Kecelakaan

07 November 2016 | comments

Jalan raya di perkampungan itu tidak terlalu ramai. 
Perjalanan pulang menuju rumah masih jauh. Sekitar enam jam-an lagi. 
Kami baru saja selesai mengikuti acara family gathering kantor suami, yang diadakan di pantai yang cantik di pelosok barat pulau Jawa. 
Sebagian dari karyawan naik minibus sewaan. Sementara karyawan lain yang punya anak kecil, memilih menggunakan mobil pribadi. Acara berlangsung sabtu kemarin, dan hari minggu siang, setelah acara selesai, semua kembali pulang menuju rumah. Kecuali minibus yang akan menuju kantor.

Mobil masih melaju. Melewati jalanan kecil di perkampungan. Jalanan dua arah tanpa pembatas.
Sesekali truk besar melintas dari arah yang berlawanan. Motor-motor dengan kecepatan tinggi kadang menyalip mobil kami.
Di kanan kiri jalan ada rumah penduduk. Yang diselingi dengan hamparan sawah.

Dvd yang menayangkan film anak-anak, masih menyala.
Saya belum tertidur. Sesekali merem, sesekali melek. Saya melirik ke sekeliling.
Saya duduk di deretan paling belakang. Di samping ada si sulung yang sudah nyenyak.
Di deretan tengah, si nomor 3 dan 4, sepertinya sudah dari tadi tertidur pulas.
Di depan, di samping suami, ada si nomor 2. Yang entah ikut tertidur atau ngga. 

Sementara suami saya masih terus menyetir. Walaupun, entah berapa kali saya mendengar dia menguap agak kencang. Sepertinya dia mengantuk.

Saya pikir, suami masih bisa bertahan. Selama ini, beliau termasuk yang paling kuat menahan kantuk.
Saya mencoba untuk tidur. Belum lama saya memejamkan mata, ketika tiba-tiba....

"Braaakkkkk...."

Mobil seperti melintasi sesuatu yang keras. Lalu berjalan dengan terguncang-guncang seperti melewati jalanan yang tidak seperti biasa.
"Astaghfirullahal azhim...."
Saya berteriak....dan berulang beristighfar..

Sementara mobil masih terus berguncang. Dan kemudian terhenti mendadak, dengan mesin yang masih menyala.
Saya sempat melihat anak-anak saya terdorong menabrak kursi depan. 

Ternyata, dalam hitungan detik, mobil melesat, menyebrangi jalur yang berlawanan arah,  terperosok dan akhirnya terhenti di pelataran sawah.

Asap terlihat keluar dari bagian depan mobil.
Saya yang panik, langsung berteriak, ...

"Semua keluar !! Ayo....cepat!! Cepat keluar...!!!

Sambil berteriak....saya menarik-narik engsel pintu, yang ternyata masih dicentral lock.
"Papaaa..., Papaaa..., ...cepat buka kuncinya !!! Cepaatt !!"

Suami saya seperti masih bingung. Seperti orang yang baru terbangun dari tidur.
Sesaat kemudian, dengan cepat ditekannya tombol unlock. 
Pintu terbuka. Semua melompat keluar. Anak-anak sudah  ngga sempat lagi memakai sendal. 
Sementara asap masih terus keluar. 

Si nomor tiga, menangis. Yang lain masih seperti kaget.
Saya perhatikan kondisi anak-anak, alhamdulillah, semua baik-baik, ngga ada yang terluka.
Hanya nomor 2 yang mulutnya sedikit mengeluarkan darah, karena membentur dashboard mobil.
Sementara suami masih terdiam, memperhatikan keadaan kami .

"Mobilnya kenapa bu?"
Seorang bapak, yang sepertinya tinggal di areal dekat sawah tersebut mendekati kami.

"Ini pak, nyungsep. Tadi suami saya ngantuk, jadi ngga sadar tau-tau ketiduran. Mobilnya jadi belok sendiri deh."

"Oooo. Sering tuh bu kejadian seperti itu di dekat sini. Ada yang tabrakan, ada yang terguling kendaraannya, ada yang tau-tau terperosok. Ya, begitulah bu."
Saya hanya mengangguk. Tak terlalu tertarik dengan aroma mistis.

Kami masih terdiam. Menatap mobil yang terus mengeluarkan asap.
Sementara, perjaka saya, si sulung mulai berjalan. Dia seperti mengambil sesuatu, seperti lempengan besi, lalu menunjukkan ke saya.

"Mama, ini apa ya?" 

Saya perhatikan sejenak. 
"Ya Allah, itu lempengan mobil yang patah...."
Ternyata bemper mobil bagian depan terlepas dan rusak parah. Bagian bawah copot semua, sampai kabel dan komponen mobil bagian bawah bisa terlihat dengan jelas.
Kaca di spion kanan hancur. Beberapa lempengan masih ditemukan terserak sekitar lokasi.

Tak berapa lama orang-orang sekitar mulai ramai berkumpul. 
Mencoba memberi bantuan untuk kami. Dan ternyata tidak mudah untuk menggerakkan mobil. Karena mobil kami yang tergolong berat dan besar, sedangkan bagian ban terendam dalam lumpur sawah. Berapa kali mereka mencoba mendorong tapi tidak berhasil. Ban mobil sulit untuk berputar. Satu-satunya cara hanya dengan menderek mobil.
Tiba-tiba si nomor 2 teriak,"Mama, lihat....itu ada temen-temen papa." 
Ditunjuknya minibus elf warna kuning yang berhenti di seberang jalan. 

Mereka rombongan kantor suami yang juga baru pulang dari vila tempat acara famgath berlangsung.

Beberapa dari mereka turun, menyebrangi jalan, dan segera menghampiri kami yang saat itu masih berdiri terdiam. 

"Ibu ngga apa-apa? Anak-anak gimana?"
"Ibu ngikut kita aja ya, biar nanti bapak sama temennya yang ngurusin mobil."

Akhirnya kami memutuskan, saya dan tiga krucil ngikut dengan rombongan kantor.
Sedangkan si sulung dan suami dan satu orang kawannya yang berusia agak lanjut, memilih tinggal di lokasi.

Saya lihat, jalanan di sekitar mulai terlihat macet dan tersendat. Tidak sedikit kendaraan yang berhenti, penasaran dengan apa yang terjadi.

Akhirnya, minibus pun berangkat. Melesat meninggalkan lokasi.



Sepanjang perjalanan, saya masih terdiam. Sebenarnya, saya agak shock. Pikiran saya berkecamuk dan terus merenungkan peristiwa tadi.

Apa yang terjadi, seandainya saat mobil berbelok, saat melewati jalur yang berlawanan arah, di saat yang sama ada truk yang melintas?
Apa yang terjadi, seandainya saat itu ada motor yang menyalip?
Apa yang terjadi, seandainya waktu itu ada orang yang bekerja di pematang sawah?
Apa yang terjadi, seandainya mobil membentur pekarangan dan menerjang rumah penduduk?
Apa yang terjadi, seandainya suami mengantuk saat mobil sudah berada di jalan tol?

Ah, banyak sekali kemungkinan yang bisa terjadi.
Mungkin ada kerusakan.
Mungkin ada korban luka.
Mungkin ada nyawa yang hilang.
Hanya karena satu-dua kecerobohan. Kecerobohan driver.
Juga kecerobohan penumpang, yang membiarkan driver dalam keadaan mengantuk.

Seumur-umur baru kali ini saya merasakan kecelakaan. 
Saya jadi tersadar, betapa tipis batas antara hidup dan mati.
Hanya sekejap seperti kedipan mata. Hanya sepersekian detik, saat saya memejamkan mata dan kecelakaan itu terjadi.
Tapi Allah swt masih ngasih kesempatan. Tidak ada korban. Yang ada hanya kerusakan fisik kendaraan.
Sementara, saya sendiri merasa masih jauh dari siap menghadapi kematian.

"Mama, tadi, kalau kita mati, kita mati syahid ngga?"
Tiba-tiba si nomor 2 bertanya. Sepertinya dia juga sedang berpikir hal yang sama.
Saya tatap matanya. Mata yang masih dipenuhi rasa khawatir.

"Ngga sayang. Kita ngga mati syahid. Kan kita ngga lagi berjihad. Cuma liburan. Tapi insyaa Allah yang namanya mati bisa husnul khotimah. Yang penting pas mati, kita pas lagi inget Allah... lagi zikir, lagi hapalan ayat...."

Si nomor 2 mengangguk. Lalu kembali merebahkan kepalanya. Ngantuk, tapi masih belum bisa tidur.

Badan saya masih merinding, gemetar. Hati saya masih bergejolak. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk tadi.
Ah, baru kali ini saya bisa menghayati, seperti apa rasanya ketika kecelakaan terjadi.
Peristiwa kecelakaan yang selama ini cuma sering saya dengar atau saya baca. 
Peristiwa yang kadang berakhir dengan aman, tapi tidak sedikit juga yang berakhir dengan tragis.
Peristiwa sepersekian detik yang mungkin membawa trauma dan penyesalan sepanjang hayat bagi yang mengalaminya.

Ada banyak pelajaran penting yang saya rasakan.

1. Ketika sedang berkendara, pastikan driver dalam kondisi fit dan tidak mengantuk. Kalau mengantuk, segera tukar posisi. Gantikan si driver. Tapi kalo ngga ada driver cadangan, ya berhentilah dulu sejenak. Kalau ada rest area, bisa singgah sebentar untuk tidur walau hanya 10-15 menit. Jangan cuma diajak ngobrol, tapi diajak istirahat.

Dalam kasus saya, suami memang sangaaat tidak mau merepotkan istrinya yang sudah dirusuhi sama urusan krucil, logistik massa, dll. Padahal kondisi saya saat itu lumayan fit, ngga ngantuk. Tapi karena beliau overestimate dengan dirinya, belum lagi sayanya juga yang kurang sensi sama kondisi suami, walhasil, terjadilah tragedi tsb. Dan itulah bagian dari takdir yang sudah ditentukan-Nya.

2. Gunakan seatbelt. Bukan hanya driver, tapi semua penumpang. Kami memang punya kebiasaan buruk, hanya di jalan tol saja, semua pake seatbelt. Keluar jalan tol, ya hanya driver yang pake. Padahal pemakaian seatbelt sangat penting untuk mengurangi resiko terluka.

3. Simpan nomor telepon penting. Nomor telepon agen mobil atau asuransi yang dimiliki. Umumnya mereka bisa dihubungi 24 jam dalam 7 hari. Tapi sayang, dalam kasus saya yang terjadi di hari minggu dengan lokasi yang sangat jauh dari pusat kota, customer care yang dihubungi menyatakan tidak bisa membantu untuk pengadaan mobil derek dikarenakan lokasi kami tidak termasuk coverage area.

4. Siapkan uang cash dalam jumlah berlebih. Terutama saat melakukan perjalanan ke daerah yang jauh dari pusat kota. Karena saat itu tidak ada mobil derek, penduduk perkampungan sekitarlah yang banyak membantu kami. Dari memanggilkan truk besar, menyediakan tali, sampai membantu proses mengeluarkan mobil dari lokasi kecelakaan. Dan untuk itu, sebagai imbalan, kami membayar dengan uang cash sejumlah lebih dari 1 juta rupiah. Karena orang yang membantu, lebih dari selusin. Belum lagi ongkos untuk membayar truk, penyediaan tali, dll. Yang semuanya itu tentu saja ngga bisa dibayar dengan kartu atm.

5. Usahakan bawa persediaan logistik di dalam mobil. Sebisa mungkin, makanan yang cukup mengenyangkan tapi bisa awet beberapa hari. Seperti roti, kue, gorengan. Juga minuman air putih. Siapkan beberapa botol. Jangan lupa dengan baju ganti terutama untuk anak-anak. Di saat genting, jauh dari pusat kota dan minimarket, persediaan tadi bisa sedikit dijadikan ganjalan pangan dan sandang.

6. Setiap akan berlibur/ bepergian jauh, apalagi kalau sekeluarga, jangan lupa siapkan surat wasiat. Waduh, kok serem dan lebay amat sih? Ya ngga serem dong. Dan asli ngga lebay. Kita kan ngga tau, kapan kita dijemput malaikat maut. Bisa jadi dijemputnya sekeluarga. Berapa banyak kasus sekeluarga tewas karena kecelakaan? Ya kecelakaan mobil, kapal laut, pesawat? 

Intinya, siap-siap saja. Tulis detil. Kasih tau ke sodara terdekat. Tentang utang. Tentang arisan. Tentang polis. Tentang rekening. Tentang surat-surat penting yang kita miliki. Tentang password imel dan akun-akun lain milik kita. Pernah baca kan, kisah ahli waris yang ketiban bayar hutang kartu kredit, tapi kesulitan untuk menyelesaikan, karena semua akses ke rekening, ke imel, ke hp dalam kondisi terpassword. Bukan cuma password, kunci-kunci dalam artian fisik, entah kunci rumah, kunci pagar, lebih baik dititipkan saja. Jangan dibawa semua.

7. Yang terakhir, tapi yang paling urgen. Jangan lupa untuk berdoa. Jadikan setiap perjalanan yang kita lakukan, sebagai bagian dari ibadah kita terhadap-Nya. Sekali lagi, kita ngga akan pernah tau, di tempat mana, di hari apa, di menit keberapa, di detik kapan, kita akan ketemu malaikat maut. Jadi, iringi perjalanan dengan tilawah Quran, ceramah agama, zikir bareng, or hapalan ayat bersama. (Nonton juga ngga apa-apa sih untuk mengusir jenuh. Yang penting ngga ada adegan yang dipenuhi sensor. Tau sendiri kan, seperti apa kebanyakan film-film di luar sana). 
Selain untuk menjaga kondisi hati untuk selalu mengingat Allah, juga untuk menjaga diri agar berhati-hati terjerumus dalam maksiat kecil yang mungkin dilakukan dalam perjalanan.

Itulah beberapa pelajaran berharga,.... sekali lagi pengalaman adalah guru terbaik.

Dan semoga ini adalah pengalaman kecelakaan terakhir yang dialami....


Cinta Dalam Secawan Kopi

14 October 2016 | comments


Dering hp terdengar.....entah sudah keberapa kali.
Saya yang lagi rusuh di dapur, agak-agak terganggu jadinya.

"Haloo.....assalaamualaikum. Ini yang jual rokcelana ya?"

Suara ibu-ibu terdengar di seberang sana.

"Waalaikumsalaam, iya bu, benar. Ada yang bisa saya bantu?"


Saya jawab semanis mungkin, walaupun dalam hati masih agak ngedumel, secara urusan di dapur jadi terganggu.

Maklum, hari minggu, pengennya sih jadi waktu khusus leyeh-leyeh.
Tapi ternyata, buat yang namanya emak-emak, apalagi yang udah punya lapak, hari minggu pun kepake buat urusan bisnis.
Lah, dari tilpun, sampe kunjungan langsung dari customer or reseller, selalu ada. Lapaknya mau ditutup juga kesian ah......secara mereka dah bela-belain ngubungin or dateng ke sinih.


"Ini jeng, saya mau beli rokcelana sampeyan. Belinya sekaligus banyak. Bisa ngga jeng? Tapi tolong kirimnya cepet ya. Kalau bisa minggu ini juga. Gimana jeng?"

"Oiya, silakan bu. Nanti ibu tulis aja via whatsapp detil pesenannya. Rokcelana jenis apa, size apa, jumlahnya berapa. Nanti rincian harga dan lain-lain saya jelaskan di whatsapp juga ya bu."

"Nggih. Makasih ya jeng."

"Iya bu. Sama-sama."

Klik. Hp ditutup. Secepat kilat saya berlari ke dapur, menyelesaikan semua urusan di sana. Salah-salah umat bisa mati kelaparan nih, gegara ngga ada makanan. (drama dikit)

Setelah itu, lanjut, saya pegang hp. Buka whatsapp, dan dengan khusyuk membaca, menelusuri dan mengetik semua yang ditanyakan oleh calon reseller tadi.

Ah, ternyata beliau emak-emak yang punya toko di salah satu daerah tengah Jawa. Pantesan. Mesennya mpe berkodi-kodi.
Dan sore itu juga, si ibu pun sudah menunjukkan bukti transfer.
Dan dalam dua minggu berturut-turut, pesenan dari beliau terus bertambah.




*********

Ibu itu cuma salah satu dari puluhan reseller yang menjadi mitra saya. Sama sekali ngga pernah ketemu muka. Kenal juga kagak. Tapi dengan berani mengambil keputusan, untuk mendepositkan uangnya di toko saya dengan nilai deposit tertinggi.
Fyi, untuk reseller, saya ngasih dua pilihan sistem. Sistem beli putus atau sistem deposit.


Beli putus ini, yang biasanya berlaku di distributor ataupun produsen manapun. Contoh di supplier busana muslim terkenal. Ada pilihan paket keagenan. Paket yang paling murah harganya 4 juta dapet 40 kaos. Nah, 40 kaos ini, yang nentuin sizenya, warnanya, ya si supplier. Si reseller bayar cash. Lalu dia hanya bisa pasrah terima barang sejumlah 40 pcs.
Dan ada kemungkinan barang jadi numpuk, karena bisa jadi, stok yang ada di reseller banyak yang tidak sesuai dengan keinginan customer.


Kalau dengan sistem deposit, reseller sangat terbantu. Pertama, mereka cukup menyimpan sejumlah uang dengan nilai tertentu. Maka reseller akan mendapatkan diskon sesuai nilai tersebut. Misal, si reseller setor uang 750 ribu, maka otomatis dia dapat diskon 20% untuk setiap belanja yang dia lakukan. Walau dia belanja hanya 1 pcs !!! Ngga perlu capek-capek belanja 10 pcs untuk dapetin diskon besar.

Jadi, setiap ada customer yang nyari barang, si reseller tinggal nyolek supplier untuk menyediakan barang yang dimaksud. Enak kan? Ngga perlu nyetok, ngga perlu ada timbunan barang yang ngga laku. Karena semua pesanan, sesuai kebutuhan. Pun mereka ngga perlu bolak balik transfer untuk belanja.

Saya cuma inget awal-awal saya mencari produk untuk dijual. Lah kok kebanyakan modelnya seperti itu. Sangat beresiko, terutama untuk yang baru memulai bisnis. Belum ngerti pasar, belum punya pelanggan. Maka saya bertekad, kalau satu saat saya jadi distributor atau produsen, saya akan bikin alternatif lain yang sangat ringan dan minim resiko, untuk mereka yang mau menjadi reseller.

Untuk cara deposit, saya membuat range antara 750rb - 6 juta saja.
Dengan tingkatan diskon berbeda, dari 15% sampai 35%. Sekitar 20rb sampai 70rb keuntungan yang bisa didapat oleh reseller untuk penjualan per piecenya. Pembukuan untuk deposit ini, saaangat rinci dan detil. Saya ngerjainnya penuh rasa. Rasa ngantuk dan capek. Apalagi kalo ngerjainnya pas malem buta, ditemenin kopi panas. Beuh, mantep.

Sistem ini ternyata banyak peminatnya. Alhamdulillah, puluhan reseller yang aktif kebanyakan adalah reseller deposit. Sebagian besar dari mereka... adalah temen, sodaranya temen, atau temennya temen ...




Sebagian kecilnya adalah orang-orang yang samaaa sekaliiiii ngga pernah ketemu muka dengan saya. Bahkan mendengar suara saya pun, ngga pernah, secara mereka hanya menghubungi saya via whatsapp. Hanya 1-2 orang yang pernah menelpon. Termasuk ibu yang nelpon tadi.


*********
Satu hal lagi, ketika anda memutuskan menjadi distributor, maka bersiaplah menjadi ember penampung...

"Mba.....ada di rumah ngga nanti?"
Pesan dari whatsapp muncul. Reseller. Sebut saja Mawar.

"Iya ada. Dateng aje....", ketik saya.

Sejam kemudian, Mawar muncul depan pintu sambil senyam senyum penuh makna. Ngga berapa lama duduk selonjoran, lalu keluarlah curhat...

"Hadeeuuhh, coba ya mba. Ini ada customerku. Udah pesen barang dari lama. Giliran barangnya ada, dia ngilang. Dicolek di wa, ngga mbales. Telepon ngga diangkat....".

Lain hari, lain waktu. Reseller lainnya datang ke rumah, dengan curcol yang berbeda. Sebut saja namanya Melati.

"Mba,...ternyata di tempatku ada juga loh yang jualan rokcelana. Gimana ya mba?"

Lain hari, reseller satunya lagi dateng. Sebut saja namanya Cempaka.
"Mba, itu orang yang nawarin rokcelana, kok harganya lebih murah ya?"

Yang ditanya? Sebut saja namanya Kenanga....
(napa jadi koleksi bunga yak)
Ceritanya si kenanga ini...mau ngga mau jadi terbiasa dengan semua pertanyaan abadi, yang direwind terus menerus dari orang yang berbeda. Percayalah, semua pebisnis akan mengalami hal yang sama....

Lain waktu, di siang hari, saat saya bermandikan keringat, membungkus pesanan satu demi satu, pesan-pesan di wa bermunculan. Kadang-kadang pesan ini muncul di saat-saat genting, saat saya lagi rebahan, lagi rusuh sama anak-anak, lagi belanja di tukang sayur, lagi melototin fb, lagi ngupi-ngupi.....(eh..mana gentingnya ya?)


"Mba....jawab segera dong, ini ada customer yang pengen jadi resellerku. Gimana mba?"
(ni reseller kemaren kyknya ngga ngikutin 'ceramah' saya di grup nih. Padahal waktu itu dah dijelasin panjang lebar tentang reseller management system.....*ceileh*)


"Bu, ini ada yang nanya bedanya softjeans sama denim apa ya?"
(nah, ternyata yang ini juga belum paham banget product knowledge, kudu remedial nih....)

"Mbaaa......stok wolfis hitam kapan lagi ready?"
(ni pertanyaan rewind. jawaban tinggal copas aja dari produsen....hehehe)

"Riiiiin, pesenanku dah dikirim beloomm?"
(jiaaahh, kagak tau dia daku dah bermandikan keringat, packing sana sini, mpe terseok-seok ngangkutin pesanannya.....*drama* )

"Maaf, ini LayaShop ya, nganuu.....saya mau pesan rokcelana, bisa??"
(ya bisa atuh bu.....pegimane sih, namanya juga toko, masak ngga terima pesenan...)

"Bu, ini saya temannya teman ibu. Saya mau dateng ke rumah nih, mau beli rokcelana untuk anak saya. Kira-kira jam berapa ibu ada di rumah?"
(tertegun, mikirin hari itu yang kebetulan jadwal di luar rumah lagi padat merayap)

"Mba, kalo orang beratnya 70 kg, biasanya pake size apa ya?"
(waduh, perasaan di tabel ngga ditulis berat deh. tapi LINGKAR PINGGUL....*kalo deket, pengen nyodorin senti*)

"Rinceee.....ini ada yang minta cepet nih. Buruan siapin ya !!"
(ni panggilan khusus dari beberapa orang, yang mana kalo ngga diladenin, bisa terjadi huru hara....)

"BU, SAYA MAU ORDER ! TOLONG DICATAT BAIK-BAIK YA !!!
(siyap bu...tapi mbok ya jangan hurup besar semua, serasa lagi diteriakin pake toa )

"Mbaaa.....kok ini warnanya sama, hitam sama birdong?"
(ternganga...... hiks, sejak kapan yaaa warna hitam bisa kembar identik sama warna biru?)

"Riiiiin, itu harganya diskon lagi yaaa.... Ngambilnya buanyak niiihh !!"
(termehek-mehek...)


***************

Aneka rupa pesan, macam-macam curcol dan variasi cerita ceriti sekarang jadi bagian dari hari-hari saya.
Meladeni customer dan reseller dengan berbagai macam tipe n karakter, mau ngga mau bikin saya jadi emak tukang gelar lapak yang kudu tebal muka, telinga, hati dan jempol.


Ada customer yang reweeell sangat. Protesnya banyak beneerr. Eh, tiba-tiba sekarang jadi reseller yang sangat aktif.


Ada reseller yang kalo nulis pake huruf besar semua dan setiap kalimat selalu diakhiri tanda seru. Sampe saya kepikiran, apa dia lagi PMS ya...bawaannya marah mulu. Atau mungkin hpnya kepencet huruf besar semua. Saya coba husnuzhon. Etapi pas ketemu darat, waduhh..... lembut niaan. Beda banget dari yang saya bayangkan !!!

Ada customer yang bolak balik nanyaaa mulu. Dah dijelasin dengan detil dan rinci semua pertanyaannya. Tapi kok, ngga ngerti-ngerti. Apa dia sengaja supaya bisa berlama-lama berduaan ngobrol di wa sama saya?? Hiiyy...antara ngeri-ngeri sedap jadinya.
Tapi alhamdulillah, si customer ternyata normal-normal aja. Malah jadi keterusan order. (ini sih sayanya aja yang paranoid kali ya)

Yang PHP juga adaaaa.....

Pokoknya, intinya, dalam berhubungan dengan mereka, dilarang keras baper dan bapir. Kuncinya, utamakan kelembutan, cinta dan kasih sayang dalam setiap komunikasi.....*tsaaahhh

Etapi emang bener. Saya jadi bener-bener terbiasa merangkai kata yang terbaik yang bisa saya tulis. Walaupun saya dalam keadaan yang sangaaattt panassss.....(emang beneran panas sih, lah buka hp nya di bawah matahari terik........*abaikan....ini cuma drama tak penting)

Ketika saya yang balik curcol ke reseller yang saya anggap seperti kakak sendiri, kalo saya termasuk orang yang gampang panas. Eh beliau malah bilang, kalo cara saya merespon sangat-sangat luar biasa. Sangat sabaarr. Keliatan dari tulisan saya, katanya. Malah menurutnya seandainya dia di posisi saya, belum tentu mampu bersikap seperti itu.

Wah, tetiba saya tersanjung.
Tersanjung season 8..
*ngusep daster*

********

Satu setengah tahun yang lalu, saya cuma emak-emak biasa dengan kenalan yang itu-itu saja. Ngga suka jualan, tapi suka ngobrol apalagi nyambi makan bareng. Pergaulan pun terbatas. Hanya seputar rumah, sekolah anak, pengajian dan komunitas.


Tetiba sekarang saya jadi doyan jualan. Punya banyak kenalan, punya banyaak sodara. Mereka sekarang seperti kawan akrab saya. Mondar mandir ke rumah, sambil belanja, sambil curcol, sambil ngemil. Juga customer-customer yang loyal, yang suka nyapa dan nyolek di wa, sampe nyamperin ke rumah.


Alhamdulillah, Allah bukakan jalan untuk menjadi lebih bermanfaat.




Saya sangat percaya.
Haqqul yakin.
Allah swt yang menggerakkan mereka.
Menggerakkan jari mereka untuk menghubungi saya.
Menggerakkan hati mereka untuk bergabung dan bermitra bersama saya.
Menggerakkan tangan mereka untuk bertransaksi dengan saya.


Itu semua, bukan karena iklan toko saya di facebook, ig, whatsapp, atau di selebaran dan brosur yang saya sebarkan saat bazar.
Itu hanya perantara.
Di atas itu semua, ada Allah yang gerakkan.


Daaann...tidak ada yang lebih bahagia, daripada membaca komentar-komentar mereka....reseller dan customer tercintah..

“Bu Rina, Alhamdulillah.....reseller saya nambah. Makanya saya jadi sering mesen nih ke bu Rina.

“Mbaaa....rokcelnya sukaaaaa....bahannya adeemm. Jadi enak nih, ngga perlu pake daleman lagi.”

“Bu, anakku suka banget rokcelnya. Mpe cuci, kering, pake....gitu terus. Makanya sekarang mo pesen lagi..”

“Mba, temen kantorku pada minat nih. Katanya cantik. Aku mau dong jadi reseller.”

“Bu, paketnya dah sampe. Aku suka banget rokcelnya. Nanti kalo dah gajian, aku mau pesen lagi yaa...”


Dll.....dst....

Kalo dah gitu, capeknya packing-packing dan ngangkut barang berkilo-kilo, jadi lenyap, hilang....dan hanya berbekas transferan di ATM ....(emak matre dot com)


************


Niat saya mungkin sepele banget. Pengen ngeliat mereka, perempuan-perempuan bisa tampil feminin dan tetep bisa bebas bergerak.
Perempuan yang manis dan elegan dengan roknya, tapi juga bisa tetap berkendara dengan luwes, berjalan dengan cepat, berlari, loncat, gegulingan.....(ini teh mau ngapain yak ...)


Anak perempuan juga bisa tumbuh sesuai kodratnya.
Terbiasa memakai rok, tanpa merasa sulit untuk bermain dengan lincahnya. Sementara auratnya tetap tertutup rapih.


Para emak pun nyaman, karena cucian jadi ngirit. Ngga perlu nyuci dobel. Udahlah nyuci rok....eh kudu nyuci dalemannya juga. Bener ngga pemirsa??


Baiklah, mungkin sampai sini dulu cerita tak penting dari seorang emak yang merasa produknya penting......


Seorang emak yang sedang jatuh cinta dengan bisnisnya. Meluruskan niat, bahwa bisnis ini adalah sarana sang emak untuk makin dekat dengan penciptanya, dan bagian dari kontribusi sang emak untuk berkembangnya ekonomi umat.
Gimanapun, langkah besar itu dimulai dari langkah kecil....


Semoga.....bisnis ini semakin berkembang, berkah dan bermanfaat untuk umat di seluruh dunia.....Aaaaamiiiiinn


#ceritabisnissangemak
#jangantanyakenapajudulnyanggaberhubungan
#itukarenasangemakdoyanminumkopi
#plusdoyangelarlapak
#nahternyataadahubunganjugakan
#napajadingomongsendiriyak
#makasih ya dah baca sampe selesai <3




Kamu Tuh Harusnya.....

24 August 2016 | comments

Hapal dengan kalimat di atas?

Sebagai emak-emak, itu kalimat yang kalau tidak direm, bisa setiap saat meluncur dari mulut saya.
Terutama setelah melihat anak-anak yang sikapnya bikin ngurut dada, sama kepala, pundak, lutut kaki....lutut kaki.....(kok jadi nyanyi)

Kalimat ..."kamu tuh harusnya" sebenarnya menggambarkan, kalo saya tuh sedang sebel bin kecewa, kok bisa-bisanya anak-anak berbuat seperti itu. Alias, mereka bersikap di luar harapan.

Contoh kecil, saya selalu membiasakan anak-anak untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya. Baju kotor letakkan di keranjang, mainan di kotaknya, alat tulis di lacinya, dan seterusnya. Supaya nanti, pas perlu, mereka ngga perlu teriak-teriak manggil emaknya hanya karena ada properti mereka yang hilang.

Walau sudah ribuan kali (...hm...mungkin ratusan kali ya...tapi drama dikit lah...) saya mengingatkan mereka, teteeeuuup aja yang namanya kehilangan selalu kejadian. Dan ujung-ujungnya, keluarlah kalimat ....
"Kamu tuh harusnya udah ngerti dong,.....kan udah berapa kali mama ngomong, jangan taruh apa-apa sembarangan.....!!!

Biasanya sih kalo sudah kejadian, beberapa hari kemudian, mereka benar-benar jadi taat aturan. Semua benda-benda tetiba jadi tahu diri, kembali ke kandangnya masing-masing. Tapiiiiii.....seminggu dua minggu kemudian, kejadian dan adegan yang sama plus omelan si emak, terulang lagih....mirip pita kaset yang direwind berulang-ulang....

******

Bukan hanya sikap ceroboh yang kadang muncul, kadang-kadang attitude lain yang tidak kalah menyebalkan, juga muncul. Contoh kecil, saat diomelin, mereka balas dengan nada tinggi.

Emak ngambil do tinggi....mereka ngambil re tinggi
Emak ngambil mi tinggi....mereka ngambil fa tinggi....

Walhasil keluarlah semua asap dan tanduk si emak. Pluuusss..... kalimat yang sama...
"Kalian tuh harusnya udah tau. Kan berapa kali mama bilangin, jangan ngomong kencang sama orangtua !!! Ada adabnya..... bedain ngomong sama teman dan ngomong sama mama !!!

Kalo udah gitu, semua diam. Dan beberapa hari kemudian tetiba semua jadi anak yang sangaaaat beradab terhadap emaknya.
Tapiiiiii.....seminggu dua minggu kemudian, kejadian dan adegan yang sama, plus omelan si emak, terulang lagih....mirip pita kaset yang direwind berulang-ulang....




Saya bukan emak yang sabar, baik hati dan tidak sombong dan gemar menabung. Saya hanya emak-emak biasa yang sumbunya sangat-sangat pendek. Walaupun, segunung teori parenting saya hapal, tetapi teteeuup....untuk aplikasinya hanya bisa dilakukan pada saat-saat tertentu. Saat emak kondisi ruhiyahnya lagi tinggi, hatinya lagi lapang, perutnya lagi kenyang, tidurnya cukup dan rekeningnya lagi penuh. (abaikan yang terakhir)

Kadang-kadang rasanya melelahkan sekali, menghadapi situasi dan kondisi yang sama dalam waktu yang panjang.
Apalagi sebagai orangtua yang punya idealisme tinggi, bahwa ketika si anak yang sudah masuk fase ini, harusnya punya sikap seperti itu. Dengan empat anak yang fasenya berbeda-beda, ada yang fase kanak-kanak, prabaligh dan baligh, cukup membuat saya sangat tertekan dengan tuntutan-tuntutan yang ada, terutama dari diri saya sendiri.

Dengan gunungan teori, tumpukan buku, status-status keren para suhu parenting....kadang membuat saya tidak pede dengan diri sendiri.

"Udeehh, ngaku aja.....loe tuh emak yang gagal...."
"Inget yaaa....loe tuh ngga akan pernah berhasil jadi emak yang baik...."
"Ngapain loe ngabisin waktu baca buku, toh jarang loe praktekin...."
"Buat apa loe hidup, kalo hanya bikin anak-anak loe menderita......"

ITU...adalah kalimat-kalimat kasar yang kadang keluar dari sebelah LAIN dari jiwa saya.
Dan, kalo kalimat itu sudah keluar, yang saya lakukan hanya menangis, menangis, dan berdoa. Saya takut, saya akan melakukan hal-hal di luar kontrol, apalagi dengan kondisi sendirian di rumah.

Sesekali....ya....sesekali, saya harus BISA menerima kenyataan. Bahwa inilah saya dengan segala kekurangan dan keterbatasan. Apalah saya dibanding emak-emak sana yang begitu sabaaaarr dan coooolll menghadapi gejolak dan huru hara pengasuhan. Tapi mereka...ya mereka.....

Bukankah kemampuan tiap orang berbeda-beda? Ada orang yang kuat makan pedas, dengan level pedas tertinggi ala mak icih. Ada yang bisanya cuma sampe level pertengahan. Ada pula yang cuma level satu. Malah, boro-boro masuk level, ternyata tetap ada juga orang yang sama sekali ngga bisa makan pedas.

Begitu juga dengan level sabar, setiap emak pasti berbeda-beda.
Ada yang kalem  ngeliat batitanya numpahin susu, ada yang gerah ngeliat batitanya menarik semua pakaian yang sudah dirapikan.
Ada yang diem ngeliat balitanya melempar makanan, ada yang gerah ngeliat anaknya rebutan mainan.
Ada yang cool ngeliat anaknya manjat pohon tinggi, ada yang langsung teriak-teriak ngeliat anaknya lompat-lompat di atas sofa empuk.
Ada yang cuek ngeliat remajanya ngedugem, ada yang gelisah ngeliat remajanya ngga sholat lima waktu.

Mengetahui bahwa level sabar berbeda-beda, itu cukup menghibur saya. Tapi, tetap saja yang namanya usaha, untuk jadi lebih baik harus teruuuuusss diusahakan. Ngga usah berlebihan, secukupnya saja, sesuai kemampuan. Ngga usah maksain diri harus seperti emak-emak lain, cukup terimalah kenyataan bahwa dirimu adalah dirimu, bukan mereka.

Gimanapun ada satu rambu yang selalu saya hayati dan terapkan ke diri saya, bahwa, saya boleh memilih untuk TIDAK SABAR terhadap setiap sikap dan kebiasaan anak yang MENYIMPANG dari syariat. Tapi untuk hal di luar itu, maka saya harus teruuuuus berlatih untuk bersabar. Semampunya, sekuatnya, sebisanya. Walau harus mengalami episode rewind adegan seperti di atas. Pede aja, akan ada satu masa.....adegan demi adegan berubah dan berakhir dengan happy ending.
Insyaa Allah.







Dunia.... Problem....Solusi?

07 February 2016 | comments

No bingung ngasih judul.... Jadi ya sekenanya aja :D paling ngga mewakili yang may ditulis..

Ceritanya pagi ini iseng nyalain tivi. Secara sudah lamaaaaaa banget saya jarang nyalain tivi pagi-pagi. Namanya juga emak rempong, hari-hari mana sempet sempet nyalain tipi, yang ada nyalain kompor kaleeee....

Jadi ceritanya... *Dari tadi ceritanya mulu yak....kapan mulainya...*
Iyaaa...ini udah mo mulai koookk...

Saya iseng nonton al Jazeera... Dan berita-berita berat pun bermunculan. Mulai Dari reportase tentang masalah sampah di satu kawasan di Amerika sono.....sampai masalah pengungsi di Jerman.

Pas lagi khusyuk, ngeliat berita tentang sampah, saya kok kepikiran Osaki. Kota di Jepang yang bisa nerapin zero waste. Di sana sampah benar-benar diperlakukan sedemikian rupa dan detiiiil...mulai dari pemilahan yang sangat terkategorisasi.....sampai pengolahan yang berhasil membuat sampah seperti disulap menjadi bahan yang dapat digunakan kembali.

Cuma memang, prosesnya sangat panjaaang. Dan, pastinya butuh waktu yang tidak sedikit, untuk sampai ke tahap seperti itu.
Tetiba saya jadi terpikir....ah....seandainya ada alat yang bisa LANGSUNG merubah sampah yang dimasukkan menjadi sesuatu yang bisa LANGSUNG dimanfaatkan.

Cutting time, cutting cost, cutting effort...

Keren banget kayaknya.... Apalagi kalau alatnya ringkes...bisa untuk dipake di berbagai level, level rumah tangga, perkantoran sampai level pabrik...

******
To be continued....
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger