Nulis Lagi

18 December 2005 | comments

"last update August 2005"...
Terkaget saya membaca keterangan tersebut, ketika barusan saya log-in ke blogger. Selama itukah saya tidak menulis ?
Sebenarnya keinginan menulis itu besar sekali. Tapi entah kenapa, selalu saja ada kesibukan yang saya rasa lebih penting dari sekedar menulis.

Ya.., menulis masih saya anggap hanya kegiatan sekedar. Padahal keuntungan menulis sangat banyak. Sayangnya saya masih saja lebih senang berkutat mempelajari software aplikasi baru, membaca email atau surfing ke beberapa situs berita.

Dua minggu yang lalu, FLP-Jepang mengadakan workshop dengan mengundang Helvy Tiana Rosa dan Fauzil Adhim. Juga Lily Yulianti seorang wartawan NHK yang bermukim di Jepang. Walaupun saya hanya sempat mengikuti setengah hari dari dua hari kegiatan workshop, tapi saya sangat terkesan dengan sesi yang diisi oleh bu Lily. Dari kata-katanya tersirat pengetahuan yang sangat luas, juga jiwa kepenulisannya yang terlihat begitu menggelora dari ucapan-ucapannya yang menarik perhatian peserta.

Saya termasuk didalamnya. Saya merasa tersindir sekaligus termotivasi dengan ucapan beliau. Ada satu kalimat yang tercatat manis di hati saya. Untuk menjadi seorang penulis yang baik, kalian harus mempunyai sensitivitas dan kreatifitas yang tinggi. Sensitivitas dalam artian sensitif/peka terhadap lingkungan sekitar. Dimana dengan kesensitivisan ini, mampu memunculkan ide-ide yang dituangkan dalam satu bentuk tulisan kreatif.

Sensitif ?? Wow, jauh sekali. Akhir-akhir ini saya justru merasa amat sangat tidak sensitif. Saya tidak peduli ketika ada satu kejadian baru entah di Jepang maupun di belahan dunia lainnya.
Kreatif ?? Wow, apalagi....Menuangkan ide yang bermunculan saja tidak pernah, apalagi membungkusnya menjadi satu tulisan kreatif.

Tapi, akhirnya saya menulis lagi. Dan jangan heran dengan perubahan gaya menulis saya yang terkesan lebih resmi. He-he.
Saya hanya sedang belajar, bagaimana menulis dengan EYD, dan bagaimana menulis dengan serius...
Ternyata susah juga ya >_<

Miskom dan Kacamata

11 December 2005 | comments

Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah teman, yang baru saja pulang dari liburan di ina. Selain mencicipi aneka makanan ringan sampai buah-buahan seperti mangga dan salak --rasanya dah sekian tahun saya sudah lama sekali ga makan salak..hehe--, saya juga mengambil titipan dari keluarga saya.

Setelah kembali ke rumah, rasanya ga sabaran pengen cepat2 buka titipan. Walaupun saya sudah tau isinya, karena memang sesuai dengan permintaan saya, yaitu abon 5 bungkus, yang tadinya saya cuma minta dibeliin sebungkus, ternyata sama papa saya dibelikan 5 kali lipatnya, taulah di jepun ini mana ada abon, lalu ada celana katun hitam milik mama, berhubung saya ga punya sama sekali celana panjang berbahan katun untuk musim panas sekarang, juga jilbab merah bata...eeh bentar, ternyata bukan merah bata, tapi merah asli..ya merah yang menyala dan asli ngejreng!

Waduh, ternyata terulang lagi kesalahan yang sama. Hmm, saya geleng-geleng kepala, dan menelan ludah dalam-dalam. Hiks, padahal saya sudah membayangkan, mengenakan jilbab merah bata dengan beberapa baju atasan yang motifnya berwarna senada.
Kesalahan pertama terjadi, waktu adik saya menitip ke temannya untuk membelikan jilbab berwarna merah bata. Ternyata persepsi temannya, merah bata itu...ya coklat muda. Walhasil jilbab yang dibelinya tidak bisa ditukar lagi berhubung besoknya sudah harus diserahkan ke suami teman saya yang saat itu cuma sekian hari dinas di ina dan harus berangkat hari itu juga.

Walaupun akhirnya, jilbab kaos berwarna coklat muda itu cukup sering saya pakai sebagai pengganti jilbab saya sebelumnya yang sudah cukup belel...hehe.
Saya sebenarnya sudah mengira, kemungkinan salah tangkap mengenai warna jilbab yang saya maksud. Tadinya saya pikir temannya saja yang salah tangkap, ternyata adik saya juga sama, malah lebih parah...duhhh...mana ada merahnya batu bata yang segitu ngejrengnya...ada juga merahnya kaos salah satu partai yang berlambang banteng.

Ya sudahlah, memang kesalahan saya juga, kenapa ga ngasih tau secara detil, mengenai warna tsb. Toh srkg teknologi tinggi. Tinggal nyuruh adik saya buka internet n nunjukin warna yang saya inginkan, dan ngomong di YM, ini loh warna merah bata yg saya maksud..sudah selesai deh, bisa sama persepsinya.

Saya jadi teringat, sama berita yang lagi hot di ina dan di milis2...seputar prokontra fatwa MUI terutama fatwa mengenai Ahmadiyah.
Pro kontra itu masih terus berlanjut, dimana masing2 pihak merasa dirinyalah yang benar. Yah, saya sih ga heran dengan masing2 kubu. Lah mereka ngeliatnya pake kacamata masing2, yg satu pake kacamata item, satu pake kacamata putih, ya jelas saja beda warna pandangan yang dilihat ! Yang satu melihat dari kacamata demokrasi. Menurut mereka, Ahmadiyah itu sejajar kedudukannya dengan agama2 lainnya seperti Kristen, Budha, Hindu..yang dibolehkan berkembang di Ina. Kalau mau konsisten, harusnya agama lain juga tidak boleh dibiarkan berkembang, datte. Yang satu lagi melihat dari kacamata Islam. Yang mana menurut syariah, Ahmadiyah sebagai salah satu aliran yang mengatasnamakan Islam, tetapi secara akidah malah membelot dari akidah Islam. Karenanya divonis sesat dan tidak boleh berkembang di ina.

Kalo menurut saya sih, ga ada yang salah....yg salah adalah kacamata yang dipake...hehe. Iyalah, selama sudut pandang yang dipake ga sama, jelas hasil pemikirannya juga ga sama. Mau contoh ?? ga usah jauh2, itu kisah pesenan jilbab saya di atas, bisa dijadikan contoh :)
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger