Menghitung Minggu

28 February 2010 | comments (2)


Insya Allah besok sudah tanggal 1 Maret. Dan insya Allah juga, tanggal 1 bulan berikutnya, saya sudah mendarat di tanah air. Memulai hidup baru. Setelah 10 tahun sebelumnya, menghabiskan hari demi hari di negeri sakura ini.

Hiks, mulai mellow nih.
Namanya juga pertemuan, pasti ada perpisahan. Dan pastinya lagi, banyak kenangan yang tertinggal selama menjalani hidup di Jepang.
Apalagi justru di Jepang inilah, pengalaman serba "pertama" saya alami.

Pertama kali pergi dan tinggal di luar negeri.
Pertama kali merasakan jadi seorang isteri.
Pertama kali melahirkan dan menjadi ibu.
Pertama kali nganterin anak ke dokter tanpa perlu ngeluarin duit.
Pertama kali bekerja full dalam rumah.
Pertama kali bertemu dan berteman dengan orang asing dari berbagai negara.
Pertama kali makan sushi dan tempura.
Pertama kali tahu nama-nama bumbu dapur.
Pertama kali naik kereta dan bus yang selalu tepat waktu.
Pertama kali merasakan jadi konsumen yang dilayanin seperti raja.
Pertama kali melihat salju.
Pertama kali merasakan upacara masuk sekolahnya anak.
Pertama kali belanja macam-macam dengan naik sepeda.
Pertama kali beli barang tapi bisa dikembaliin ke tokonya karena ternyata barangnya dirasa ngga perlu.
Pertama kali punya handphone.
Pertama kali membuang sampah pake dipisah-pisahin mana yang terbakar dan ngga terbakar dan dibungkus dengan rapi.
Pertama kali kehilangan dompet di taman tapi dompetnya tetap utuh dan tidak bergeser sedikitpun beberapa jam saat ditemukan di kursi taman.
Pertama kali mecahin gelas di toko tapi ngga disuruh ngganti alias ngga bayar.
Pertama kali melihat bunga sakura.
Pertama kali belanja di supermarket tapi belanjaannya disuruh bungkus sendiri.
Pertama kali melihat orang berjas ke kantor naik sepeda...hehehe

Wah, banyak banget edisi "pertama"nya yak.
Sebenarnya masih banyak lagi sih.....tapi ntar deh ditulisnya.
Walaupun banyak juga yang malu-maluin....hehe

(to be continued ^-^)








Tekad Seorang Mama

15 February 2010 | comments (5)

Terinspirasi sama teman seperjuangan yang rajin menulis apa saja dan baru saja menghasilkan sebuah buku yang amat sangat menarik, jadinya saya termotivasi untuk menulis semua kejadian. Termasuk kejadian yang sudah berlangsung bertahun-tahun lampau.
(Sukur-sukur kalau bisa berbentuk sebuah buku.....hhmmm, kapan ya?)

Semua memori, kalau cuma disimpan dalam ingatan, pasti akan berakhir, seiring berakhirnya sang pemilik ingatan. Tapi kalau disimpan rapi dalam bentuk catatan, insya Allah akan lebih lama lagi masa berakhirnya, karena orang selainnya masih bisa membaca dan menikmati catatan tersebut. Bahkan jika catatan itu memiliki hikmah yang memberikan pengaruh baik terhadap pembacanya, maka nilainya akan lebih abadi, termasuk imbalannya, yang tidak akan terputus walaupun sang penulis hanya tinggal nama saja.

Dalam rangka itulah, saya bertekad menulis dan mencatat apapun yang terjadi dalam kehidupan saya. Hal yang remeh pun tetap saya tulis. Yang terpenting minimal ada sebuah kenangan tertulis yang bisa menjadi bahan bacaan dan pembelajaran untuk saya dan anak cucu saya nanti ^-^

Yosh ....gambarimasu !!

Salju....

12 February 2010 | comments (6)



Berapa kali saya sempat melihat salju?
Kalau dihitung-hitung, mungkin pake jari-jari dari satu tangan saja sudah cukup.
Maklum, Tokyo tergolong kota yang langka tersiram salju.

Kali pertama saya melihat salju, di awal tahun 2000. Waktu itu belum genap enam bulan saya menghuni sebuah rumah di Kawasaki, wilayah yang bersebelahan dengan Tokyo. Telepon berdering-dering berulang kali. Dari suami. Selanjutnya telepon berdering lagi dari teman saya. Semua mengabarkan hal yang sama. Ada salju turun dengan lebat di luar sana.
Huaa, saya senang sekali. Cepat saya sambar coat dan membuka jendela. Butiran-butiran halus berwarna putih sedang turun dengan derasnya. Secepat kilat saya pergi ke dapur mengambil baskom, dan segera melesat keluar. Saya ambil beberapa kepal salju. Dan saya masukkan ke dalam baskom, sambil sorak-sorak kegirangan. Hihi. Norak sekali. Yah,  namanya pertama kali melihat salju secara live, jadinya kalap

Kali kedua saya lupa tahun berapa. Mungkin tahun 2003. Kali ini di kota Hino. Daerah di pinggiran Tokyo. Waktu itu anak saya sudah lahir dan berumur 3 tahun. Wow, indah banget. Itu yg namanya jalan, nyaris ngga keliatan lagi, kecuali bagian yang dilewati ban mobil. Atap-atap dan halaman rumah seperti tertutup hamparan permadani putih. Alhamdulillah, saya masih sempet foto dari teras rumah di lantai 3. Fotonya yang di atas itu loh.

Kali ketiga sekitar awal tahun 2005. Masih di lokasi yang sama. Sayangnya ngga selebat yang dulu. Tapi lumayanlah, karena di taman deket rumah, hamparan rumputnya nyaris tertutup dengan salju. Dan si big M masih sempet bikin yuki darma (boneka salju) walopun itu boneka penuh dengan bompel-bompel tanah di sana sini. Hehe. Soalnya saljunya ngga tebel banget, jadi agak-agak kecampur dengan tanah.

Kali keempat mungkin tahun 2007 awal. Lokasinya sudah pindah, bukan di Tokyo, tapi di Saitama. Ya, masih masuk daerah wilayah sekitar Tokyo. Tema saljunya sama. Ngga terlalu lebat bin tebal. Sebenarnya, semakin tebal juga semakin ngga enak. Kitanya jadi susah untuk jalan kaki. Apalagi kalau saljunya belum dibersihin. Wah, alamat bakal kepeleset dengan sukses. Kecuali punya sepatu khusus untuk jalan di salju. Tapi ngapain juga beli. Lah saljunya juga jarang turun Sekalinya turun, paling lama sehari dua hari. Setelah itu, bongkahan salju akan segera berubah menjadi bongkahan es batu.

Itulah sekelumit rekaman kisah manis antara saya dengan salju. Yang ngga tau, kapan bisa terulang lagi. Hiks.

Kemarin saya sempetin nonton tenki yoho (prakiraan cuaca).
Hari kemarin hujan, dan diperkirakan malamnya akan turun salju.
Di tivi diperlihatkan sang reporter sedang memegang payung, sambil sesekali memegang
tetesan hujan yang mungkin nanti malam akan berubah menjadi butiran salju.
Waduh, sampai segitu hebohnya laporan tenki yohonya ^-^
Ternyata, semalam ngga ada salju tuh. Padahal anak saya sudah riang gembira, begitu saya bilangin mungkin besok akan terlihat sisa-sisa salju.

Dibanding wilayah lainnya, Tokyo memang amat sangat langka disinggahi salju. Tidak setiap tahun, salju akan menyapa wilayah ini. Beda banget sama Sapporo, yang benar-benar terbiasa banget melihat pemandangan serba putih. (ini mah, tante Tethy bisa jadi saksi sejarah :D)
Ada enaknya juga sih. Orang Tokyo ngga perlu capek-capek bersihin salju dari atap rumah, mobil, sepeda, trotoar, jalan, de el el.
Ngga enaknya ...ya itu tadi. Jadi rada norak bin heboh kalau melihat salju turun


 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger