Kalau pelajaran iman, terutama yang menyangkut hari akhir, adalah sesuatu yang gaib, dan tentu saja abstrak bagi mereka. Jelasinnya harus sabar, dan mengikuti daya tangkap mereka.
Kematian opa sebulan yang lalu, jadi pelajaran emas buat anak-anak. Mereka melihat sendiri, seperti apa opa --yang biasanya bercanda dan tertawa bersama mereka-- tiba-tiba berubah menjadi jasad yang terbujur kaku. Diam tak bergerak.
Mereka mengikuti bagaimana jenazah opa mereka diperlakukan, saat diangkat untuk dimandikan, dikafani sampai dimasukkan ke liang lahat. Dan ingatan ini melekat dan terus menjadi pertanyaan besar buat mereka.
"Mama, opa sekarang di surga ya?"
"Opa disana makan sama minum juga ngga?"
"Trus opa ditemenin sama siapa?"
"Rumahnya opa yang sekarang kayak apa luasnya?"
Saya berusaha jawab dengan bahasa mereka.
"Ngga. Opa belum masuk surga. Insyaa Allah opa lagi nunggu di taman yang luas dan indah. Opa ditemenin sama amal baik opa yang bentuknya kayak manusia. Tapi manusianya cakeeepp dan haruuuum banget.
Opa sekarang lagi dikasih lihat sama Allah terus-terusan, surga tempat opa tinggal nanti.
Ya, kayak Muaz kalo mo liburan yang jauh, kan sama mama diliatin dulu di komputer. Tempat liburannya seperti apa. Ada restorannya, ada kolam renangnya, ada kamarnya yang luas, ada tempat main anak-anak. Trus Muaz senang kan, kalo mama liatin seperti itu? Muaz jadi ngga sabaran kan pengen cepat-cepat kesana?"
Muaz (7 th) ngangguk-ngangguk. Termasuk adek-adeknya, mutia (6 th) dan oyi (4,5 th)
"Nah, opa juga seperti itu. Kata Allah swt, orang sholeh dalam kuburnya, diliatin tempatnya di surga. Biasanya sih, orang sholehnya jadi ngga sabaran pengen cepet-cepet hari kiamat. Supaya bisa masuk surga, kumpul sama anak dan cucu-cucunya.
"Kalau semuaaaa manusia sudah mati, kalau kiamat sudah selesai, semua manusia dikumpulin di padang mahsyar. Semuaaa orang dari jaman nabi Adam sampai nabi Muhammad saw, dihitung trus ditimbang pahala sama dosanya. Kalau pahalanya lebih banyak, nanti dimasukin surga. Kalau dosanya yang lebih banyak, dimasukin ke neraka."
Setelah perhitungan selesai, manusia harus ngelewatin jembatan yang sempit dan tajam, namanya shirat. Di bawah shirat ada neraka yang panaaas yang apinya menyala-nyala. Kalau orang sholeh, sama Allah dikasih kekuatan supaya bisa lewat jembatan dengan selamat. Tapi kalau orang jahat dan durhaka, baru sebentar jalan, tahu-tahu terjatuh ke neraka."
"Tapi mama, kenapa Allah masukin orangnya ke neraka?". Si mutia nanya.
"Itu karena orangnya bandel sama Allah. Ngga mau dengerin Allah. Allah suruh sholat, suruh baca Qur'an, suruh banyak berbuat baik, orangnya yang ngga mau denger.
Allah itu sebenarnya sayaaaaaanngg banget sama manusia. Lebih dari sayangnya mama-mama ke anak-anaknya. Semua mama kan ngga ada yang mau kalau anaknya celaka, luka-luka, sakit. Semua mama pengen anak-anaknya sehat, senang-senang. Apalagi Allah. Allah ngga mau manusia masuk ke neraka. Makanya Allah turunin Qur'an supaya manusia tau, yang Allah suruh apa, yang Allah larang apa. Kalo yang dengerin, yang jalanin perintah Allah, nanti dimasukin ke surga. Kalo yang ngga mau dengerin, ya dihukum, dimasukin ke neraka."
"Trus kalo udah dari jembatan, ngapain lagi orang-orangnya?"
"Setelah itu, semuaaaa orang yang selamat dari shirat, dimasukin ke surga sama Allah. Tau ngga surga itu kayak apa? Surga itu besaaaaaarr banget. Trus enaaaaaakkk banget disana. Muaz, mutia sama oyi bisa minta mainan apa aja sama Allah. Ngga usah beli, ngga usah cape-cape ke toko mainan. Ngga usah rebutan. Semua dapat bagian. Malah kalo mau mainan yang banyaaaaaaaakk semua ada.
Mau minta yang lain juga bisa, mo minta es krim, atau coklat yang banyak. Ngga usah takut giginya lobang. Soalnya kan di surga udah ngga ada yang namanya sakit-sakit. Capek-capek.
"Kalo mutia....maunya minta dibikinin sayap sama Allah. Mutia mau kayak kupu-kupu."
"Kalo oyi maunya naik perosotan. Tapi perosotannya dari pelangi, ada warna warni."
"Kalo muaz maunya berubah jadi boboiboy..."
***
Hampir setiap hari, obrolan tentang alam barzakh, surga, neraka jadi topik mereka. Mereka jadi lebih ngerti, kalau mau masuk surga, harus banyak berbuat baik supaya Allah sayang.
"Mama, mutia bawain piring-piring kotornya ya."
"Mama sini biar mutia aja yang rapiin koran-korannya."
"Mama tadi oyi ngalah, ngga rebutan masuk rumah."
"Tadi oyi berbagi kue di sekolah..."
Kalau si muaz lain lagi. Alhamdulillah, belakangan dia jadi makin rajin ke mesjid. Apalagi pas waktu sholat subuh. Tiap malam sebelum tidur, dia selalu minta dibangunin subuh supaya bisa ke mesjid. Dan banguninnya pun ngga pake heboh seperti dulu. Mudah-mudahan bisa terus-terus kayak gini, biar emaknya senang.
Satu hari, tiba-tiba si muaz nanya.
"Mama, ada ngga ya, anak kecil yang mati di mesjid?"
"Hmm, mama kurang tau. Mungkin saja ada."
"Mama,....muaz pengen mati di mesjid juga. Kayak opa."
Ah. Saya terdiam. Saya anggukin kepala dan bilang supaya muaz lebih gambatte lagi untuk bisa sholat di mesjid. Gambatte berbuat baik. Karena nanti, Allah akan matiin orang sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan. Orang sholeh, karena terbiasa melakukan ibadah dan berbuat baik, maka Allah matikan mereka dalam keadaan baik pula.
Saya jadi lebih sering termenung. Anak-anak ...percakapan mereka masih polos. Pemikiran mereka masih sederhana, tapi mampu me
Masih banyak sekali pelajaran keimanan yang menjadi PR saya. PR yang harus saya selesaikan sebelum jatah saya di dunia selesai. Karena, inilah pelajaran terpenting. Sangat-sangat penting dalam kehidupan mereka. Yang dengannya kehidupan akhirat mereka
Mampukah saya mengawal mereka, mengasuh dan membina mereka, untuk tetap setia di jalan-Nya. Sedangkan saya sendiri masih sering terjatuh mengawal iman sendiri....
Mudahkanlah ya Allah.....
****
gambar dari sini
+ comments + 1 comments
Thanks for this nice article. Keep it up. :)
Post a Comment