paling banter makan roti atau telur. Pokoknya apapun yang bisa masuk ke mulut mereka, saya masukin. Selama itu bukan obat dari dokter ;)


Share this article :

+ comments + 5 comments

October 30, 2011 at 2:41 AM

Bener. Sy untungnya di rmh aja jd tiap anak sakit bs memantau kondisinya. Lbh percaya pd pengamatan sy drpd dokter yg cm melihat sekilas saja. Alhamdulillah sampai saat ini blm pernah dirawat di RS yg mana teman seumuran anak sy biasanya udah pernah masuk RS bbrp kali. Menurut sy jenis sakitnya biasa aja yg sbnrnya bs home treatment. Cm mgkn ortunya gak tau.

October 30, 2011 at 3:13 PM

kita sealiran ya mba :)
makasih dah berkunjung ^-^

October 31, 2011 at 7:42 PM

rina, kalau aku pakai obat2 herbal, seperti habbatussaudah, madu. alhamdulillah anak2 cocok. Demam, batuk, pilek, sariawan, aku minumin obat2 itu.

October 31, 2011 at 9:00 PM

sokka...masalahnya anak2ku pd ga suka sm yg herbal, des
@_@;

November 7, 2011 at 2:43 PM

memang perlu sedikit pemaksaan diawalnya rIn...tapi alhamdulillah..akhirnya mereka terbiasa..si baby malah seneng banget minum air madu ^-^

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger