Wakil Rakyat Sejati

17 April 2019 | comments

Masih banyak wakil rakyat....yg benar2 merakyat....dlm makna sebenar2nya..

#######

Pak Sunman: "Memberi Berarti Menghormati Diri"

Kalian pernah gak si, ketemu orang yang auto bikin kita ngerasa jadi sampah? Ketemu orang yang bikin kita menyesali diri, hina-dina, "Qoon..selama ini lo ngapain aja siihh?"

Orang-orang spesial itu ku temui waktu syuting segmen Ceritalks @akutanpabatas .

Namanya Sunmanjaya Rukmandis. Seorang anggota DPR RI yang ke kantor naik angkot-KRL-ojek, Bogor-senayan. Wawancara berlangsung pukul 10-11 malam, setelah pak Sunman menyelesaikan 4 ageda. Kunjungan 3 titik reses dengan jarak ratusan kilometer, dan mengisi ceramah di masjid terpecil tentang Isra' Miraj.

Dibenak kami, "pasti bapaknya udah capek. Udah ngantuk. Wawancaranya bakal efektif ga yaa??" Di luar dugaan, bapaknya masih seger buger. Hepi, beberapa kali melontarkan jokes, gak pelit ngasih ilmu, tiap katanya mengandung mutiara-mutiara. Masya Allahh :"")

Mari ku ceritakan, Pak Sunman ini hidup dalam prinsip memberi-memberi-memberi. Mengambil porsi yang sedikit untuk dunianya, dan menginvestasikan sebanyak mungkin untuk akhiratnya. Baginya, Memberi berarti menghormati diri.

Pak Sunman, gak pernah makan di restauran macem K*C, M*D, Pizza H*t, dll karena menurutnya mahal. "Kalau keluar negeri untuk kunker saya suka bawa masakan rumah, biar selalu ingat keluarga." ujar pak Sunman. Ku tertohok, gajiku tak sebanyak Pak Sunman, tapi sering gegayaan nugas di cafe :"(

Bapak ini juga pernah kesal saat tau biaya cukur rambutnya 100 ribu. "Jangan cukur di sana lagi ah. Saya biasa cukur yang 14 ribu. Udahlah rambut kita diambil, bayarnya mahal lagi." kami tertawa.

Rumahnya juga di perkampungan biasa. "Sempet sih nyari rumah di perumahan. Tapi terus mikir lagi, nanti kalau ada saudara-saudara berkunjung, mereka susah masuk ke dalamnya jauh... masjidnya juga jauh."

Pak Sunman pernah ngasih mobil dua kali ke orang yang menurutnya membutuhkan. "Saya kasih aja mobil saya buat dia. Saya ngangkot lagi deh.. hehe" ucapnya santai.

Pertanyaannya nih gais, dengan gaji plus tunjangan anggota DPR RI Rp70-90 juta per bulan, dan gaya hidup Pak Sunman (yang kayaknya masih lebih hedon gue), duitnya dia kemanaaaain?

"Dengan begitu, kita jadi bisa berbagi.." jawabnya begitu tulus.

Tiap Idul Fitri beliau bisa berbagi ke ratusan keluarga, di ratusan desa. Kalau Idul Adha bisa berkurban sampe 70 ekor!!!!

Pusing ga sih mikirin gimana banyaknya pahala bapak ini πŸ˜‚

Nih orang, bener-bener udah putus ikatannya sama dunia. Gak mikirin rumah, tabungan, mobil, jabatan, gengsi, dia cuma mikirin kesuksesan terbesarnya, "Saat manusia sudah di bawah batu nisan."

Obrolan 60 menit kami yang sangat berharga dengan beliau berakhir. Ia pulang dengan membayar seluruh tagihan makan kami di cafe tersebut, dan menyelipkan lembaran merah di atas meja, "Ini buat ongkos pulang kalian ya.. saya duluan, Assalamualaikum."

8 lembar uang berwarna merah. Dia bersikeras tidak mau dikembalikan.

Malam itu sudah larut. Kami kelelahan. Harusnya usai wawancara kami segera pulang. Tapi tidak, kami semua termenung. Semua diam menyadari betapa lalainya kami selama ini. "Siapa tadi orang yang bersama kita?"

"Sampah! tadi waktu luang kita malah main ludo! gak guna banget dah.." ujar Gilang yang merasa tertampar berulang kali.

Dian menggeleng-gelengkan kepalanya, "Hatinya pasti murni banget deh, gak ada nodanya.."

"Jangan-jangan banyak orang yang kaya dia, cuma gak ketauan ajaa.. yang ikhlas-ikhlas mah emang gak suka eksistensi.."

Aku? menitikkan air mata. Sukses terpecundangi kebaikannya yang terlampau deras.

Pada akhirnya, kami bersyukur Allah beri kesempatan belajar banyak dari Pak Sunman. Bersyukur bisa mengangkat sosok Anggota Legislatif, sekeren beliau ke khalayak publik. Semoga ini jadi usaha kami memasukkan orang-orang baik ke dalam parlemen. Orang soleh, yang kalau Allah beri harta dan jabatan, membuahkan kebaikan yang tak terkira.

Salam hormat padamu, Sunmajaya Rukmandis, Anggota Legislatif Fraksi PKS 2014-2019. Tahun ini beliau nyaleg lagi, pilih pilih lah caleg macem dia ye gaiss..

Sunmanjaya Rukmandis

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10205939147633284&id=1697397704



( written by Farah Qoonita)

10 Juta

16 April 2019 | comments

❤❤ MARI MENABUNG....❤❤



Di grup WA aku, ada yang ngirim gambar ini, nabung tiap minggu selama 1 tahun dengan nominal berbeda tiap minggu dan selama setahun bisa terkumpul 10 juta (pake 52 minggu? Bukannya setahun lebih dari 52 minggu?, iya, karena  sisanya dipake buat jalan-jalan atau liburan atau umroh jadi nggak nabung selama jalan-jalan itu)

πŸ’¦πŸ’¦πŸ’¦πŸ’¦

Pelajaran cara menabung kayak gini, pernah diajarkan oleh seorang konsultan keuangan rumah tangga padaku dulu, saat itu kami bekerja sama dalam sebuah acara.

Jadi, setiap minggu pilih salah satu angka, coret, lalu tabung uang sejumlah angka tersebut. Nah nominal yang dipilih sesuaikan dengan kondisi di minggu tersebut. Misal awal bulan banyak bayaran ini itu seperti listrik, uang keamanan, uang sekolah anak, dll maka pilihlah nominal yang kecil.

Minggu yang gak ada kondangan, gak ada bayaran apa2 hanya rutinitas aja, maka pilihlah angka yang besar. Nominal  terbesar itu bisa dipilih saat dapat bonus, atau saat dapat THR, atau saat jualan lagi laku banget banyak pesanan, Jika disiplin, maka selama 1 tahun berarti telah menabung 10 juta.

Untuk yang pendapatannya lebih banyak, dan ingin menargetkan menabung 20 juta setahun misalnya, maka angka-angka di gambar ini tetap bisa dipakai tapi kalikan dua.

Ini bermanfaat banget buat yang punya penghasilan lumayan tapi kesulitan menabung. Malah selama ini suka ngutang karena manajemen keuangan yang berantakan. Silakan disiplin memulai menabung dengan cara ini.

Udah banyak yang berhasil. Aku ajarkan ini pada tim ku dulu, dari sini mereka jadi bisa beli motor cash tanpa riba, bisa mudik saat lebaran, bisa jalan2 menjelajah bumi Allah tanpa gesek ngutang ke credit card, bahkan bisa umroh. Alhamdulillah.

Tapi, diatas segalanya...jangan lupa, tabungan sebenarnya adalah apa yang kita berikan pada mesjid, pada rumah quran, pada yatim dan dhuafa, pada anak-anak yang kita bantu uang sekolahnya...seimbanglah...menabung untuk masa depan di dunia sekaligus untuk akhirat.

Semoga kita bisa menabung untuk dunia akhirat kita. Aamiin

By Fitra Wilis Masril

*menulis caraku menasehati diri sendiri

I Stand With

15 April 2019 | comments

Bismillah.

🎊🎊🎊🎊
Saya pilih partai PKS, dan saya pilih Prabowo-Sandi✌️

Sekian.

#pengumumansangatpenting😊


Another Online Class

03 April 2019 | comments

I'm back 😁..

Buat yang ngga sempet ngikut workshop offline...
Nyok...ini dia workshop online...
Cukup duduk manis dalem rumah, ditemenin secangkir teh anget n semangkuk bakso, sepiring siomay, sekotak donat....#eh
kamu bisa belajar :

bikin flyer yang cantik n ketjeh...
bikin desain feed ig.....
bikin cover fb, youtube...
bikin stiker n label jualan ...
bikin kartu nama....
mpe spanduk or baliho....yg super gede....mpe ukuran 4 meteran.ke atas...
(dijamin ga akan pecaaaah hasilnyaa (y) )

dan itu semua...bisa kamu bikin
.....HANYA DARI HP.....

Sambil rebahan, sambil bobo, sambil selonjoran...

Kamu bakal dibimbing step by step di grup WA,
pake instruksi via tulisan, pluuss video tutorial yang  bisa diputar ulang...atau kalo kamu pengen denger suara saya...boleh aja telepon langsung 😁

Daaan...setelah kelas berlangsung, kamu masih bisa nanya sepuaaaassnya...di grup khusus πŸ€“πŸ˜‰

Pokoknya ngga rugi deeehh....ikutan workshop ini..😍 Buruan daftar yaaa...


Pendidikan (Negara) Kita

20 March 2019 | comments






Postingan di fb, lima tahun lalu...
Dan masih sangat relevan 😎

******************************

DALAM CENGKERAMAN ILMU DASAR

(RHENALD KASALI, Guru Besar Universitas Indonesia)

SETIAP bangsa punya pilihan: melahirkan atlet bermedali emas atau perenang yang tak pernah menyentuh air; melahirkan sarjana yang tahu ke mana langkah dibawa atau sekadar membawa ijazah.

Tak termungkiri, negeri ini butuh lebih banyak orang yang bisa membuat ketimbang pandai berdebat, bertindak dalam karya ketimbang hanya protes.Tak banyak yang menyadari universitas hebat bukan hanya diukur dari jumlah publikasinya, melainkan juga dari jumlah paten dan impak pada komunitasnya.

Pendidikan kita masih berkutat di seputar kertas. Kita baru mahir memindahkan pengetahuan dari buku teks ke lembar demi lembar kertas: makalah, karya ilmiah, skripsi, atau tesis. Kita belum menanamnya dalam tindakan pada memori otot, myelin.

Seorang mahasiswa dapat nilai A dalam kelas pemasaran bukan karena dia bisa menerapkan ilmu itu ke dalam hidupnya, minimal memasarkan dirinya, atau memasarkan produk orang lain, melainkan karena ia sudah bisa menulis ulang isi buku ke lembar-lembar kertas ujian.

Pendidikan tinggi sebenarnya bisa dibagi dalam dua kelompok besar: dasar dan terapan. Pendidikan dasar itulah yang kita kenal sejak di SD: matematika, kimia, biologi, fisika, ekonomi, sosiologi, dan psikologi. Terapannya bisa berkembang menjadi ilmu kedokteran, teknik sipil, ilmu komputer, manajemen, desain, perhotelan, dan seterusnya.

Kedua ilmu itu sangat dibutuhkan bangsa memajukan peradaban. Namun, investasi untuk membangun ilmu dasar amat besar, membutuhkan tradisi riset dan sumber daya manusia bermutu tinggi. Siapa menguasai ilmu dasar ibaratnya mampu menguasai dunia dengan universitas yang menarik ilmuwan terbaik lintas bangsa. Negara-negara yang berambisi menguasainya punya kebijakan imigrasi yang khas dan didukung pusat keuangan dan inovasi progresif.

Dengan bekal ilmu dasar yang kuat, bangsa besar membentuk ilmu terapan. Amerika Serikat, Jerman, dan Inggris adalah negara yang dibangun dengan keduanya. Namun, sebagian negara di Eropa dan Asia memilih jalan lebih realistis: fokus pada studi ilmu terapan. Swiss fokus dengan ilmu terapan dalam bidang manajemen perhotelan, kuliner, dan arloji. Thailand dengan ilmu terapan pariwisata dan pertanian. Jepang dengan elektronika. Singapura dalam industri jasa keuangannya.

Tentu terjadi pergulatan besar agar ilmu terapan dapat benar-benar diterapkan. Pada mulanya ilmu terapan dikembangkan di perguruan tinggi untuk mendapat dana riset dan menjembatani teori dengan praktik. Akan tetapi, mindset para ilmuwan tetaplah ilmu dasar yang penekanannya ada pada metodologi dan statistik untuk mencari kebenaran ilmiah yang buntutnya ialah publikasi ilmiah.

Melalui pergulatan besar, program studi terapan berhasil keluar dari perangkap ilmu dasar. Ilmu Komputer keluar dari Fakultas Matematika dan Manajemen menjadi Sekolah Bisnis. Dari lulusan dengan ”keterampilan kertas”, mereka masuk pada karya akhir berupa aplikasi, portofolio, mock up, desain, dan laporan pemecahan masalah.

Metodologi dipakai, tetapi validitas eksternal (impak dan aplikasi) diutamakan. Hanya pada program doktoral metodologi riset yang kuat diterapkan. Itu pun banyak ilmuwan terapan yang meminjam ilmu dasar atau ilmu terapan lain sehingga terbentuk program multidisiplin seperti arsitektur yang dijodohkan dengan antropologi atau arkeologi, akuntansi dengan ilmu keuangan.

Anak-anak kita

Kemerdekaan yang diraih program studi ilmu terapan di perguruan tinggi melahirkan revolusi pada tingkat pendidikan dasar. Bila mengunjungi pendidikan anak-anak usia dini, TK, dan SD di mancanegara, Anda akan melihat kontras dengan di sini. Alih-alih baca-tulis-hitung dan menghafal, mereka mengajarkan executive functioning, yang melatih anak-anak mengelola proses kognisi (memori kerja, reasoning, kreativitas-adaptasi, pengambilan keputusan, dan perencanaan-eksekusi).

Sekarang jelas mengapa kita mengeluh sarjana tak siap pakai: pendidikan didominasi kultur ilmu dasar yang serba kertas dan mengabaikan aplikasi. Perhatikan, Indonesia masih menjadi negara yang mewajibkan lulusan sekolah bisnis (MM) menulis tesis yang pengujinya getol memeriksa validitas internal dan metodologi yang sempit. Kegetolan ini juga terjadi pada banyak penguji program studi perhotelan atau terapan lain yang merasa kurang ilmiah kalau tidak ada pengolahan data secara saintifik.

Saya ingin menegaskan: hal itu hanya terjadi pada negara yang ilmu terapannya masih terbelenggu mindset ilmu dasar. Keluhannya sama: tak siap pakai, kalah dalam persaingan global.

Pertanyaannya hanya satu, kita biarkan terus seperti ini atau dengan legawa kita mulai pembaruan agar para sarjana ilmu terapan mampu menerapkan ilmunya? Itu terpulang pada kesadaran kita, bukan kesombongan atau ego ilmiah.

- Kompas, 18 Maret 2014

Hanya Hal Kecil

17 March 2019 | comments

Iya...hal kecil dan sepele. Tapi punya pengaruh besar dalam hubungan sosial kita. Buat yang beum terbiasa, yuk...lakukan segera πŸ€—


Insiden Masjid Annur

16 March 2019 | comments

Tak bisa menahan sedih dan perasaan sejenis, sejak membaca dan mengikuti berita serangan teroris di mesjid An-Nuur, Selandia Baru.

Bagaimanapun, ini adalah salah satu peristiwa dari milyaran kejadian yang sudah tertulis di Lauh Mahfuz, jauh sebelum bumi ini diciptakan.

Tak ada kejadian tanpa hikmah dan ibrah yang bisa diambil.
Tulisan di bawah ini adalah salah satunya.

**********************



Sejak semalam, Hampir semua masjid di negeri2 Barat jamaahnya bertambah hingga 3 kali lipat. Sebagian ummat Islam disana yang sebelumnya tidak pernah atau jarang terlihat di masjid, Sejak maghrib kemarin hingga subuh ini berebut datang menghadap kepadaNya.

Mereka memenuhi rumah rumah Allah bukan sekedar untuk menunjukkan solidaritas. Lebih jauh lagi mereka sedang mengadu kepada Allah tentang kedzaliman demi kedzaliman yang terjadi sejak hari-hari sebelum ini, Dengan puncaknya kemarin itu di New Zealand.

Sekaligus mereka berdoa, Berharap perlindungan, Serta memasrahkan segalanya, Yang akan terjadi hari ini dan di masa depan, KepadaNya.

Temen saya di Australia, Yang selama ini hidupnya urakan, Mendadak 3 waktu terakhir hadir shaf depan di masjid dekat rumah. Dia marah besar. Hpnya dibanting saking gemasnya baca berita New Zealand. Tapi dengan sebab kemarahan itu rupanya Allah turunkan hidayah.

Ibunya chatting sama saya pagi tadi. Nangis-nangis bahagia anaknya shalat maghrib isya subuh di masjid. Bahkan sejak kemarin terus nginep disana. Tilawah dan banyak merenung. Padahal sebelum ini dia ga kenal shalat kecuali jumat dan Iedul Fitri.

Si anak, Dalam kemaksiatan dan kebangsatan hidup yang selama ini dijalani, Ternyata masih menyimpan ghirah, Kecemburuan, Pada Islam dan kaum muslimin. Makanya kemarin itu tubuhnya bergetar hebat. Emosinya tak terbendung, Lalu memutuskan pergi ke masjid, Menjaganya sampai pagi bersama belasan muslim lainnya.

Alasan kawan saya tadi sederhana saja :

"Serangan kemarin kemungkinan besar akan memicu bangkitnya ekstrimis-ekstrimis sayap kanan. Dan pasti rumah-rumah Allah yang kembali akan menjadi sasaran. Jadi kita harus menjaganya sampai suasana reda.

Lagipula saya ini pendosa. Sudah terlalu banyak dosa saya. Kalau misalnya masjid ini diserang, Semoga saya ada ketika itu. Lalu saya menghentikan serangan tersebut atau gugur di tangannya sebagai syuhada.

Mana saja yang menjadi takdir Allah, Saya sudah siap. Semoga dengan itu Allah mengampuni saya"

(Fatih Yazid Attamimi)

Tolong Orang

10 March 2019 | comments



Pengen ditolong Allah?
Tolong orang lain dulu ...

Ceramah ust. Hanan Attaki

Keren nih 😍
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2242536769345787&id=1880374492228685

Another Offline Class

26 February 2019 | comments (2)

Alhamdulillah, workshop offline, sabtu kemaren berlangsung juga.
Terharu sangat ngeliat peserta yang hadir. Ada yang jauh-jauh datang dari bekasi, naik kereta n sempet nyasar pulak.
Ada emak-emak dari serpong yang dateng sama anak bujangnya, demi belajar bareng desain..
Ada bu dokter, ada pula seorang emak desainer 😁

Cuma berenam, tapi tetap seru. Dan tentu saja ngga  ngilangin semangat saya untuk sharing semuaaaaa yang berhubungan dengan desain flyer 😍

Dan tentu saja, sharingnya ga terbatas sampe hari itu doang. Tetep aja ada lanjutan via grup wa. Mau ngobrol n nanya apapun, saya layanin. Asal jangan tanya resep aja ya, secara bukan emak chef πŸ˜…

Tau ngga sih, apa yang paling bikin saya terharu setelah acara2 spt ini?
Yaitu ketika mereka menunjukkan hasil karya mereka di grup. Saling posting flyer-flyer keren, yang lalu flyer itu menghiasi IG, status WA, PP, FB...
apalagi kalo dapet kabar susulan, pesenan makin rame setelah posting flyer2 tsb...

Huhu...ya Allah...asli....berkaca-kaca banget deh...😒..Bikin makin semangat untuk lebih sering berbagi....bikin energi berasa dicharge fullll...

Beneran deh...
Minnaa...Ai shiteru yoo 😍


Mengeluh

25 February 2019 | comments

Tanpa sadar, begitu sering kita mengeluh.
Mengeluh tentang cuaca, pekerjaan, sikap orang, penyakit yang diderita, kondisi hidup, dll.
Semua begitu menarik untuk dikeluhkan.
Seakan hidup ini gelap dan terlihat berat untuk dihadapi.

Padahal, justru karena sering mengeluh itulah, yang membuat pandangan kita menjadi gelap dan buram.
Tak mampu melihat kenikmatan-kenikmatan kecil dan besar, yang hingga detik ini masih kita rasakan.
Udara yang segar, badan yang kuat, organ tubuh yang berfungsi normal, keluarga yang tercukupi.

Taukah kita, ternyata banyak dampak negatif dari mengeluh. Baik secara fisik maupun psikis.
Diantaranya, menurunkan imunitas tubuh, mudah terkena stress dan depresi, rentan terkena penyakit yang berkaitan dengan fungsi otak, seperti Alzheimer.

Dalam agamapun, kita diperintahkan untuk selalu bersyukur, agar ada keberkahan dan ketenangan yang meliputi kehidupan kita.
Dan orang yang tidak mampu bersyukur untuk hal yang kecil, sesungguhnya dia tidak akan bisa bersyukur untuk hal yang lebih besar lagi.

Maka, berhentilah mengeluh.
Bersyukurlah.

#renunganharian
#motivasipagi
#refleksidiri
#quoteoftheday


 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger