BERBAIK SANGKA

19 December 2020 | comments

 



Seorang anak kecil memegang dua buah apel 🍎🍎 di kedua tangannya.

Ibunya datang mendekat, sambil tersenyum kemudian bertanya "Sayang.., boleh Mama minta apelnya satu?"

Si anak memandang ibunya beberapa detik, kemudian dengan cepat menggigit kedua apelnya, bergantian ...

Si ibu berusaha menyembunyikan kekecewaannya, senyumnya terlanjur luntur dari wajah nya... πŸ˜•

Sampai kemudian si anak menyodorkan salah satu apel  yang telah digigitnya tadi kepada ibunya.

Dengan sukacita dan senyum ceria πŸ˜ƒ si anak berkata : "Ini untuk Ibu, karena yang ini LEBIH  MANIS"

Hening.....
ternyata anak ingin memberikan yang terbaik buat ibunya... makanya si anak memastikannya.

Tidak ada kata-kata yang terucap dari bibir ibunya, kecuali senyum dan bola matanya yang berkaca-kaca.... tak terasa mengalir air matanya 😭

"JANGANLAH KITA CEPAT BERBURUK SANGKA"

Siapapun Anda,
seberapapun pengalaman & pengetahuan Anda,
jangan tergesa-gesa menilai seseorang, siapapun dia.

Sabarlah...
tunggu responnya.....
pahami maksudnya.

Janganlah buru buru menghakimi,
supaya kamupun tidak akan dihakimi....

Berilah kesempatan kepada setiap orang untuk memberikan penjelasan ...
dengΞ±n caranya sendiri

Tetaplah menjadi orang yang sabar
& bijaksana menilai diri orang lain....

SERINGKALI ......
kita kurang paham dengan maksud orang .......... karena .......Kita melihat dengan kacamata kita.
               
Tetapi..

Jika kita belajar mau sabar, tenang dan coba memahami dengan kacamata mereka, pasti semua indah.

Mari belajar *Berbaik Sangka* pada sesama saudara teman-teman dan siapa saja yang kita  temui..

#kisahinspiratif
#renunganpagi
#copasgrupsebelah
#unknownauthor
#desainhanyadenganhp
#kelasmahiraplikasi

GANTI KELUHMU

18 November 2020 | comments



Wahai jiwa, dalam sehari, mana yang lebih banyak diungkapkan? Keluhan atau syukur?

Coba biasakan, sebelum mau menumpahkan kekesalan dan keluhan, segera ganti dengan nikmat yang sedang dirasakan detik itu juga.

Masih bernafas kan? Bisa menghirup udara dengan normal, tanpa bantuan alat apapun.

Masih melihat kan? Menatap melihat berbagai macam keindahan alam dan isinya.

Masih bisa berkendara kan? Menjalankan kendaraan dengan konsentrasi, mampu menjaga keseimbangan.

Masih bisa beraktifitas kan? Bergerak, memegang, melangkah. Semua organ tubuh berfungsi dengan baik.

Masih bisa istirahat kan? Punya rumah untuk berteduh, punya keluarga untuk bercengkerama, punya makanan untuk disantap.

Maka, apalagi yang mau dikeluhkan?

Masalah pasti ada.
Semua orang yang hidup di muka bumi ini pasti punya masalah.
Pasti mengalami yang namanya ujian.
Jangan pernah merasa sebagai orang termalang.
Jangan pula berlebihan mengasihani diri sendiri.

Masalah itu datang untuk menempa diri.
Problem itu muncul untuk dijadikan pelajaran.
Ujian itu ada untuk diambil hikmahnya.

Inilah dunia, tempat semua rasa muncul silih berganti. Rasa senang, sedih, bahagia, galau, lapang, sempit, kecewa, marah.
Bersabarlah.

Ingat, semakin sering mengeluh, semakin jarang bersyukur, semakin sulit hatimu untuk tenang dan bahagia.

#mywriting
#renunganpagi
#refleksijiwa
#muhasabahdiri
#perbanyaksyukur

KEBIASAAN

12 July 2020 | comments

 "Pedasnya seeenak masakan Ibu di rumah"

Begitu bunyi tagline sebuah resto  dekat rumah.

Si bungsu yang masih umur 6 th, sempat membaca tulisan itu, ngomong ke kakaknya.
"Ih, liat. Salah itu tulisannya. Kan mama ngga pernah masak yang pedes ya di rumah ya?"

"Iya ya", jawab si kakak.

Saya yang denger cengar cengir.
Saya memang jarang banget masak yang pedas, kecuali ada permintaan dari suami. Walhasil, anak-anak ngga terlalu suka dan ngga terbiasa makan pedes.

Permen, snack, eskrim, coklat, minuman manis juga jarang saya sediakan di rumah. Kecuali untuk bepergian jauh/travelling, baru saya beli untuk sekedar icip-icip di jalan.

Dan kebiasaan seperti itu yang saya dapatkan ketika kecil. Saya ngga suka permen. Es krim, coklat dan snack bisalah sesekali masuk di mulut saya, tapi ya itu....ngga terlalu suka. Saya ngga terbiasa, karena mama saya ngga pernah membiasakan. Walhasil, sampe sekarang, saya ngga terlalu suka ngemil. Ngemilnya langsung to the point. Nasi n temen-temennya. Wkwkwk.

Dengan kebiasaan seperti ini, lumayanlah, bisa mengirit keuangan negara πŸ˜…

Kalo liat orang Jepang yang kuyus n langsing n sehat, mereka juga punya kebiasaan baik. Kebiasaan hidup sehat. Jarang minum yang manis. Suka bergerak. Kemana-mana jalan kaki or sepedaan.

Belum lagi kebiasaan mental: disiplin, mandiri, suka bekerja keras, hemat, tepat waktu, detil sampai hal-hal terkecil, dll.

Ya, kebiasaan.
Semua berawal dari kebiasaan.
Ada kebiasaan baik ada kebiasaan buruk.
Tinggal pilih mau punya kebiasaan yang mana.

Yang jelas, masa depan ditentukan salah satunya dari kebiasaan kita sehari-hari.

#the secret of habit
#dahsyatnya kebiasaan
#nulis itu noyor pala sendiriπŸ˜‘




MENUNDA KESENANGAN

14 June 2020 | comments






Ngga terasa, sudah tiga bulan lebih, anak-anak sekolahnya #dirumahaja.
Termasuk epaknya yang terpaksa, kerja dari rumah aja. Dah biasa banget deh, denger konfrens yang sahut-sahutan dari ruang depan dan belakang.

Trus, gimana kabar sang emak?
Seharusnya ya, dengan semua anggota keluarga ngumpul di rumah, mau tak mau kerjaan sang emak jadi melonjak tajam. Masak berulang, cuci piring yang ngga brenti-brenti, belum upacara beberes rumah dan nggosek kamar mandi. Plus cucian dan jemuran yang melambai-lambai minta disentuh juga.

Tapi, alhamdulillah, kondisi malah terbalik. Emak ngga capek, malah makin banyak me time.
Loh, kok bisa?

Ya, bisalah.
Caranya cuma satu harus TEGA.
Tega menyuruh anak-anak untuk bergantian mengerjakan tugas domestik sang emak.
Tentu saja sebelumnya mereka dikasih pengertian, kalo merawat rumah dan menjaga kebersihannya, adalah tanggung jawab 'SELURUH' anggota keluarga. Bukan cuma emaknya.

Jadi, sejak adegan sekolah #dirumahaja dimulai, sang emak udah bikin jadwal piket yang harus dikerjakan bergantian. Mulai dari masak sarapan, cuci piring pagi-siang-malam, buang sampah, lipat pakaian, sapu-pel, nggosek kamar mandi, angkat jemuran. Semua diserahkan ke anak-anak. Secara ada empat gitu loh. Sayang kalo ngga diberdayakan. Wkwkwk.

Lalu, emaknya ngapain dong. Ya emak bagian masak siang dan masak malam, plus cuci-cuci peralatan masak. Udah itu doang. Enak kan?

Abis itu emak bisa khusyuk balik lagi ke 'dunia'nya. Ngajar di kelas online, ngoreksi tugas peserta, desain flyer, rekaman materi kelas, sambil sesekali ngoprekin aplikasi.

Jadi ngga ada ceritanya, emaknya capek-capek, sedangkan anaknya cuma dibiarin leyeh-leyeh doang. Apalagi untuk anak yang usianya sudah di atas 8 tahun ke atas. Apalagi yang remaja. Mereka harus belajar dan dilatih untuk melaksanakan tugas-tugas rumah.

Ingat ya, ngga ada yang tau, apakah kita sebagai ortu bisa mendampingin anak selamanya.
Jika kondisi yang tidak diharapkan datang menimpa, misal ortu sakit, atau bahkan wafat. Anak-anak sudah terlatih dan terbiasa mengerjakan  segala sesuatunya dengan mandiri. Tidak tergantung orang lain.

Seorang pakar pernah berkata, berilah anakmu tantangan satu tingkat di atas kemampuannya. Dan berikan anak fasilitas, satu tingkat di bawah kebutuhannya.

Artinya apa? Kasih tantangan, kasih kerjaan, kasih tugas yang berat. Misal anak bisanya ngepel satu kamar, ya harus bisa ngepel tiga kamar. Kalo dia mampunya cuma dua kamar, ya sudah, gapapa. Dihargai. Minimal dia berlatih mengerjakan sesuatu satu tingkat di atas kemampuannya. Nantinya dia akan terbiasa.
Dan urusan pengerjaan tugas standar menjadi hal ringan buat dia. Karena sudah TERBIASA melakukan yang lebih berat.

Sebaliknya, kalau anak butuh fasilitas, misalnya yaa...peralatan melukis yang super komplit. Dari canvas, kuas, cat yang high grade. Walaupun ortu mampu, ya ngga perlu disediakan secara komplit.
Sediakan saja peralatan yang sederhana.
Latih dia untuk melukis dengan hanya menggunakan peralatan secukupnya.

Jangan terbiasa memenuhi semua permintaan anak dengan cepat dan memanjakannya dengan aneka fasilitas.
Bahkan hal sepele, seperti jajan cemilan.
Biasakan anak supaya bisa menunda kesenangan.

Saya pernah membaca tentang penelitian yang dilakukan tim psikolog dari universitas ternama di barat sana di tahun 1970-an. Saya lupa negara apa. Intinya, tim peneliti melakukan riset terhadap sekelompok anak usia 4-7 th.

Tiap anak secara bergilir dimasukkan ke satu ruangan. Duduk berhadapan dengan meja yang diatasnya sudah diletakkan aneka cemilan.
Lalu anak itu dikasih petunjuk, bahwa mereka akan ditinggal sendirian dalam ruangan.
Tetapi mereka tidak boleh menyentuh dan memakan cemilan itu,  sampai nanti diperbolehkan ketika ada tim yang masuk ke dalam ruangan tsb.

Apa yang terjadi?
Dari balik kamera tersembunyi, terlihat beberapa anak tidak sanggup menahan godaan. Ada yang langsung memakannya. Ada yang sekedar memegang-megang cemilan dulu beberapa saat, baru dimakan.

Tapi beberapa anak ada juga yang mampu menahan dirinya. Sama sekali tidak menyentuh cemilan tersebut, sampai anggota tim masuk kembali ke ruangan dan mengijinkannya memakan cemilan.

Puluhan tahun kemudian, tim tersebut mengontak anak-anak yang sudah berubah menjadi orang dewasa. Dan tahukah kita?

Segelintir orang dewasa yang dihubungi, berada di  posisi orang sukses. Mempunyai pekerjaan mapan dengan kehidupan yang bahagia.

Ya, mereka yang sukses itu adalah jelmaan anak-anak yang mampu menahan keinginannya sekuat tenaga. Mereka TERLATIH untuk menahan keinginan dan MENUNDA kesenangan.

Menunda kesenangan akan membuat orang menjadi sosok yang kuat, yang terbiasa bekerja keras dan cerdas, sebelum menikmatinya.

Menunda kesenangan akan membuat orang terlatih untuk membelanjakan sesuatu yang sesuai dengan KEBUTUHAN bukan KEINGINAN.

Menunda kesenangan akan membuat orang terbiasa untuk MENGHARGAI apa yang sudah dimiliki.

Dalam Islam pun, di bulan Ramadhan, kita sudah dibiasakan selama satu bulan, untuk menunda salah satu kesenangan kita. Makan.
Dan memang, saat waktunya dibolehkan makan alias berbuka, kita cenderung menikmatinya dengan luar biasa, walau hanya segelas air putih biasa. Terasa sangat nikmat.

Menunda kesenangan memang susah. Tapi itu adalah skill yang harus dilatih. Untuk kita sendiri dan masa depan anak-anak kita.

Apalagi di jaman sekarang. Banyak sekali yang menawarkan kesenangan sesaat. Hanya untuk gaya hidup, atau sekedar mendapat pujian dari orang lain, rela terlibat utang alias kredit. Beli perlengkapan rumah tangga yang baru, ganti gadget, tukar mobil dengan keluaran terbaru. Hanya untuk memenuhi keinginan, bukan kebutuhan.

Dan terlihat pula efeknya di saat wabah pandemi seperti sekarang. Mereka yang survive biasanya adalah orang yang 'mampu menahan kesenangan'.
Tidak punya utang dan tidak terlibat riba.

Saya pernah membaca, keluarga pemilik puluhan properti mahal dengan penghasilan pasif mencapai setengah milyar perbulan (pasif loh ya, belum termasuk penghasilan aktifnya).
Memilih untuk tinggal di salah satu kamar kost miliknya.
Padahal, kalau dia mau, bisa saja beli rumah mewah besar di tengah kota.

Tau Warren Buffet? Salah satu orang terkaya di dunia, memilih untuk tinggal di rumah tua sederhana. Anak-anaknya pun dididik untuk hidup sederhana dan jauh dari bergelimang fasilitas.

Itu cuma segelintir sosok yang sukses, karena memiliki prinsip hidup "MENUNDA KESENANGAN'.

Jadi, yuk belajar lagi...belajar sama-sama...
Belajar tega dan belajar menunda kesenangan😊

#mywrite
#refleksidiri
#parentinglife
#belajarjadiorangtua
#belajarlebihbaik
#instropeksi

MUSIBAH

03 January 2020 | comments (1)



Awal tahun, dipenuhi berita musibah banjir dimana-mana. Ada yang kehilangan harta benda bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.

Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiun.

Ngga ada yang tau, kapan musibah datang menghampiri.

Yang jelas semua kesakitan, kesedihan, dukacita, PASTI jadi penggugur dosa. Dan ada pahala yang menyertai bagi yang bersabar.

Allah Maha Baik.
PASTI ada kebaikan dari semua ketetapan-Nya.
Semenyakitkan apapun kejadian dan peristiwa yang dirasakan manusia, ada HIKMAH KEBAIKAN di dalamnya. Plus balasan berlipat dari-Nya bagi mereka yang menjaga kesabaran.

Untuk teman, saudara dan semua yang terkena musibah banjir, semoga Allah berikan selalu kesehatan, keselamatan, kesabaran, kelapangan hati dan rejeki yang berkah.

Semoga banjir segera surut dan dapat segera tertangani dengan baik.

#refleksi
#quoteoftheday
#renunganjumat

Refleksi Tahun Baru

| comments




Menginjak hari ke 3 di tahun 2020...
Hari yang tidak ada bedanya dengan beratus-ratus tahun sebelumnya...
Yang berbeda, cuma perbuatan kita, semakin membaik atau memburuk...

Tiga hari sudah berlalu di tahun yang baru...
Masih tersedia 11 bulan 28 hari untuk sampai ke tahun berikutnya...
11 bulan 28 hari yang kita tidak tahu, adakah kita bisa melaluinya masih di alam yang sama, atau alam yang berbeda...

Seperti mereka, yang sudah 'berpulang' di tahun 2019 bulan sekian...
Adakah mereka tahu, saat melalui malam tahun baru 2019,
kalau kelak satu masa di deretan 12 bulan, di tahun tersebut,
status mereka berubah menjadi penghuni alam barzakh, bukan penghuni dunia lagi?

Adakah mereka tahu, di antara 12 bulan tersebut,
nama mereka tercantum sebagai nama yang akan didatangi malaikat maut?
Adakah mereka tahu, nyawa mereka akan diambil, di detik sekian, menit sekian, jam sekian, tanggal sekian, bulan sekian ?
Adakah mereka tahu, bahwa nafas mereka akan dihentikan tiba-tiba di saat yang tidak pernah mereka sangka-sangka?

Adakah mereka tahu, bahwa di tahun itu, akan menjadi tahun dukacita bagi orang-orang terdekat mereka?
Adakah mereka tahu, bahwa bulan itu adalah bulan terakhir yang bisa mereka lalui?
Adakah mereka tahu, bahwa minggu itu adalah minggu terakhir mereka menikmati kesenangan dunia?
Adakah mereka tahu, bahwa hari itu akan menjadi hari terakhir mereka berkumpul bersama orang-orang terdekat?

Dan kini, kita....yang masih ada kesempatan menikmati pergantian tahun....
Akankah kita seperti mereka??
Akankah di antara 11 bulan 28 hari mendatang, nama kita termasuk nama-nama yang terdaftar sebagai calon penghuni alam barzakh??
Saat tidak ada lagi kesempatan untuk meminta maaf, membersihkan hati, melakukan kebaikan, melaksanakan ibadah.....

Sungguh, pergantian waktu adalah pertanda...
Pertanda semakin dekatnya posisi kita menuju satu tempat...
Satu tempat yang kecil dan sempit, yang diatasnya diletakkan nisan yang tertuliskan nama kita...
Satu tempat yang membuat orang-orang terkasih kita, menangis dan berduka...
Satu tempat yang kita tidak pernah tau, apakah tempat itu menjadi tempat yang nyaman atau menakutkan bagi jasad kita...

****************

"....Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (3:185)

Rasulullah saw. bersabda, “Kubur merupakan salah satu taman dari taman-taman surga atau salah satu lembah dari lembah neraka.”

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger