Ada Apa Dengan Negara Kita?

30 June 2014 | comments

Kalo baca tulisan di bawah, memang asli  ngurut dada. Tapi itulah kenyataan pahiiiitt, yang dengan terpaksa kita hadapin setiap hari.
Tulisan yang saya copas dari FB Ayah Edy Parenting ini menginspirasi kita, semua yang terjadi di negara kita sebenarnya adalah buah dari pendidikan yang diterapkan di rumah dan di sekolah. Setuju?? ^_^

*******************************************************

MENGAPA POTRET NEGERI KITA JADINYA SEPERTI INI ?

Di jalan raya banyak motor dan mobil saling menyalip satu sama lain.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih cepat dan bukan menjadi lebih sabar, mereka dididik untuk menjadi yang terdepan dan bukan yang tersopan.

Di jalanan pengendara motor lebih suka menambah kecepatannya saat ada orang yang ingin menyeberang jalan dan bukan malah mengurangi kecepatannya.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak kita setiap hari diburu dengan waktu, di bentak untuk bergerak lebih cepat dan gesit dan bukan di latih untuk mengatur waktu dengan sebaik-baiknya dan dibuat lebih sabar dan peduli.

Di hampir setiap instansi pemerintah dan swasta banyak para pekerja yang suka korupsi.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak-anak di didik untuk berpenghasilan tinggi dan hidup dengan kemewahan mulai dari pakaian hingga perlengkapan dan bukan di ajari untuk hidup lebih sederhana, ikhlas dan bangga akan kesederhanaan.

Di hampir setiap instansi sipil sampai petugas penegak hukum banyak terjadi kolusi, manipulasi proyek dan anggaran uang rakyat
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih pintar dan bukan menjadi lebih jujur dan bangga pada kejujuran.

Di hampir setiap tempat kita mendapati orang yang mudah sekali marah dan merasa diri paling benar sendiri.
Mengapa..?
Kerena dulu sejak kecil dirumah dan disekolah mereka sering di marahi oleh orang tua dan guru mereka dan bukannya diberi pengertian dan kasih sayang.

Di hampir setiap sudut kota kita temukan orang yang tidak lagi peduli pada lingkungan atau orang lain.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan disekolah mereka dididik untuk saling berlomba untuk menjadi juara dan bukan saling tolong-menolong untuk membantu yang lemah.

Di hampir setiap kesempatan termasuk di face book ini juga selalu saja ada orang yang mengkritik tanpa mau melakukan koreksi diri sebelumnya.
Mengapa..?
karena dulu sejak kecil di rumah dan disekolah anak-anak biasa di kritik dan bukan di dengarkan segala keluhan dan masalahnya.

Di hampir setiap kesempatan kita sering melihat ada orang "ngotot" dan merasa paling benar sendiri.
Mengapa..?
karena dulu sejak kecil di rumah dan sekolah mereka sering melihat orang tua atau gurunya "ngotot" dan merasa paling benar sendiri.

Di hampir setiap lampu merah dan rumah ibadah kita banyak menemukan pengemis
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan disekolah mereka selalu diberitahu tentang kelemahan2 dan kekurangan2 mereka dan bukannya di ajari untuk mengenali kelebihan2 dan kekuatan2 mereka.

Jadi sesungguhnya potret dunia dan kehidupan yang terjadi saat ini adalah hasil dari ciptaan kita sendiri di rumah bersama-sama dengan dunia pendidikan di sekolah.
Jika kita ingin mengubah potret ini menjadi lebih baik, maka mulailah mengubah cara mendidik anak-anak kita dirumah dan disekolah tempat khusus yang dirancang bagi anak untuk belajar menjadi manusia yang berakal sehat dan berbudi luhur.

Di olah kembali dari tulisan George Carlinwww.ayahedy.tk
Kunjungi web ayah Edy di www.ayahkita.com

*********************************************************
gambar dari sini

Asyiiikk...Ramadhan Mau Dateng :)

28 June 2014 | comments

Alhamdulillah.... sore ini, si tamu besar nan agung udah mau dateng :)
Nyok disiapin target dan checklist yang mo dikerjain selama si tamu dateng. Mumpung masih idup dan bernapas ^-^..
Ini contoh checklist yang bisa dicontek. Alhamdulillah, dapet contekan dari temen saya yang keceh, baik hati n tidak sombong. Diambil dari fb temen saya: Siti Nurjanah (lov u sis :-*)

Untuk anak-anak seperti gambar ini:


Kalau untuk orang gede seperti ini:


Kalo mo download filenya, klik aja ini:

Ok....selamat bersenang-senang dan bermesraan dengan Allah swt  di bulan Ramadhan  V^-^V


Tukang Sampah di Jepang

16 June 2014 | comments

Tau ngga sih, kalo tukang sampah di Jepang tuh, termasuk profesi yang dihargai?
Mau tau berapa gajinya? Yap, 8000 dolar per bulan. Kalo konversi ke rupiah kita dengan asumsi 10.000 dolar/rupiah *biar gampang ngaliin gitu loh* berarti 8 juta rupiah sebulan !!!

Wow banget kan?? ^-^V
Jadi inget cerita suami, yang temennya pernah kerja part time jadi tukang sampah di Jepang. Katanya kerjanya enak, ngga capek. Malah ada acara tidur siang lagi, supaya tenaganya bisa full setelah setengah harian bekerja. Pergi ke kantor pake jas rapih, nyampe sana ganti sama seragam kerja yang rapi dan komplit dengan sarung tangan dan masker. Plus gajinya lumayan cukup untuk anak kuliahan.

Baidewei, saya tertarik nulis ini, karena baca status fb di bawah ini :D
Silakan di translate sendiri yak.... kalo saya yang translate ntar salah-salah lagi...maklum belum bersertifikat :p

***************************************
In Japan, employees who clean the trash from the streets are not called "Trashmen". They are called "HEALTH ENGINEERS"!!! Because of this respect, Japan has the world's cleanest streets.

And get this: How much are those Health Engineers paid? It's $8,000 dollars a month! Why? Because by law, there are 3 types of jobs that must get Double Payment, called the 3 D's: Dirty, Dangerous, or Distant!

In Islam, each and every one of us must be a Health Engineer, because our Prophet taught us "Removing harm from the road is a Charity!"



*tulisan dan gambar diambil dari fb Islam For Kids

Islamic Parenting #4: Orang Tua Durhaka

14 June 2014 | comments

Eeeiitts...ngga kebalik nih? Biasanya yang sering terdengar itu, anak yang durhaka. Tapi ternyata, orang tua juga bisa durhaka loh...
Simak tulisan Ust. Mohammad Fauzil Adhim ini...
Jadi terharu ngebacanya....dan sangat menampar diri saya sendiri -___-

********************************************************************

Mendurhakai Anak

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

SEORANG laki-laki datang menghadap Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu. Ia bermaksud mengadukan anaknya yang telah berbuat durhaka kepadanya dan melupakan hak-hak orangtua. Kemudian Umar mendatangkan anak tersebut dan memberitahukan pengaduan bapaknya. Anak itu bertanya kepada Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak pun mempunyai hak-hak dari bapaknya?” . “Ya, tentu,” jawab Umar tegas. Anak itu bertanya lagi, “Apakah hak-hak anak itu, wahai Amirul Mukminin?”. “Memilihkan ibunya, memberikan nama yang baik, dan mengajarkan al-Qur’an kepadanya,” jawab Umar menunjukkan. Anak itu berkata mantap, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku belum pernah melakukan satu pun di antara semua hak itu. Ibuku adalah seorang bangsa Ethiopia dari keturunan yang beragama Majusi. Mereka menamakan aku Ju’al (kumbang kelapa), dan ayahku belum pernah mengajarkan satu huruf pun dari al-Kitab (al-Qur’an). “Umar menoleh kepada laki-laki itu, dan berkata tegas, “Engkau telah datang kepadaku mengadukan kedurhakaan anakmu. Padahal, engkau telah mendurhakainya sebelum dia mendurhakaimu. Engkau pun tidak berbuat baik kepadanya sebelum dia berbuat buruk kepadamu.”

 

Kata-kata Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu ini mengingatkan kepada kita -para bapak- untuk banyak bercermin. Sebelum kita mengeluhkan anak-anak kita, selayaknya kita bertanya apakah telah memenuhi hak-hak mereka. Jangan-jangan kita marah kepada mereka, padahal kitalah yang sesungguhnya berbuat durhaka kepada anak kita. Jangan-jangan kita mengeluhkan kenakalan mereka, padahal kitalah yang kurang memiliki kelapangan jiwa dalam mendidik dan membesarkan mereka.

Kita sering berbicara kenakalan anak, tapi lupa memeriksa apakah sebagai orangtua kita tidak melakukan kenakalan yang lebih besar. Kita sering bertanya bagaimana menghadapi anak, mendiamkan mereka saat berisik dan membuat mereka menuruti apa pun yang kita inginkan, meskipun kita menyebutnya dengan kata taat. Tetapi sebagai orangtua, kita sering lupa bertanya apakah kita telah memiliki cukup kelayakan untuk ditaati. Kita ingin mereka mengerti keinginan orangtua, tapi tanpa mau berusaha memahami pikiran anak, kehendak anak dan jiwa anak.

Pendidikan yang kita jalankan pada mereka hanyalah untuk memuaskan diri kita, atau sekedar membebaskan kita dari kesumpekan lantaran dari awal sudah merasa repot dengan kehadiran mereka. Bahkan, ada orangtua yang telah merasa demikian repotnya menghadapi anak, ketika anak itu sendiri belum lahir.

Teringatlah saya ketika suatu hari pergi bersama istri dan anak saya. Muhammad Nashiruddin An-Nadwi, anak saya yang keempat, masih bayi waktu itu dan sedang lucu-lucunya (sekarang pun dia masih sangat lucu dan menggemaskan) . Sembari menunggu bagasi, seorang ibu yang modis bertanya kepada istri saya, “Anak pertama, Bu?”. “Bukan,” jawab istri saya, “Ada kakaknya, cuma nggak ikut.” “Ou. Memangnya, berapa anaknya, Bu?” tanya ibu itu segera. “Baru empat. Ini anak yang keempat,” jawab saya ikut menimpali. “Empat???” tanya ibu itu dengan mata terbelalak. Tampaknya ia kaget sekaligus heran. Kemudian dia segera mengajukan pertanyaan berikutnya, “Yang paling besar sudah kelas berapa?”. “TK A. Nol kecil,” jawab istri saya.

Ibu itu tampak sangat kaget. Begitu kagetnya, sehingga nyaris berteriak, “Ya, ampun.. Empat! Apa nggak repot itu? Saya punya anak satu saja rasanya sudah repot sekali. Ribut. Nggak mau diatur. Apalagi kalau empat. Nggak terbayang, deh. Bisa-bisa mati berdiri saya.”.

Ungkapan spontan ibu ini adalah cermin kita, cermin yang menggambarkan betapa banyak orang yang menjadi orangtua semata-mata karena dia punya anak.Bukan gambaran tentang kematangan jiwa atau kualitas kasih sayang. Anak hadir dalam kehidupan mereka semata-mata sebagai resiko menikah, sehingga sinar mata anak-anak yang masih jernih tanpa dosa tak mampu membuat orangtuanya terhibur.

Terkadang orangtua sudah lama merindukan anak. Tetapi ia memiliki gambaran sendiri tentang anak seperti apa yang harus lahir melalui rahimnya, sehingga ia kehilangan perasaan yang tulus saat Allah benar-benar mengaruniakan anak.Terlebih ketika yang lahir, tidak sesuai harapan. Orangtua yang sudah terlalu panjang angan-angannya, bisa melakukan penolakan psikis terhadap anak kandungnya sendiri. Atau memperlakukan anak itu agar sesuai dengan harapannya. Inginnya anak perempuan, yang lahir laki-laki. Maka anak itupun diperlakukan seperti perempuan, sehingga ia berkembang sebagai bencong. Atau sebaliknya, anak itu menjadi bulan-bulanan kekesalan orangtua, bahkan ketika anaknya sudah memiliki anak. Ketika anaknya sudah menjadi orangtua.

Kejadian semacam ini tidak hanya sekali terjadi di dunia. Karena yang lahir tidak sesuai harapan, kadang anak akhirnya menjadi tempat menimpakan kesalahan. Apapun yang terjadi, anak inilah yang menjadi kambing hitam. Setiap ada yang salah, anak inilah yang harus ikut menanggung kesalahan. Atau bahkan dia yang harus memikul seluruh kesalahan, meskipun bukan dia penyebabnya. Terkadang bentuknya tidak sampai seburuk itu, tetapi akibatnya tetap saja buruk. Anak merasa tertolak. Ia tidak kerasan di rumah, meskipun rumahnya menawarkan kemegahan dan kesempurnaan fasilitas. Ia merasa seperti tamu asing di rumahnya sendiri.

Saya teringat dengan cerita seorang kawan yang mengurusi anak-anak jalanan. Suatu ketika ia menemukan seorang anak yang babak belur mukanya dihajar sesama anak jalanan karena berebut lahan di sebuah stasiun. Wajahnya sudah nyaris tak berbentuk. Anak ini kemudian ia selamatkan. Ia rawat dengan baik dan penuh kasih-sayang. Setelah kondisi fisiknya pulih dan emosinya pun sudah cukup baik, ia tawarkan kepada anak itu dua pilihan; dipulangkan ke rumah orangtua atau dikirim ke sebuah lembaga pendidikan. Seperti anak-anak lain di muka bumi, selalu ada perasaan rindu pada orangtua. Maka ia mengajukan pilihan dipulangkan ke rumah orangtua.

Staf dari kawan saya ini kemudian berangkat mengantarkan pulang ke sebuah kota di Jawa Tengah. Nyaris tak percaya, orangtua anak itu ternyata memiliki kedudukan yang cukup terhormat. Bapaknya seorang jaksa dan ibunya seorang kepala sekolah sebuah SMP. Rumahnya? Jangan tanya. Mereka sangat kaya. Cuma satu yang mereka tidak punya: perasaan. Melihat anaknya yang sudah dua tahun meninggalkan rumah, tak ada airmata haru yang menyambutnya. Justru perkataan yang sangat tidak bersahabat, “Ngapain kamu pulang?”. Melihat sambutan yang sangat tidak bersahabat ini, staf teman saya segera mengajak anak itu kembali ke Jogja.

Tak ada airmata yang melepas. Tak ada rasa kehilangan dari orangtua saat anak itu kembali meninggalkan rumah.Yang ada hanyalah perasaan yang remuk pada diri anak. Di saat ia ingin dididik oleh orangtua yang menjadi pendidik di SMP, yang ia dapatkan justru sikap sangat kasar. Benar-benar perlakuan yang sangat kasar, menyakitkan dan menghancurkan perasaan. Jangankan anak yang masih usia SD itu, pengantarnya yang sudah dewasa pun merasakannya sebagai penghinaan luar biasa. Penghinaan tanpa perasaan, tanpa nurani dan tanpa kekhawatiran akan beratnya tanggung-jawab di yaumil-akhir. Karena itu, tak ada pilihan yang lebih baik kecuali menyingkirkan si anak dari orangtuanya yang durhaka.

Kisah anak jalanan ini hanyalah satu di antara sekian banyak kedurhakaan orangtua pada anak. Tak sedikit anak jalanan yang lari dari rumah dan lebih memilih kolong jembatan sebagai tempat tinggal, padahal orangtuanya memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan kekayaan yang besar. Seorang anak jalanan yang sudah direhabilitasi, orangtuanya ternyata anggota dewan sebuah daerah.

Apa yang terjadi sesungguhnya? Banyak hal, tetapi semuanya bermuara pada hilangnya kesadaran bahwa anak-anak itu tidak hanya perlu dibesarkan, tetapi harus kita pertanggungjawabkan ke hadapan Allah Ta’ala. Hilangnya kesabaran menghadapi anak, kadang karena kita lupa bahwa di antara keutamaan menikah adalah menjadikannya sebagai sebab untuk memperoleh keturunan (tasabbub). Kita membatasi berapa anak yang harus kita lahirkan demi alasan kesejahteraan dan kemakmuran, sembari tanpa sadar kita melemahkan kesabaran dan kegembiraan kita menghadapi anak-anak.

Dulu, sebagian orangtua kita bekerja sambil memikirkan nasib anak-anak kelak setelah ia mati: masih samakah imannya? Sekarang banyak orangtua mendekap anaknya, tetapi pikirannya diliputi kecemasan jangan-jangan satu peluang karier terlepas akibat kesibukan mengurusi anak.

Dulu orangtua meratakan keningnya untuk mendo’akan anak. Sekarang banyak orangtua meminta anak berdo’a untuk kesuksesan karier orangtuanya.


****************************************
gambar dari sini

Islamic Parenting #3: MENGATASI STRESS SAAT MENGASUH ANAK

| comments

 MENGATASI STRESS SAAT MENGASUH ANAK

by : bendri jaisyurrahman (twitter : @ajobendri)

1| Kerja yg padat, fisik yg lelah, anak-anak yg sulit diatur, utang yg menumpuk, berujung pada stress. Dampaknya marah-marah ke anak

2| Akibatnya anak jadi tak nyaman berinteraksi. Lebih senang di luar rumah, bermain dengan teman. Pulang bawa perilaku membangkang. Ortu pun makin stress

3| Bagi anak usia dini, saat berinteraksi dengan ortu yg stress akan kehilangan rasa nyaman dan cenderung pasif tak bisa berprestasi

4| Anak pun juga belajar cara ekspresikan perasaan dari ortu yg stress. Jika marah membentak, melempar, bahkan memukul

5| Ikatan emosional juga cenderung berkurang yang berujung hilangnya rasa nyaman dan percaya. Saat remaja 'tertutup' dari orang tua

6| Stress ibarat sampah. Sementara anak seharusnya menerima bunga. Mengasuh dengan stress menjejalkan sampah hingga menumpuk di anak

7| Ingat-ingat kembali tentang harapan saat menikah yakni memiliki anak, hadiah dari Allah. Tegakah kita menyakiti amanah Allah ini?

Sementara begitu banyak pasangan yg belum dikaruniakan anak? Bersyukurlah dengan cara tidak menyakiti anak dalam kondisi apapun

9| Kenali pemicu stress : lapar, ngantuk, lelah ataupun sedih. Jika alami hal tersebut lebih baik menghindar dari anak agar tak jadi korban

10| Coba jujur akan masalah yg dihadapi. Apakah dari luar atau dari perilaku anak? Jangan sampai marah2 ke anak tersebab kita habis dimarahi oleh bos

11| Kerjasama antarpasangan amatlah membantu. Saat kita stress minta pasangan kita untuk memegang anak dulu. Atau cari pihak lain yg amanah

12| Ingatlah, bahwa anak ini tanggung jawab bersama. Jadi bukan hanya satu pihak yang mengasuh. Apalagi kalau memiliki anak yg banyak. Lelahnya

13| Sekali-kali rencanakan waktu sendiri > "me time" guna melakukan relaksasi dan refleksi diri. Jika sudah relax, lebih mudah mengatasi masalah anak

14| Buat program "me time" dalam sepekan beberapa jam. Agar tidak banyak emosi negatif yang menumpuk. Komunikasikan ke pasangan

15| Analisis kembali perilaku anak yg bisa menambah stress dan siapkan antisipasinya. Contoh : anak rebutan mainan » beli mainan baru hehe..pihak ayah malah jadi stress

16| Banyak baca2 buku tentang anak. Kadang pemicu stress karena ketidaktahuan akan tahap kembang anak. Jika perlu bertanya kepada ahli

17| Kalau terlanjur stress ketika bersama anak, tarik nafas dalam2 guna mengurangi ketegangan syaraf

18| Ubah posisi tubuh. Jika sedang di atas pohon segera turun . Jika sedang berdiri segera duduk. Jika duduk segera berbaring atau keluar rumah agar dapat suasana baru

19| Ungkapkan perasaan secara jujur kepada anak "maaf ya nak. Ayah kesal kamu teriak2 trus. Ayah terganggu". Anak belajar ungkap perasaan

20| Segera minta bantuan pihak lain jika makin stress. Tinggalkan anak sejenak. Jangan ikuti emosi saat itu. Rugi

21| Jika kesal berkecamuk terhadap perilaku anak, pandangi fotonya saat bayi. Tegakah kita menyakiti bayi yg sudah tumbuh itu?

22| Segera berwudhu dan sholat 2 rakaat. Jika sedang berhalangan, bagi para ibu, cukup wudhu saja. Doa dan curhat jujur kepada Pemberi Amanah

23| Minta maaf kepada Allah karena hendak marah sama anak yg merupakan pemberianNya. Berharap Allah kasih jalan segera dan lembutkan hati

24| Jika terlanjur marah kepada anak, dan Anda tersadar. Buru-buru minta maaf. Jangan biarkan anak terlalu lama dalam prasangka 'takut' kepada kita

25| Semoga kita bisa kendalikan stress agar anak selalu terjaga perasaannya. Terus berlatihlah kendalikan emosi kita. Silahkan sebar jika ada guna (bendri jaisyurrahman)


*****************
 gambar dari sini

Oh Belitung....

12 June 2014 | comments

Akhir Mei tanggal merah berderet-deret....bikin mata jadi sepet...eh maksudnya jadi seneng. Berarti bisa liburan doooong. Etapi, kalo buat saya mah, ngga terlalu ngefek yak, mo tanggal merah ato ngga. Secara saya ini adalah seorang emak rumah tangga yang kerjanya ngurusin rumah dan tangga...hihihi.

Maksudnya, saya pan sehari-hari udah di rumah gitu loh. Jadi yang berasa banget, saya ngga perlu heboh sureboh di pagi hari, nyiapin anak-anak berangkat sekolah, de el el. Saya mah kalo tanggal merah, pengennya leyeh-leyeh or bobo-bobo aja seharian sambil ngemil ala garfield....*ketahuan emak gembul*

Tapi beda dengan suami, yang bawaannya pengen travelling. Yasud, akhirnya diputusin, kita liburan ke Belitung. Sebulan sebelumnya suami dah booking tiket n penginapan. Harganya normal lah, tapi masih lebih murah dibanding tiket ke Jepang...hehehe #dilempar sendal sama penonton

Saya mah asik browsing sana sini, ngeliat n ngebaca cerita ceriti tentang orang-orang yang sudah ke sana. Hm, kayaknya sih keren banget yak, pantai-pantainya.

Singkat cerita -si emak lagi males nulis panjang-, selama 4 hari di sana, ada 2 hari saya tepar...hiks.
Tapi paling tidak, saya sempat seharian ngabisin waktu di Pantai Tanjung Tinggi, yang terkenal sama pasir pantai ala terigu -saking haluuuuuuss banget- dan batu-batu raksasa yang ajaib ituh.....
Wah, pokoknya bikin betah deh. Saya sampe 3 jam-an berendam n berenang di sana. Walo setelah itu saya masuk angin selama seminggu *ketahuan deh sepuhnya -__-!

Moral of storynya, besok-besok kalo ada penonton yang mau ke belitung, jaga kesehatan yak. Berhubung di sana rekreasinya serba pantai dan serba basah, jadi badan harus kuatt dan bertenaga.
Jangan kayak saya, yang beberapa hari sebelumnya, masih sering tidur telat tapi makan ngga pernah telat :p...jadinya masuk angin berton-ton -_____-

Baidewei, ini foto-foto hasil jepretan kemaren :)

Lihaaaaaaatt....itu pasirnya putih dan haluuuusss....serasa nginjek terigu !!! 
*abaikan sendal-sendal ituh*

Air lautnya biru dan tenaaaanggg plus angeeeeeett.....
asli deh, bawaannya jadi pengen berendam terus :D

Ini loh.....batu-batu raksasa yang menakjubkan....
*jangan perhatiin dasternya yak*

Jalan diantara bebatuan sambil ngetes otot tangan

Masih.....batu-batu ajaib

Masih tetep tersepona *lima tingkat di atas terpesona* sama para batu

Perjalanan ke pulau-pulau.... 
*sementara saya tergeletak tak berdaya di hotel*

Di pulau apa ini ya? *masih edisi ngga ikutan ngiterin pulau*







Jadiiiii, kalo di Belitung itu, wisatanya paling maen di laut, sama naik perahu plus snorkeling di pulau-pulau. Sayang banget deh, kemarin ga sempet ikutan naik perahu. Tapi gapapa juga sih.
Soalnya saya merasa sudah cukup terhibur waktu berenang di Tanjung Tinggi. Sebab, ketika kita masukin kepala di dalam laut, maka akan terlihat ikan-ikan kecil yang lucu dan lumayan banyak. Malah yang kayak nemo juga ada loh. Ngga perlu jauh-jauh dan capek-capek naik perahu dan keliling pulau segala....*ngibur diri*

Eniwei, Alhamdulillah....masih dikasih kesempatan menikmati salah satu wisata pantai terindah yang pernah saya temuin....
Mudah-mudahan dengan liburan seperti ini, bikin hati makin merunduk sama yang Maha Indah....

Islamic Parenting #2: Be A Perfect Parent

| comments

Kalo yang ini, status dari fbnya ustadz Cahyadi Takariawan. Dah lamaaaa dikenal sebagai ustadz dan penulis buku-buku tentang keluarga dan dakwah.
Ngga bosen baca tulisan-tulisannya.....mudah-mudahan juga bisa dipraktekin dengan baik dan benar oleh sayah -____-

***********************************

Be a Perfect Parent

Menjadi orang tua adalah tugas dan pekerjaan seumur hidup semenjak memiliki anak. Kita tidak tiba-tiba pandai dalam semua aspek, namun harus selalu belajar menjadi orang tua yang tumbuh dan berkembang bersama anak.

Berikut tujuh kunci menjadi P-E-R-F-E-C-T parent :

1. P = Prioritize, membuat prioritas.

Jadikan anak anda adalah prioritas anda. Sejak dalam kandungan hingga masa-masa setelahnya, anda harus menerimanya sebagai anugerah besar dari Allah. Maka berikan prioritas dalam perhatian, pendidikan, penjagaan, perlindungan dan kasih sayang kepada mereka.

2. E = Experience, mengalami hidup bersama anak.

Mengalami hidup bersama anak tidak sekedar kehidupan yang mengalir tanpa perencanaan. Sajikan pengalaman berharga kepada anak dengan kehangatan cinta serta kasih sayang dalam hubungan orang tua dan anak. Sajikan lingkungan rumah yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak. Dari pengalaman hidup inilah anak akan membentuk dan menemukan kepribadiannya.

3. R = Routinize, menjalankan rutinitas tanpa ’merobotisasi’.

Tetapkan tatanan dan kesepakatan di rumah untuk dilakukan bersama oleh seluruh anggota keluarga. Ciptakan kreativitas dalam keteraturan, mendisiplinkan tanpa menjadi diktator, konsistensi dalam penghargaan dan hukuman, dan menjalankan rutinitas tanpa ’merobotisasi’. Contohnya adalah menetapkan rutinitas waktu mandi, waktu makan, waktu bermain, waktu belajar dan waktu beribadah. Ajari anak mempersiapkan dan bertanggungjawab terhadap waktu-waktu tersebut. 






4. F= Follow through, mempertahankan kebaikan yang telah dilakukan

Menindaklanjuti aktivitas kebaikan yang rutin memerlukan kedisplinan. Susunlah program keluarga anda bersama pasangan. Terapkan apa yang telah dirumuskan secara konsisten, anak-anak anda akan mampu mengembangkan perilaku yang mulia.

5. E = Encourage, mendorong.

Orang tua harus mengenali kekuatan dan kelemahan anak untuk dapat mendorong optimalisasi potensinya dan mengelola kelemahannya. Mendorong kreativitas, menemukan bakat alaminya dan mengembangkan intelegensianya. Orang tua juga mendorong gaya hidup sehat pada anak dengan ibadah teratur, pola makan yang sehat, belajar dan olah raga. Mendorong anak mampu mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan menumbuhkan rasa percaya diri.

6. C = Communicate, berkomunikasi.

Orang tua harus mengajarkan dengan contoh aplikasi langsung bagaimana komunikasi yang sehat. Berkomunikasi dengan memperhatikan suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh anak. Orang tua juga memperkenalkan penggunaan bahasa yang tepat dan benar, menciptakan suasana komunikasi yang baik dan menciptakan kebahagiaan.

7. T = Teach, mengajarkan.

Orang tua adalah guru pertama dan utama untuk meletakkan dasar-dasar pengetahuan dan kehidupan kepada anak. Orang tua mengajarkan kecerdasan spiritual, emosional, intelektual, kreativitas dan ketrampilan sosial. Mengajarkan tentang tanggungjawab, semangat dan antuasiasme dalam mencapai cita-cita. Juga mengajarkan pengambilan keputusan, tanggung jawab dan kemandirian.

Berat memang, namun dengan kesungguhan usaha, semoga kita termasuk orang tua yang mampu menjadi perfect parent.



**************
gambar dari sini

Islamic Parenting #1: Ini Dulu,...Baru Itu

| comments

Ya..ya..ya...karena saya muslim, maka sebagai ortu, saya kudu-harus-wajib ngikutin ilmu parenting yang basicnya Islam. Karena sudah jelas, rujukannya dari kitab yang paling suci, Al-Qur'an.
Walopun jujur ajah, aplikasinya masih jauuuuuhh dari teori, tapi teteeeuuup harus gambatte dan optimis kalo saya juga harus bisa walo cuma dikit-dikit njalaninnya. Pan harus berproses sodara-sodarah v^-^v

Iya deh, ini mo copas, tulisan-tulisan tentang islamic parenting yang saya dapet dari fb. Mudah-mudahan bisa menginspirasi dan mencerahkan, wabil khusus buat sayah pribadi :)

**************************************

Ini dulu, ... baru itu.

January 28, 2014 at 10:07pm
FB Yayasan Kita dan Buah Hati
Kunci utama dalam pengasuhan itu sebetulnya sederhana: menempatkan Allah pd diri anak, itu saja. Namun ini adalah sbuah proses yg lama dan panjang, memerlukan kesabaran, kepercayaan dan frekuensi yg sering, terus menerus dan tak ada habisnya.

Hal pertama yg perlu diberitahu anak adalah: "Allah sangat menyayangimu". Ayah ibu yg cm dititipkan saja, sayang bs sampai ujung dunia, apalagi sayangnya Yang Maha. Allah memberi hal2 yg ibu dan ayah tak akan pernah bisa beri, mata, hidung, telinga, belum lagi pankreas, jantung dan pembuluh darah yg bekerja sempurna. Nikmat udara dan air bersih tdk terhingga, sampai tdk bisa terhitung karuniaNya. Bahkan nafas yg baru saja engkau tarik itu..adalah hadiah dariNya!





Hal kedua adalah bhw "bukan saja Allah Maha Melihat, Allah memiliki 'CCTV' tanpa cela", Raqib dan Atid namanya. Melihat, mencatat smua amal dan dosa, yg di sembunyikan yg yg tampak, walau ayah dan ibu tdk disampingmu. Dg mengetahui ini, anak tdk akan pernah ketakutan. Karena Pemiliknya memberikan 'bodyguard' yg slalu siap siaga. Tapi anak jg akan berhati-hati dalam stiap perilaku, karena malaikat2 ini sungguh jeli.

Ketiga, slalu terbuka 'jalur komunikasi', minimal 5x sehari, dengan yg sunnah, bahkan lebih. dan boleh minta apaaaa saja tanpa batas. Allah Maha pembuat keajaiban dengan mudah, dan Allah bahkan tau apa yg kamu inginkan, tanpa kamu minta.

Ke 4: Allah memberikan buku pedoman yg tidak berubah. Di dalamnya tertera jelas bgmn cara menjalankan hidup dengan baik. Untaian kalimat2Nya dpt menenangkan hatimu di kala gundah. Tapi jangan hanya sekedar di baca, pahami maknanya, dan jadikan petunjuk. Semua jawaban ada disana

Terakhir: Allah memberikan 2 pilihan jalur yg dpt di tempuh. Ke 'kiri' neraka, ke 'kanan', kenikmatan di luar akal manusia. Ayah dan ibu hanya bisa berusaha sekuat tenaga agar engkau berada di jalur yg benar. Tp ketika kami tiada, smuanya kputusanmu. Kamu bertanggung jwb ada semua pilihan yg kamu ambil.

Jika 5 hal ini kokoh tertanam, anda tidak perlu khawatir anak anda berbohong atau mencuri, berzina atau meninggalkan shalat dan kewajiban2 lainnya. Mrk tahu bhw ayah-ibu hanya 'mentor' sj. Ada 'bos besar' yg hrs dia pertanggungjawabkan hidupnya. Mata dan tangan ayah-ibu terbatas, tapi pandangan dan bantuan Allah tidak. Kekayaan ayah-ibu terbatas, kekayaan Allah tidak. Anak tdk akan malas belajar, karena buku petunjukNya adalah petunjuk bagi mereka yg berpikir.

Nikmat sekali membesarkan anak jika Allah sdh tertanam kokoh dalam dirinya. Tidak perlu kerja keras, banyak bicara, dan jd 'satpam' yg selalu curiga. Jika sejak kecil dia tau Allah ada, sampai mati anggapan itu tak kan berubah.

Jadi apapun yg anda ingin ajarkan ke anak anda, ingat.. Allah dulu..baru itu.

First things first,
so you can enjoy your children..:)

************

gambar dari sini

Ultah Yang Berulang

| comments

Iyalah.
Yang namanya ultah selalu berulang tiap tahun kan?? Kecuali kalo yang ultah udah pindah alam. Hiks...

Ceritanya saya ultah awal april kemaren. Saking *sok* sibuknya ampe lupa nulis-nulis di blog sinih. Tapi alhamdulillah, masih bernafas, masih sehat dan masih keceh. Jadi nyempetin dulu ah, nulis kesan mesan, setelah memasuki usia 39 tahun. #widiihhh....tue banget yak :p



Ehm, usia memang boleh 39 tahun. Tapi tauk kenapa, saya merasa masih begini-begini aja. Ya, sebagai manusia yang punya kewajiban sama Tuhannya....ternyata kok kurangnya masih banyaaaaaak banget. Amal baiknya masih sangaaaaaaatt sedikit. Malah banyakan maksiat sepertinya. Padahal, nikmat dari Dia selalu ngga pernah berhenti. Yang ada malah makin banyak dan berhamburan. Tapi kok si manusia satu ini masih ngga tau terimakasih ya. Bukannya terimakasih, tapi malah lebih sering ngeluh ini itu.......Astaghfirullah... :'(

Sebagai istri dan emak dari empat orang anak.....hadeeeuuh sama aja. Saya merasa masih jauuuuuh dari sosok istri dan emak ideal. Kadang-kadang malah suka kepikiran, kasian suami punya istri kayak gini. Kasian juga anak-anak punya emak galak kayak ginih...*you know what i mean*
Kalo udah gini, bawaannya pengen nangis dan meluk mereka semuah.....

Sebagai anggota masyarakat....waduh, ini juga jauh dari ideal. Kadang nongol kadang ngga, kalo lagi ada acara ngumpul-ngumpul sesama emak. Kontribusinya masih nihil euy. Dengan alasan klasik, sibuk ngurusin rumah plus isinya, jadi makin males ikut macem-macem. Soalnya kebayang, gotong-gotong krucil kesana kemari, bukannya enjoy yang ada malah rempong deh. Padahal sih aslinya saya tuh  model orang yang sangat suka dengan keramaian n ngumpul bareng....apalagi kalo ada acara makan-makannya.....hehehehe

Yaahhh, intinya sih, masih sangat banyak yang harus dibenerin dari semuaaaaa yang ada di diri saya.
Mumpung masih dikasih kesempatan sama Allah....
Mudah-mudahan yang jelek-jelek bisa dihapus, dan yang baik-baik bisa lebih dibanyakin lagih.
Aaaaaaaamiiiiiiiiin

*gambar nyomot dari sini





 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger