Skill Yang Sering Dilupakan

28 November 2014 | comments

Nemu ini di status fb Pendidikan Karakter. Bagus banget ini dijadikan referensi. Apalagi di negara kita, yang lebih mengutamakan keterampilan berpikir. Padahal, keterampilan atau skill yang ngga kalah pentingnya, adalah skill yang terkait dengan hubungan sosial.

Gimana caranya, kalau pinter, tapi ngga bisa gaul? Ngga bisa bekerja sama. Ngga bisa menganalisa masalah. Ngga bisa fokus ke solusi. Ngga bisa disiplin. Ngga punya tanggung jawab?



Nah, mumpung masih melek, coba dipelototin skill penting ini. Walau ini tujuannya untuk mendidik anak, tapi ngga ada salahnya, sebagai orang gede, kita juga evaluasi. Apa kita sendiri sudah punya skill seperti di bawah ini.

Ngomong-ngomong, kalau di Jepang sendiri, skill ini sudah melekat menjadi tradisi mereka. Ngga heran deh, diantara negara-negara maju sekalipun, mereka berada di urutan terdepan dalam urusan ini. Masih inget ngga sih, ketika kejadian tsunami 2011 yang lalu, mereka masih bisa untuk tetap tertib, disiplin dan bertanggungjawab, bahkan di saat-saat genting sekalipun? Tidak ada penjarahan, tidak ada rusuh, tidak ada rebut-rebut dan sikut-sikutan saat menerima bantuan. Hebat banget ya?

Iya deh, silakeun disimak skill sosial apa aja yang perlu dimiliki oleh kita dan anak-anak kita.

**********************

10 Keterampilan Sosial yang Wajib dimiliki Anak

Daftar ini dibuat berdasarkan survei terhadap 8000 guru SD pada tahun 2006 dan penelitian selama lebih dari 20 tahun di berbagai sekolah dasar di Amerika Serikat.
Ke-10 ketrampilan sosial tersebut adalah:

1. Kemampuan mendengarkan orang lain
2. Mengikuti petunjuk
3. Menaati peraturan
4. Mengacuhkan gangguan
5. Meminta bantuan
6. Berbicara secara bergantian
7. Berkumpul bersama orang lain (teman sebaya, saudara, dll.)
8. Bersikap tenang ketika berada di tengah banyak orang (misalnya ketika tengah berada di mall, diundang ke sebuah acara keluarga, dll.)
9. Bertanggung jawab atas segala tindakan
10. Melakukan hal baik untuk orang lain.
apakah anda sudahmengajarkan kepada anak anda? hal ini juga sangat relevan di negara kita bukan?
daftar ini juga bisa dijadikan acuan bagi guru-guru mata pelajaran untuk membiasakan hal ini pada anak didiknya, juga dirumah orangtua memperkuatnya lagi. sehingga kita memiliki anak yang santun dan berkarakter.


Cintai Anakmu untuk Selamanya

15 November 2014 | comments

Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi... Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan. Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita. Mereka merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani dan melayani kita. Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka. Entah kapan. Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini....

Sebagian di antara kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta. Orangtua dan anak hanya berjumpa di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala, saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan. Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.

Adakah itu termasuk kita? Alangkah besar kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala.

Inilah hari ketika kita tak dapat membela pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri. Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat? Dan dunia ini adalah ladangnya...

Sebagian di antara kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati. Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah Jalla wa 'Ala. Tingkatan amal mereka boleh jadi tak sebanding. Tapi Allah Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.

Allah Ta'ala berfirman:


"والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين"

"Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS. Ath-Thuur, 52: 21).

Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk yang demikian ini? Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi. Termasuk kitakah?

Adakah kita benar-benar mencintai anak kita? Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit. Kita tangisi mereka saat terluka. Tapi adakah kita juga khawatiri nasib mereka di akhirat? Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka. Bila perlu sampai letih badan kita. Tapi adakah kita berlaku sama untuk "masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?

Tengoklah sejenak anakmu. Tataplah wajahnya. Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api nereka hingga melepuh kulitnya? Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya. Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya?




Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali. Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai?

Maka, cintai anakmu untuk selamanya! Bukan hanya untuk hidupnya di dunia. Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta'ala. Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga. Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat. Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang. Masa yang tak bertepi.

********

Taken from FB Ust. Mohammad Fauzil Adhim

gambar dari sini 

Nyesel???

14 November 2014 | comments


Ini gegara efek ngga ada kerjaan, tiba-tiba nyasar browsing, nyari drama Jepun yang keren. Dan tetiba lagi, udah keasikan di yutub nonton drama yang dramatis. Daaann tetiba lagi, jadi kangen sama Jepun n seisinya. Fiiiuuuh. Jadi kangen sama sushi n toko 100yen....wkwkwk.

Btw, dari sudut hati ada yang ngomong,"Kamu nyesel ya, back for good ke negeri sendiri?"
Yang satu sudut lagi njawab,"Ngga nyesel !!!". Soalnya percuma juga sih, kalo mo jawab nyesel, emangnya bisa merubah kenyataan?? hehehe...

Tapi ngga kok. Saya ngga nyesel. Dimana-mana yang namanya hidup pasti  penuh pilihan. Ketika kami bisa memilih, antara kemungkinan tinggal selama-lamanya di Jepang, atau pindah kembali ke tanah air tercinta. Dengan minta kekuatan sama Yang di Atas, kami memilih untuk balik ke Indonesia. Trus, apa yang menjadi pertimbangan? Salah satu pertimbangan ya... masa depan anak-anak.


Saya memang yang paling semangat mendorong suami untuk kembali ke Indonesia. Dan itu adalah salah satu keputusan terbesar dalam keluarga kami. Syukurnya dari pihak ortu dan keluarga besar, semua mendukung, apapun keputusan yang diambil.

Yah, masing-masing keluarga pasti punya pertimbangan sendiri kan. Termasuk kami. Eh, terutama saya. Yang saat itu, entah kenapa, makin terasa berat mendidik dan mengasuh anak, plus mengerjakan segala sesuatunya sendiri, di negeri orang.

Saat itu, anak sulung saya usianya masih 9 th. Adiknya umur 2 th dan 1 th. Yang di kandungan sudah 4 bulan. Saya tidak berani membayangkan, apa yang terjadi di usia remaja mereka seandainya kami masih menetap di negeri minoritas itu. Saya merasa pesimis dengan kemampuan saya sendiri, mengawal anak-anak untuk tetap percaya diri dengan keIslamannya. Sedangkan saya sendiri masih harus jatuh bangun, menstabilkan kondisi spritual pribadi.

Sungguh, saya sangat tidak percaya diri saat itu. Walaupun ada banyak teman seiman di sekitar saya, dengan kondisi yang tidak jauh berbeda, tapi, tetap saya merasa, saya tidak kuat. Dan saya tidak berani mengambil resiko.  Makanya sampe sekarang, saya salut banget, sama teman-teman yang masih berjuang di sana. Di Jepang, dan juga negeri-negeri minoritas lainnya. Mereka berjuang luar dalem.

***

Kalo dilihat dari kacamata kemajuan teknologi dan peradaban, Jepang memang mengagumkan. Tapi sebenarnya, kecanggihan mereka tetap menyimpan banyak ketimpangan, yang tidak akan terlihat kecuali mereka yang sudah lama berdomisili di sana.

Kebudayaan dan kebiasaan mereka yang minus, mabuk-mabukan, sangat individual, dan pornografi yang tersebar dimana-mana. Asal tau saja, di Jepang, bahkan para pelacur mengiklankan diri mereka dengan bebas di brosur-brosur yang disebar di rumah dan apartemen. Dan yang menjijikkan, di brosur itu mereka berpose dengan sangat vulgar. Berapa kali saya menemukan brosur tersebut di kotak pos apartemen. Malah saya pernah menemukan potongan lembar majalah dewasa dengan gambar wanita bugil, di toilet umum di taman. Astaghfirullah !!!

Belum lagi majalah-majalah dewasa yang dipajang di rak majalah di convenient store dengan gambar nyaris telanjang. Siapapun yang masuk ke toko itu, bisa dengan mudah memandang cover majalah tersebut.

Bahkan di beberapa downtown di Tokyo, ada beberapa billboard yang sangat besar yang menampilkan sosok artis dengan pose aduhai bin menyeramkan. Toko-toko khusus perlengkapan 'adult' juga tersebar dimana-mana. Fiiiuuuhh, asli menakutkan.

Ngga heran kalo Jepang termasuk negara yang sangat 'ramah' pornografi di dunia ini.

Belum lagi urusan free sex. Anak remaja di sana, ngga beda jauh sama yang di Amerika. Selama suka sama suka ya silakan. Ortu juga membiarkan anak mereka melakukan hal itu. Bahkan hidup serumah dengan calon mertua, juga sudah dianggap biasa.

Satu lagi yang jadi momok di Jepang, banyak orang 'gila' !!! Ya, bukan gila beneran sih. Secara penampakan kayak orang normal. Eksekutif. Berdasi. Berduit dan ada tampang. Ngga taunya, pembunuh berdarah dingin. Lah tiba-tiba aja dia nyerang tetangganya untuk dimutilasi. Gila kan??

Atau ada juga yang tiba-tiba nyeruduk pake truk di pusat perbelanjaan. Belum puas, tu orang turun dari truk, ternyata bawa pisau untuk nusuk orang-orang yang sedang ramai jalan kaki. Entah ada berapa korban jiwa yang jatuh, gara-gara orang gila ini. Saya inget banget, ini berita mencekam jadi headline di mana-mana di awal 2010, menjelang pindahan saya ke Indonesia.

Selain gila, ada juga yang stress. Niat bunuh diri, tapi di keramaian. Dan bikin sejuta orang kesel. Lah gimana ngga. Mereka jatuhin diri di lintasan kereta dan di rush hour pulak !!! Kereta mau ngga mau harus berhenti. Dan penumpang pun harus sabaaaaarrr menunggu sampe kereta bisa jalan lagi. Saya sempet ngalamin kejadian seperti ini, mana lagi perjalanan mau ke bandara pulak. Katanya sih, orang yang mo bunuh diri di tempat strategis kayak rel kereta, ada faktor x-nya. Cerita kumplitnya bisa di liat di sini yaa...

Masalah lain yang sering jadi isu nasional se-Jepang, adalah ijime atau bully. Biasanya terjadi di sekolah-sekolah. Ijime ini jadi masalah yang selaluuuu muncul, karena banyak kasus bunuh diri akibat ijime. Dan sampe sekarang, pemerintah belum bisa ngatasin masalah ini. Sampe-sampe masyarakat Jepang nyalahin Depdiknas-nya, yang dianggap ngga serius nanganin urusan ijime.



Duh, kasian banget kalo merhatiin kasus ijime ini. Dulu pernah liat di tipi, acara dialog tentang ijime. Di situ ada para guru, orangtua, pengamat, dan anak-anak korban ijime. Pas giliran anak korban ijime bicara, beberapa diantaranya sambil sesenggukan, sambil ngusap-ngusap mata. Katanya mereka sering diledek, didorong, dilabrak, dipukul, lokernya dirusak, bekal makanan ditumpahin, sepedanya dibuang ke kolam, buku dicoret-coret dengan tulisan 'Shine' (=mati aja lu!!)....dan lain-lain. Sedih banget. Ngga heran, kalo beberapa korban memilih bunuh diri.....

***

Sebenarnya, masalah-masalah Jepun di atas, banyak juga kok terjadi di negara-negara maju lainnya, termasuk di negeri kita sendiri. Selama belum kiamat, yang namanya kriminalitas, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, PASTI, akan tetap ada. Jadi, mo kita tinggal di negara manapun, tetep akan ada perasaan suka/tidak suka, nyaman/tidak nyaman, dll. Kalo nyari negara yang bener-bener bebaaaass dari semua masalah, itu namanya SURGA...:)

Cuma memang, bedanya, kalo di negeri sendiri, saya pribadi merasa lebih pede. Gimanapun, lebih nyaman tinggal di negeri mayoritas muslim. Makanan halal ada dimana-mana. Sekolah Islam juga tinggal milih. Mesjid tersebar di sana-sini. Azan kedengaran dari manapun.

Ya, lingkungan yang kondusif untuk keislaman anak-anak, itu yang saya cari. Mereka masih kecil, perlu pondasi yang kuat. Kalo pondasi dan bangunan kuat tertanam, insyaa Allah, sehebat apapun goncangan, mereka akan tetap dan tegak dengan imannya. Jadi, ketika mereka besar nanti, saya rela melepaskan mereka ke negeri manapun, minor or mayor. Silakan mengepakkan sayap kemana saja....

Trus moral of storynya apa ??
Jangan sering ngga ada kerjaan ya, nanti jadinya mantengin yutub mulu....hehehe ^-^V
Itu mah salah satu poin doang.

Salah dua poin, ketika bingung untuk memilih, serahin aja sama yang Di Atas. Dia Yang Maha Tahu, apa yang terbaik buat kita. Kita mah sebagai manusia, kudu usaha n ikhtiar sekuat-kuatnya di jalan yang kita pilih. Hasilnya? Udah bukan masuk wilayah kita lagi. Di titik ini, baruuuu boleh tawakkal :)

Kalo kembali ke keputusan saya, ya itu yang cocok untuk keluarga kami. Karena, kalo mo ngebandingin ya, ngga sedikit juga keluarga muslim yang bermukim di negeri minoritas justru berhasil mendidik n mengawal anak-anak mereka sampai remaja. Kumplit dengan identitasnya sebagai muslim/muslimah. Mereka ga malu berhijab. Mereka tetap bisa jalanin kewajiban sebagai muslim. Tetap sahabatan sama temen-temen sekolahnya.

Ini hasil pengamatan saya, yang nge-add anak-anak temen, yang bapaknya asli orang Jepang dan ibunya orang Indonesia. Foto-foto narsis ala abege sering nongol. Di antara temen-temennya yang berpakaian terbuka, si anak muslimah yang cantik ini, tetep pede berjilbab. Ah, seperti melihat mutiara yang berkilap di hamparan pasir di pantai.

Saya yakin banget, di balik foto itu, ada kerja keras dari didikan orang tuanya, yang menancap dengan kuat di kepribadian sang anak.

Bagaimanapun, lain orang, lain kekuatan. Masing-masing orang bisa mengukur sampai batas mana kemampuan dirinya. Dan....yah, saya termasuk yang ...yah, begitulah...hehehe.

Yah, siapapun kita, berdoalah.
Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan sebagai orang tua yang mampu mengantarkan dirinya dan keluarganya ke dalam surga-Nya.....

Aaaaaaaaaaaaamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinn













Ketika Bete

07 November 2014 | comments (2)

Pagi itu seseorang janjian, mau ke rumah saya jam 9 pagi. Sebut saja namanya si A. Saya yang sebenarnya di hari yang sama sudah penuh dengan jadwal merayap, terpaksa nyocok-nyocokin waktu. Berhubung saya juga ada perlu sama si A ituh.

Jam setengah 8 saya nganterin anak ke sekolah. Dan setelah itu, sebenarnya saya harus singgah ke satu tempat yang urgen juga. Tapi terpaksa saya batalin, karena khawatir ngga keburu jam 9 bisa sampe di rumah. Kasian sama si A yang mau datang ke rumah saya.

Sayapun nyampe di rumah jam setengah 9. Dan, ngga berapa lama ada sms masuk, ternyata dari si A, ngasih tau kalo dia ngga bisa dateng jam 9, bisanya siang setelah zhuhur.

Hadeeuuuh, aslik.....saya langsung darting plus bete. Karena setelah zhuhur saya udah ada jadwal keluar lagi. Dan sampe malam pulak. Pegimana bisa ketemuan sama si A? Ni orang kok sembarangan banget maen undur-undur aja. Kagak tau apa, tiap orang udah punya jadwal sendiri.

Tau gitu, saya kan bisa ngerjain banyak hal, daripada cuma nunggu kedatangan si A yang sudah ngancurin jadwal saya di hari ituh !!!

Gegara sms yang nyebelin itu, seharian saya jadi bete. Bawaannya pengen ngamuk aja. Kayak singa yang belom dapet makan seminggu. Pengen marah ke si A, ngga mungkin juga. Secara orangnya sensi banget, dan saya juga ga mau merusak hubungan pertemanan dengan dia.

Walhasil yang jadi korban ya orang-orang di sekitar saya.  Semua kena semprot. Termasuk anak-anak. Mereka heran ngkali, kenapa emaknya udah kayak baygon, kerjaannya nyemprot ga berhenti-henti.

Fiiuuh, sering banget euy, ngalamin hal seperti ini. Hanya gara-gara satu pesan, satu percakapan, satu tindakan, satu kejadian, yang tidak diharapkan, walhasil hidup seharian tiba-tiba jadi mendung, hujan deras, penuh petir n geledek.

Ketahuan banget, saya belum bisa ngontrol emosi. Mood saya masih sering dipengaruhi sama keadaan dan sikon di depan saya. Hiks, apalagi setelah baca artikelnya Stephen Covey ini , tambah nyesel deh, kenapa saya masih sering ngalamin dan ngulangin peristiwa yang sama -______-

*termenung.......*

Krik..krik...krik...krik....

Hmm...sepertinya, saya mudah bete begini, kalo hubungan saya dengan Yang Maha Penyayang, lagi sedang renggang. Memang sih, belakangan saya agak males. Males sholat tepat waktu, males ngaji berlembar-lembar, males puasa sunnah, males ke taman surga a.k.a pengajian.....

Ngga heran, kalo saya mudah tersulut dengan peristiwa sepele. Karena ruhani saya lagi gersang. Persis seperti rumput kering yang mudah terbakar.

Astaghfirullah....
air mana air. Kudu 'minum' sebanyak-banyaknya nih. Supaya ga kering dan gersang.
Supaya bisa lebih bijak plus sabar plus kuat....kalo ngadepin hal yang sama lagi.

Gambarimaaaaasu !!!!


_______________________
gambar dari sini



 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger