Jalan raya di perkampungan itu tidak terlalu ramai.
Perjalanan pulang menuju rumah masih jauh. Sekitar enam jam-an lagi.
Kami baru saja selesai mengikuti acara family gathering kantor suami, yang diadakan di pantai yang cantik di pelosok barat pulau Jawa.
Sebagian dari karyawan naik minibus sewaan. Sementara karyawan lain yang punya anak kecil, memilih menggunakan mobil pribadi. Acara berlangsung sabtu kemarin, dan hari minggu siang, setelah acara selesai, semua kembali pulang menuju rumah. Kecuali minibus yang akan menuju kantor.
Mobil masih melaju. Melewati jalanan kecil di perkampungan. Jalanan dua arah tanpa pembatas.
Sesekali truk besar melintas dari arah yang berlawanan. Motor-motor dengan kecepatan tinggi kadang menyalip mobil kami.
Di kanan kiri jalan ada rumah penduduk. Yang diselingi dengan hamparan sawah.
Dvd yang menayangkan film anak-anak, masih menyala.
Saya belum tertidur. Sesekali merem, sesekali melek. Saya melirik ke sekeliling.
Saya duduk di deretan paling belakang. Di samping ada si sulung yang sudah nyenyak.
Di deretan tengah, si nomor 3 dan 4, sepertinya sudah dari tadi tertidur pulas.
Di depan, di samping suami, ada si nomor 2. Yang entah ikut tertidur atau ngga.
Sementara suami saya masih terus menyetir. Walaupun, entah berapa kali saya mendengar dia menguap agak kencang. Sepertinya dia mengantuk.
Saya pikir, suami masih bisa bertahan. Selama ini, beliau termasuk yang paling kuat menahan kantuk.
Saya mencoba untuk tidur. Belum lama saya memejamkan mata, ketika tiba-tiba....
"Braaakkkkk...."
Mobil seperti melintasi sesuatu yang keras. Lalu berjalan dengan terguncang-guncang seperti melewati jalanan yang tidak seperti biasa.
"Astaghfirullahal azhim...."
Saya berteriak....dan berulang beristighfar..
Sementara mobil masih terus berguncang. Dan kemudian terhenti mendadak, dengan mesin yang masih menyala.
Saya sempat melihat anak-anak saya terdorong menabrak kursi depan.
Ternyata, dalam hitungan detik, mobil melesat, menyebrangi jalur yang berlawanan arah, terperosok dan akhirnya terhenti di pelataran sawah.
Asap terlihat keluar dari bagian depan mobil.
Saya yang panik, langsung berteriak, ...
"Semua keluar !! Ayo....cepat!! Cepat keluar...!!!
Sambil berteriak....saya menarik-narik engsel pintu, yang ternyata masih dicentral lock.
"Papaaa..., Papaaa..., ...cepat buka kuncinya !!! Cepaatt !!"
Suami saya seperti masih bingung. Seperti orang yang baru terbangun dari tidur.
Sesaat kemudian, dengan cepat ditekannya tombol unlock.
Pintu terbuka. Semua melompat keluar. Anak-anak sudah ngga sempat lagi memakai sendal.
Sementara asap masih terus keluar.
Si nomor tiga, menangis. Yang lain masih seperti kaget.
Saya perhatikan kondisi anak-anak, alhamdulillah, semua baik-baik, ngga ada yang terluka.
Hanya nomor 2 yang mulutnya sedikit mengeluarkan darah, karena membentur dashboard mobil.
Sementara suami masih terdiam, memperhatikan keadaan kami .
"Mobilnya kenapa bu?"
Seorang bapak, yang sepertinya tinggal di areal dekat sawah tersebut mendekati kami.
"Ini pak, nyungsep. Tadi suami saya ngantuk, jadi ngga sadar tau-tau ketiduran. Mobilnya jadi belok sendiri deh."
"Oooo. Sering tuh bu kejadian seperti itu di dekat sini. Ada yang tabrakan, ada yang terguling kendaraannya, ada yang tau-tau terperosok. Ya, begitulah bu."
Saya hanya mengangguk. Tak terlalu tertarik dengan aroma mistis.
Kami masih terdiam. Menatap mobil yang terus mengeluarkan asap.
Sementara, perjaka saya, si sulung mulai berjalan. Dia seperti mengambil sesuatu, seperti lempengan besi, lalu menunjukkan ke saya.
"Mama, ini apa ya?"
Saya perhatikan sejenak.
"Ya Allah, itu lempengan mobil yang patah...."
Ternyata bemper mobil bagian depan terlepas dan rusak parah. Bagian bawah copot semua, sampai kabel dan komponen mobil bagian bawah bisa terlihat dengan jelas.
Kaca di spion kanan hancur. Beberapa lempengan masih ditemukan terserak sekitar lokasi.
Tak berapa lama orang-orang sekitar mulai ramai berkumpul.
Mencoba memberi bantuan untuk kami. Dan ternyata tidak mudah untuk menggerakkan mobil. Karena mobil kami yang tergolong berat dan besar, sedangkan bagian ban terendam dalam lumpur sawah. Berapa kali mereka mencoba mendorong tapi tidak berhasil. Ban mobil sulit untuk berputar. Satu-satunya cara hanya dengan menderek mobil.
Tiba-tiba si nomor 2 teriak,"Mama, lihat....itu ada temen-temen papa."
Ditunjuknya minibus elf warna kuning yang berhenti di seberang jalan.
Mereka rombongan kantor suami yang juga baru pulang dari vila tempat acara famgath berlangsung.
Beberapa dari mereka turun, menyebrangi jalan, dan segera menghampiri kami yang saat itu masih berdiri terdiam.
"Ibu ngga apa-apa? Anak-anak gimana?"
"Ibu ngikut kita aja ya, biar nanti bapak sama temennya yang ngurusin mobil."
Akhirnya kami memutuskan, saya dan tiga krucil ngikut dengan rombongan kantor.
Sedangkan si sulung dan suami dan satu orang kawannya yang berusia agak lanjut, memilih tinggal di lokasi.
Saya lihat, jalanan di sekitar mulai terlihat macet dan tersendat. Tidak sedikit kendaraan yang berhenti, penasaran dengan apa yang terjadi.
Akhirnya, minibus pun berangkat. Melesat meninggalkan lokasi.
Sepanjang perjalanan, saya masih terdiam. Sebenarnya, saya agak shock. Pikiran saya berkecamuk dan terus merenungkan peristiwa tadi.
Apa yang terjadi, seandainya saat mobil berbelok, saat melewati jalur yang berlawanan arah, di saat yang sama ada truk yang melintas?
Apa yang terjadi, seandainya saat itu ada motor yang menyalip?
Apa yang terjadi, seandainya waktu itu ada orang yang bekerja di pematang sawah?
Apa yang terjadi, seandainya mobil membentur pekarangan dan menerjang rumah penduduk?
Apa yang terjadi, seandainya suami mengantuk saat mobil sudah berada di jalan tol?
Ah, banyak sekali kemungkinan yang bisa terjadi.
Mungkin ada kerusakan.
Mungkin ada korban luka.
Mungkin ada nyawa yang hilang.
Hanya karena satu-dua kecerobohan. Kecerobohan driver.
Juga kecerobohan penumpang, yang membiarkan driver dalam keadaan mengantuk.
Seumur-umur baru kali ini saya merasakan kecelakaan.
Saya jadi tersadar, betapa tipis batas antara hidup dan mati.
Hanya sekejap seperti kedipan mata. Hanya sepersekian detik, saat saya memejamkan mata dan kecelakaan itu terjadi.
Tapi Allah swt masih ngasih kesempatan. Tidak ada korban. Yang ada hanya kerusakan fisik kendaraan.
Sementara, saya sendiri merasa masih jauh dari siap menghadapi kematian.
"Mama, tadi, kalau kita mati, kita mati syahid ngga?"
Tiba-tiba si nomor 2 bertanya. Sepertinya dia juga sedang berpikir hal yang sama.
Saya tatap matanya. Mata yang masih dipenuhi rasa khawatir.
"Ngga sayang. Kita ngga mati syahid. Kan kita ngga lagi berjihad. Cuma liburan. Tapi insyaa Allah yang namanya mati bisa husnul khotimah. Yang penting pas mati, kita pas lagi inget Allah... lagi zikir, lagi hapalan ayat...."
Si nomor 2 mengangguk. Lalu kembali merebahkan kepalanya. Ngantuk, tapi masih belum bisa tidur.
Badan saya masih merinding, gemetar. Hati saya masih bergejolak. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk tadi.
Ah, baru kali ini saya bisa menghayati, seperti apa rasanya ketika kecelakaan terjadi.
Peristiwa kecelakaan yang selama ini cuma sering saya dengar atau saya baca.
Peristiwa yang kadang berakhir dengan aman, tapi tidak sedikit juga yang berakhir dengan tragis.
Peristiwa sepersekian detik yang mungkin membawa trauma dan penyesalan sepanjang hayat bagi yang mengalaminya.
Ada banyak pelajaran penting yang saya rasakan.
Dalam kasus saya, suami memang sangaaat tidak mau merepotkan istrinya yang sudah dirusuhi sama urusan krucil, logistik massa, dll. Padahal kondisi saya saat itu lumayan fit, ngga ngantuk. Tapi karena beliau overestimate dengan dirinya, belum lagi sayanya juga yang kurang sensi sama kondisi suami, walhasil, terjadilah tragedi tsb. Dan itulah bagian dari takdir yang sudah ditentukan-Nya.
2. Gunakan seatbelt. Bukan hanya driver, tapi semua penumpang. Kami memang punya kebiasaan buruk, hanya di jalan tol saja, semua pake seatbelt. Keluar jalan tol, ya hanya driver yang pake. Padahal pemakaian seatbelt sangat penting untuk mengurangi resiko terluka.
3. Simpan nomor telepon penting. Nomor telepon agen mobil atau asuransi yang dimiliki. Umumnya mereka bisa dihubungi 24 jam dalam 7 hari. Tapi sayang, dalam kasus saya yang terjadi di hari minggu dengan lokasi yang sangat jauh dari pusat kota, customer care yang dihubungi menyatakan tidak bisa membantu untuk pengadaan mobil derek dikarenakan lokasi kami tidak termasuk coverage area.
4. Siapkan uang cash dalam jumlah berlebih. Terutama saat melakukan perjalanan ke daerah yang jauh dari pusat kota. Karena saat itu tidak ada mobil derek, penduduk perkampungan sekitarlah yang banyak membantu kami. Dari memanggilkan truk besar, menyediakan tali, sampai membantu proses mengeluarkan mobil dari lokasi kecelakaan. Dan untuk itu, sebagai imbalan, kami membayar dengan uang cash sejumlah lebih dari 1 juta rupiah. Karena orang yang membantu, lebih dari selusin. Belum lagi ongkos untuk membayar truk, penyediaan tali, dll. Yang semuanya itu tentu saja ngga bisa dibayar dengan kartu atm.
5. Usahakan bawa persediaan logistik di dalam mobil. Sebisa mungkin, makanan yang cukup mengenyangkan tapi bisa awet beberapa hari. Seperti roti, kue, gorengan. Juga minuman air putih. Siapkan beberapa botol. Jangan lupa dengan baju ganti terutama untuk anak-anak. Di saat genting, jauh dari pusat kota dan minimarket, persediaan tadi bisa sedikit dijadikan ganjalan pangan dan sandang.
6. Setiap akan berlibur/ bepergian jauh, apalagi kalau sekeluarga, jangan lupa siapkan surat wasiat. Waduh, kok serem dan lebay amat sih? Ya ngga serem dong. Dan asli ngga lebay. Kita kan ngga tau, kapan kita dijemput malaikat maut. Bisa jadi dijemputnya sekeluarga. Berapa banyak kasus sekeluarga tewas karena kecelakaan? Ya kecelakaan mobil, kapal laut, pesawat?
Intinya, siap-siap saja. Tulis detil. Kasih tau ke sodara terdekat. Tentang utang. Tentang arisan. Tentang polis. Tentang rekening. Tentang surat-surat penting yang kita miliki. Tentang password imel dan akun-akun lain milik kita. Pernah baca kan, kisah ahli waris yang ketiban bayar hutang kartu kredit, tapi kesulitan untuk menyelesaikan, karena semua akses ke rekening, ke imel, ke hp dalam kondisi terpassword. Bukan cuma password, kunci-kunci dalam artian fisik, entah kunci rumah, kunci pagar, lebih baik dititipkan saja. Jangan dibawa semua.
7. Yang terakhir, tapi yang paling urgen. Jangan lupa untuk berdoa. Jadikan setiap perjalanan yang kita lakukan, sebagai bagian dari ibadah kita terhadap-Nya. Sekali lagi, kita ngga akan pernah tau, di tempat mana, di hari apa, di menit keberapa, di detik kapan, kita akan ketemu malaikat maut. Jadi, iringi perjalanan dengan tilawah Quran, ceramah agama, zikir bareng, or hapalan ayat bersama. (Nonton juga ngga apa-apa sih untuk mengusir jenuh. Yang penting ngga ada adegan yang dipenuhi sensor. Tau sendiri kan, seperti apa kebanyakan film-film di luar sana).
7. Yang terakhir, tapi yang paling urgen. Jangan lupa untuk berdoa. Jadikan setiap perjalanan yang kita lakukan, sebagai bagian dari ibadah kita terhadap-Nya. Sekali lagi, kita ngga akan pernah tau, di tempat mana, di hari apa, di menit keberapa, di detik kapan, kita akan ketemu malaikat maut. Jadi, iringi perjalanan dengan tilawah Quran, ceramah agama, zikir bareng, or hapalan ayat bersama. (Nonton juga ngga apa-apa sih untuk mengusir jenuh. Yang penting ngga ada adegan yang dipenuhi sensor. Tau sendiri kan, seperti apa kebanyakan film-film di luar sana).
Selain untuk menjaga kondisi hati untuk selalu mengingat Allah, juga untuk menjaga diri agar berhati-hati terjerumus dalam maksiat kecil yang mungkin dilakukan dalam perjalanan.
Itulah beberapa pelajaran berharga,.... sekali lagi pengalaman adalah guru terbaik.
Post a Comment