Showing posts with label pelajaran. Show all posts
Showing posts with label pelajaran. Show all posts

Insiden Masjid Annur

16 March 2019 | comments

Tak bisa menahan sedih dan perasaan sejenis, sejak membaca dan mengikuti berita serangan teroris di mesjid An-Nuur, Selandia Baru.

Bagaimanapun, ini adalah salah satu peristiwa dari milyaran kejadian yang sudah tertulis di Lauh Mahfuz, jauh sebelum bumi ini diciptakan.

Tak ada kejadian tanpa hikmah dan ibrah yang bisa diambil.
Tulisan di bawah ini adalah salah satunya.

**********************



Sejak semalam, Hampir semua masjid di negeri2 Barat jamaahnya bertambah hingga 3 kali lipat. Sebagian ummat Islam disana yang sebelumnya tidak pernah atau jarang terlihat di masjid, Sejak maghrib kemarin hingga subuh ini berebut datang menghadap kepadaNya.

Mereka memenuhi rumah rumah Allah bukan sekedar untuk menunjukkan solidaritas. Lebih jauh lagi mereka sedang mengadu kepada Allah tentang kedzaliman demi kedzaliman yang terjadi sejak hari-hari sebelum ini, Dengan puncaknya kemarin itu di New Zealand.

Sekaligus mereka berdoa, Berharap perlindungan, Serta memasrahkan segalanya, Yang akan terjadi hari ini dan di masa depan, KepadaNya.

Temen saya di Australia, Yang selama ini hidupnya urakan, Mendadak 3 waktu terakhir hadir shaf depan di masjid dekat rumah. Dia marah besar. Hpnya dibanting saking gemasnya baca berita New Zealand. Tapi dengan sebab kemarahan itu rupanya Allah turunkan hidayah.

Ibunya chatting sama saya pagi tadi. Nangis-nangis bahagia anaknya shalat maghrib isya subuh di masjid. Bahkan sejak kemarin terus nginep disana. Tilawah dan banyak merenung. Padahal sebelum ini dia ga kenal shalat kecuali jumat dan Iedul Fitri.

Si anak, Dalam kemaksiatan dan kebangsatan hidup yang selama ini dijalani, Ternyata masih menyimpan ghirah, Kecemburuan, Pada Islam dan kaum muslimin. Makanya kemarin itu tubuhnya bergetar hebat. Emosinya tak terbendung, Lalu memutuskan pergi ke masjid, Menjaganya sampai pagi bersama belasan muslim lainnya.

Alasan kawan saya tadi sederhana saja :

"Serangan kemarin kemungkinan besar akan memicu bangkitnya ekstrimis-ekstrimis sayap kanan. Dan pasti rumah-rumah Allah yang kembali akan menjadi sasaran. Jadi kita harus menjaganya sampai suasana reda.

Lagipula saya ini pendosa. Sudah terlalu banyak dosa saya. Kalau misalnya masjid ini diserang, Semoga saya ada ketika itu. Lalu saya menghentikan serangan tersebut atau gugur di tangannya sebagai syuhada.

Mana saja yang menjadi takdir Allah, Saya sudah siap. Semoga dengan itu Allah mengampuni saya"

(Fatih Yazid Attamimi)

Nasihat

05 January 2019 | comments




Pesan Aa Gym, mantul.

"Sing sopan kalau dagang yah, karena bagi kita dagang itu amal soleh."

"Beli gak beli bagi kita tidak masalah."

"Jangan baik pada pelanggan supaya dia beli dagangan anda. Tapi baiklah kepada pelanggan karena baik itu disukai Allah."

"Beli nggak beli sama saja. Yang penting jadi amal."

"Kalau anda sakit hati berarti anda ngarep-ngarep dia menghormat."

"Tidak harus orang beli, orang kalau nggak takdirnya beli ya nggak beli. Kalaupun beli atau nggak beli, dua-duanya menjadi amal yah".

"Kalau nanti nggak dapat uang jangan mengeluh. Karena rezeki tidak dalam bentuk uang. Mungkin rezekinya dalam bentuk pengalaman. Rezekinya dalam bentuk penolakan."

"Tenang aja, jalanin aja yah..."

#NasihatUtkPedagang
#AaGym
.
.
.
.
Selamat pagi
Semoga berkah aktivitas hari ini

Berkah Yang Sesungguhnya

23 December 2018 | comments



Sore kemarin ada yang menarik terjadi.

Saya naik angkot Riung Bandung dari simpang dago. Karena kursi di depan kosong, jadilah saya pilih duduk di depan, di sebelah pak sopir. Awalnya gak ada interaksi positif yang terjadi, sampai akhirnya mobil sampailah di sekitar gedung sate.

(Aslinya obrolan pakai bahasa Sunda, tapi saya terjemahkan dan rangkum biar lebih ringkas...obrolan terjadi hampir selama dua jam.)

"Mau turun di mana?", tanyanya pada saya. "Riung, pak". "Neng, Bu, turun di mana?", tanyanya pada penumpang lainnya. "Kiara condong.". Tidak ada yang aneh saya rasa dengan pertanyaan itu.

Pas di depan Pusdai, angkot tidak belok kanan ke jalan Citarum tapi lurus ke Supratman, jalan lebih pendek tapi konsekuensi gak bisa dapat muatan. Jadilah saya bertanya, "Mau langsung pulang pak?". "Enggak, saya ngepasin waktu, mau shalat Maghrib. Kalau hanya sampai Kiara condong rasa-rasanya masih cukup.", Jleb...cukup menohok jawabannya.

(Komentar saya gak dimasukkan, soalnya gak penting nambah nilai obrolan ini...)

"Kalau udah biasa shalat apalagi berjamaah mah rasanya ada beban kalau udah masuk waktu shalat masih di jalan. Saya mah kalau masuk waktu shalat insya Allah mengusahakan buat berhenti dulu. Terutama Maghrib yang waktunya pendek. Ya, sebelumnya minta maaf dulu sama seluruh penumpang yang saya turunkan di jalan. Semua penumpang gak akan saya tarik bayaran, bayarnya ke angkot selanjutnya saja."

"Gak perlu rasanya terlalu semangat mencari uang, sampai mengorbankan kewajiban utama kita. Cari nafkah itu wajib, tapi shalat lebih wajib. Yang penting itu bawa rejeki yang barokah. Bawa 100 ribu atau 10 ribu asal barokah mah insyaallah bermanfaat. Allah itu gak akan marah kalau kita mati gak punya mobil atau gak punya rumah. Tapi Allah akan marah kalau kita mati gak punya iman. Bahkan Rasulullah pun pernah berdoa supaya dimatikan dalam keadaan miskin supaya hisabnya ringan."

Tak lama sampailah kami di Kiara condong, semua sudah turun kecuali saya. "Maaf atuh mas, cuma bisa ngantar sampai Kiara condong.". "Sekalian saya juga mau shalat kok pak, bareng aja.". Lalu kami shalat di pom bensin terdekat. Setelah shalat, saya dibelikan kopi di tukang rokok langganannya di pinggir rel. Lanjutlah kami mengobrol.

"Saya mah bawa mobil ini mah anggap aja sebagai jembatan shirotol mustaqim, yang akan melalukan saya ke kehidupan selanjutnya. Saya juga ingin supaya mobil ini jadi saksi kalau saya ini banyak beribadah. Mobil ini sudah sering berhenti di banyak masjid. Saya pernah sebelumnya punya banyak mobil, ada yang angkot ada yang mobil biasa. Tapi ya kok gak bikin saya tenang, soalnya waktu itu mobil-mobil itu berhubungan dengan riba. Akhirnya saya lepas semuanya. Mendingan satu ini aja tapi bebas dari riba."

"Saya mah kalau di jalan, pas mobil kosong ya biasa aja, gak jadi kesel kalau mobil teman penuh. Lha kan kita juga pernah merasakan angkotnya penuh. Kadang teman-teman suka ada yang kesal kalau mobilnya kosong sedangkan yang lain penuh. Padahal kalau gitu berarti kita punya penyakit hati. Saya mah selalu minta sama Allah supaya dijauhkan dari penyakit hati seperti itu."

"Pas kita nanti mati mah yang dibawa kan cuma harta yang dibelanjakan di jalan Allah, ilmu yang diamalkan dan diajarkan dan anak Sholeh yang mendoakan. Tapi ingat, kalau mau punya anak shaleh, orang tuanya harus shaleh dulu. Apa yang dilakukan anak itu bisa jadi cerminan perilaku kita."

"Kita itu harus banyak beramal, supaya umur kita panjang. Bukan berarti umur tubuh kita, tapi umur dari kebaikan yang kita lakukan yang terus akan memberi manfaat dan diingat oleh orang yang ditinggalkan."

Terus kami mengobrol sampai akhirnya sampailah kami di Riung Bandung. Ah rasanya masih kurang lama saya menimba ilmu dari beliau. Mudah-mudahan perjalanan bapak setiap hari dari Riung ke Dago menjadi perjalanan ibadah dan dakwah. Dan ilmu yang disampaikan terus memberikan manfaat buat semuanya...

(Copas dari WA, Penulis Tidak Diketahui)

#PelajaranTtgHidup
#MaknaBerkah
#YangPalingPentingItuRidho-Nya

Kecelakaan

07 November 2016 | comments

Jalan raya di perkampungan itu tidak terlalu ramai. 
Perjalanan pulang menuju rumah masih jauh. Sekitar enam jam-an lagi. 
Kami baru saja selesai mengikuti acara family gathering kantor suami, yang diadakan di pantai yang cantik di pelosok barat pulau Jawa. 
Sebagian dari karyawan naik minibus sewaan. Sementara karyawan lain yang punya anak kecil, memilih menggunakan mobil pribadi. Acara berlangsung sabtu kemarin, dan hari minggu siang, setelah acara selesai, semua kembali pulang menuju rumah. Kecuali minibus yang akan menuju kantor.

Mobil masih melaju. Melewati jalanan kecil di perkampungan. Jalanan dua arah tanpa pembatas.
Sesekali truk besar melintas dari arah yang berlawanan. Motor-motor dengan kecepatan tinggi kadang menyalip mobil kami.
Di kanan kiri jalan ada rumah penduduk. Yang diselingi dengan hamparan sawah.

Dvd yang menayangkan film anak-anak, masih menyala.
Saya belum tertidur. Sesekali merem, sesekali melek. Saya melirik ke sekeliling.
Saya duduk di deretan paling belakang. Di samping ada si sulung yang sudah nyenyak.
Di deretan tengah, si nomor 3 dan 4, sepertinya sudah dari tadi tertidur pulas.
Di depan, di samping suami, ada si nomor 2. Yang entah ikut tertidur atau ngga. 

Sementara suami saya masih terus menyetir. Walaupun, entah berapa kali saya mendengar dia menguap agak kencang. Sepertinya dia mengantuk.

Saya pikir, suami masih bisa bertahan. Selama ini, beliau termasuk yang paling kuat menahan kantuk.
Saya mencoba untuk tidur. Belum lama saya memejamkan mata, ketika tiba-tiba....

"Braaakkkkk...."

Mobil seperti melintasi sesuatu yang keras. Lalu berjalan dengan terguncang-guncang seperti melewati jalanan yang tidak seperti biasa.
"Astaghfirullahal azhim...."
Saya berteriak....dan berulang beristighfar..

Sementara mobil masih terus berguncang. Dan kemudian terhenti mendadak, dengan mesin yang masih menyala.
Saya sempat melihat anak-anak saya terdorong menabrak kursi depan. 

Ternyata, dalam hitungan detik, mobil melesat, menyebrangi jalur yang berlawanan arah,  terperosok dan akhirnya terhenti di pelataran sawah.

Asap terlihat keluar dari bagian depan mobil.
Saya yang panik, langsung berteriak, ...

"Semua keluar !! Ayo....cepat!! Cepat keluar...!!!

Sambil berteriak....saya menarik-narik engsel pintu, yang ternyata masih dicentral lock.
"Papaaa..., Papaaa..., ...cepat buka kuncinya !!! Cepaatt !!"

Suami saya seperti masih bingung. Seperti orang yang baru terbangun dari tidur.
Sesaat kemudian, dengan cepat ditekannya tombol unlock. 
Pintu terbuka. Semua melompat keluar. Anak-anak sudah  ngga sempat lagi memakai sendal. 
Sementara asap masih terus keluar. 

Si nomor tiga, menangis. Yang lain masih seperti kaget.
Saya perhatikan kondisi anak-anak, alhamdulillah, semua baik-baik, ngga ada yang terluka.
Hanya nomor 2 yang mulutnya sedikit mengeluarkan darah, karena membentur dashboard mobil.
Sementara suami masih terdiam, memperhatikan keadaan kami .

"Mobilnya kenapa bu?"
Seorang bapak, yang sepertinya tinggal di areal dekat sawah tersebut mendekati kami.

"Ini pak, nyungsep. Tadi suami saya ngantuk, jadi ngga sadar tau-tau ketiduran. Mobilnya jadi belok sendiri deh."

"Oooo. Sering tuh bu kejadian seperti itu di dekat sini. Ada yang tabrakan, ada yang terguling kendaraannya, ada yang tau-tau terperosok. Ya, begitulah bu."
Saya hanya mengangguk. Tak terlalu tertarik dengan aroma mistis.

Kami masih terdiam. Menatap mobil yang terus mengeluarkan asap.
Sementara, perjaka saya, si sulung mulai berjalan. Dia seperti mengambil sesuatu, seperti lempengan besi, lalu menunjukkan ke saya.

"Mama, ini apa ya?" 

Saya perhatikan sejenak. 
"Ya Allah, itu lempengan mobil yang patah...."
Ternyata bemper mobil bagian depan terlepas dan rusak parah. Bagian bawah copot semua, sampai kabel dan komponen mobil bagian bawah bisa terlihat dengan jelas.
Kaca di spion kanan hancur. Beberapa lempengan masih ditemukan terserak sekitar lokasi.

Tak berapa lama orang-orang sekitar mulai ramai berkumpul. 
Mencoba memberi bantuan untuk kami. Dan ternyata tidak mudah untuk menggerakkan mobil. Karena mobil kami yang tergolong berat dan besar, sedangkan bagian ban terendam dalam lumpur sawah. Berapa kali mereka mencoba mendorong tapi tidak berhasil. Ban mobil sulit untuk berputar. Satu-satunya cara hanya dengan menderek mobil.
Tiba-tiba si nomor 2 teriak,"Mama, lihat....itu ada temen-temen papa." 
Ditunjuknya minibus elf warna kuning yang berhenti di seberang jalan. 

Mereka rombongan kantor suami yang juga baru pulang dari vila tempat acara famgath berlangsung.

Beberapa dari mereka turun, menyebrangi jalan, dan segera menghampiri kami yang saat itu masih berdiri terdiam. 

"Ibu ngga apa-apa? Anak-anak gimana?"
"Ibu ngikut kita aja ya, biar nanti bapak sama temennya yang ngurusin mobil."

Akhirnya kami memutuskan, saya dan tiga krucil ngikut dengan rombongan kantor.
Sedangkan si sulung dan suami dan satu orang kawannya yang berusia agak lanjut, memilih tinggal di lokasi.

Saya lihat, jalanan di sekitar mulai terlihat macet dan tersendat. Tidak sedikit kendaraan yang berhenti, penasaran dengan apa yang terjadi.

Akhirnya, minibus pun berangkat. Melesat meninggalkan lokasi.



Sepanjang perjalanan, saya masih terdiam. Sebenarnya, saya agak shock. Pikiran saya berkecamuk dan terus merenungkan peristiwa tadi.

Apa yang terjadi, seandainya saat mobil berbelok, saat melewati jalur yang berlawanan arah, di saat yang sama ada truk yang melintas?
Apa yang terjadi, seandainya saat itu ada motor yang menyalip?
Apa yang terjadi, seandainya waktu itu ada orang yang bekerja di pematang sawah?
Apa yang terjadi, seandainya mobil membentur pekarangan dan menerjang rumah penduduk?
Apa yang terjadi, seandainya suami mengantuk saat mobil sudah berada di jalan tol?

Ah, banyak sekali kemungkinan yang bisa terjadi.
Mungkin ada kerusakan.
Mungkin ada korban luka.
Mungkin ada nyawa yang hilang.
Hanya karena satu-dua kecerobohan. Kecerobohan driver.
Juga kecerobohan penumpang, yang membiarkan driver dalam keadaan mengantuk.

Seumur-umur baru kali ini saya merasakan kecelakaan. 
Saya jadi tersadar, betapa tipis batas antara hidup dan mati.
Hanya sekejap seperti kedipan mata. Hanya sepersekian detik, saat saya memejamkan mata dan kecelakaan itu terjadi.
Tapi Allah swt masih ngasih kesempatan. Tidak ada korban. Yang ada hanya kerusakan fisik kendaraan.
Sementara, saya sendiri merasa masih jauh dari siap menghadapi kematian.

"Mama, tadi, kalau kita mati, kita mati syahid ngga?"
Tiba-tiba si nomor 2 bertanya. Sepertinya dia juga sedang berpikir hal yang sama.
Saya tatap matanya. Mata yang masih dipenuhi rasa khawatir.

"Ngga sayang. Kita ngga mati syahid. Kan kita ngga lagi berjihad. Cuma liburan. Tapi insyaa Allah yang namanya mati bisa husnul khotimah. Yang penting pas mati, kita pas lagi inget Allah... lagi zikir, lagi hapalan ayat...."

Si nomor 2 mengangguk. Lalu kembali merebahkan kepalanya. Ngantuk, tapi masih belum bisa tidur.

Badan saya masih merinding, gemetar. Hati saya masih bergejolak. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk tadi.
Ah, baru kali ini saya bisa menghayati, seperti apa rasanya ketika kecelakaan terjadi.
Peristiwa kecelakaan yang selama ini cuma sering saya dengar atau saya baca. 
Peristiwa yang kadang berakhir dengan aman, tapi tidak sedikit juga yang berakhir dengan tragis.
Peristiwa sepersekian detik yang mungkin membawa trauma dan penyesalan sepanjang hayat bagi yang mengalaminya.

Ada banyak pelajaran penting yang saya rasakan.

1. Ketika sedang berkendara, pastikan driver dalam kondisi fit dan tidak mengantuk. Kalau mengantuk, segera tukar posisi. Gantikan si driver. Tapi kalo ngga ada driver cadangan, ya berhentilah dulu sejenak. Kalau ada rest area, bisa singgah sebentar untuk tidur walau hanya 10-15 menit. Jangan cuma diajak ngobrol, tapi diajak istirahat.

Dalam kasus saya, suami memang sangaaat tidak mau merepotkan istrinya yang sudah dirusuhi sama urusan krucil, logistik massa, dll. Padahal kondisi saya saat itu lumayan fit, ngga ngantuk. Tapi karena beliau overestimate dengan dirinya, belum lagi sayanya juga yang kurang sensi sama kondisi suami, walhasil, terjadilah tragedi tsb. Dan itulah bagian dari takdir yang sudah ditentukan-Nya.

2. Gunakan seatbelt. Bukan hanya driver, tapi semua penumpang. Kami memang punya kebiasaan buruk, hanya di jalan tol saja, semua pake seatbelt. Keluar jalan tol, ya hanya driver yang pake. Padahal pemakaian seatbelt sangat penting untuk mengurangi resiko terluka.

3. Simpan nomor telepon penting. Nomor telepon agen mobil atau asuransi yang dimiliki. Umumnya mereka bisa dihubungi 24 jam dalam 7 hari. Tapi sayang, dalam kasus saya yang terjadi di hari minggu dengan lokasi yang sangat jauh dari pusat kota, customer care yang dihubungi menyatakan tidak bisa membantu untuk pengadaan mobil derek dikarenakan lokasi kami tidak termasuk coverage area.

4. Siapkan uang cash dalam jumlah berlebih. Terutama saat melakukan perjalanan ke daerah yang jauh dari pusat kota. Karena saat itu tidak ada mobil derek, penduduk perkampungan sekitarlah yang banyak membantu kami. Dari memanggilkan truk besar, menyediakan tali, sampai membantu proses mengeluarkan mobil dari lokasi kecelakaan. Dan untuk itu, sebagai imbalan, kami membayar dengan uang cash sejumlah lebih dari 1 juta rupiah. Karena orang yang membantu, lebih dari selusin. Belum lagi ongkos untuk membayar truk, penyediaan tali, dll. Yang semuanya itu tentu saja ngga bisa dibayar dengan kartu atm.

5. Usahakan bawa persediaan logistik di dalam mobil. Sebisa mungkin, makanan yang cukup mengenyangkan tapi bisa awet beberapa hari. Seperti roti, kue, gorengan. Juga minuman air putih. Siapkan beberapa botol. Jangan lupa dengan baju ganti terutama untuk anak-anak. Di saat genting, jauh dari pusat kota dan minimarket, persediaan tadi bisa sedikit dijadikan ganjalan pangan dan sandang.

6. Setiap akan berlibur/ bepergian jauh, apalagi kalau sekeluarga, jangan lupa siapkan surat wasiat. Waduh, kok serem dan lebay amat sih? Ya ngga serem dong. Dan asli ngga lebay. Kita kan ngga tau, kapan kita dijemput malaikat maut. Bisa jadi dijemputnya sekeluarga. Berapa banyak kasus sekeluarga tewas karena kecelakaan? Ya kecelakaan mobil, kapal laut, pesawat? 

Intinya, siap-siap saja. Tulis detil. Kasih tau ke sodara terdekat. Tentang utang. Tentang arisan. Tentang polis. Tentang rekening. Tentang surat-surat penting yang kita miliki. Tentang password imel dan akun-akun lain milik kita. Pernah baca kan, kisah ahli waris yang ketiban bayar hutang kartu kredit, tapi kesulitan untuk menyelesaikan, karena semua akses ke rekening, ke imel, ke hp dalam kondisi terpassword. Bukan cuma password, kunci-kunci dalam artian fisik, entah kunci rumah, kunci pagar, lebih baik dititipkan saja. Jangan dibawa semua.

7. Yang terakhir, tapi yang paling urgen. Jangan lupa untuk berdoa. Jadikan setiap perjalanan yang kita lakukan, sebagai bagian dari ibadah kita terhadap-Nya. Sekali lagi, kita ngga akan pernah tau, di tempat mana, di hari apa, di menit keberapa, di detik kapan, kita akan ketemu malaikat maut. Jadi, iringi perjalanan dengan tilawah Quran, ceramah agama, zikir bareng, or hapalan ayat bersama. (Nonton juga ngga apa-apa sih untuk mengusir jenuh. Yang penting ngga ada adegan yang dipenuhi sensor. Tau sendiri kan, seperti apa kebanyakan film-film di luar sana). 
Selain untuk menjaga kondisi hati untuk selalu mengingat Allah, juga untuk menjaga diri agar berhati-hati terjerumus dalam maksiat kecil yang mungkin dilakukan dalam perjalanan.

Itulah beberapa pelajaran berharga,.... sekali lagi pengalaman adalah guru terbaik.

Dan semoga ini adalah pengalaman kecelakaan terakhir yang dialami....


Bergeraklah !!!

19 December 2012 | comments

 

1.Bismillahirrahmanirrahim, selain kemampuan 'baca' yang hebat, generasi awal umat Islam hebat karena kemampuan 'gerak' mereka. Proaktif.
2.Begitu mereka masuk Islam, mereka tak tinggal diam. Mereka segera bangkit dan gerak.

3.Setidak2nya mereka tergerak bertanya,"Apa tugas saya ya, Rasulullah?" Begitu dijawab tugas Rasul jadi tugas mereka juga, mrka membantu.

4.Tercatat Sa'ad bin Abi Waqash ra masuk Islam oleh gerak dan ajakan Abu Bakar Ashshiddiq ra.

5.Mereka tidak menunggu Al Qur'an selesai diturunkan semuanya, tapi mereka gerak dengan beberapa ayat yang telah mereka pahami dan imani.

6.Tentu terkadang mereka keliru dlm bertindak. Tetapi 'berkah' gerak lebih besar dibandingkan akibat kekeliruan. Bukankah Allah Maha Pemaaf?

7.Lagi pula mereka selalu hati-hati dlm bertindak. Ini meminimalkan kekeliruan gerak. Dan mekanisme syura semakin meminimalkan kekeliruan.

8.Jadi, mereka mengambil jalan pertengahan. Tidak gegabah dan tidak takut keliru. Karenanya mereka mampu gerak.

9.Mereka menyadari bahwa dalam gerak terbuka kesempatan dan peluang. Terbuka rezeki u mereka. Juga rezeki hidayah untuk umat manusia.

10.Suasana rabbani yg Allah SWT anugerahkan kpd mereka berupa suasana belajar plus mengajarkan al Qur'an, jg mminimalkan kekeliruan gerak.

11.Dmkianlah, para sahabat secara dinamis terus gerak. Seprti air yg selalu mencari tempat yg rendah. Seperti angin yg menerobos dedaunan.

12.Karakter gerak ini menunjukkan mereka sebagai aktor kehidupan. Karenanya Allah SWT berikan panggung kehidupan sebagai umat terbaik.

13.Dengan karakter gerak, mereka terbebaskan dari peran penonton, yang hanya bisa bersorak atau ikut sedih bila aktornya sedih.

14.Dengan karakter gerak, mereka terbebas dari peran pengamat, yang sok tahu padahal belum tentu mampu.

15.Mrk amalkan QS At Taubah ayat: Dan katakan: Bekerjalah kalian niscaya Allah, Rasulullah, dan orang2 beriman melihat kerja kalian.

16.Perhatikanlah kekuatan gerak yg mengalahkan kata2. Saat para sahabat tak berkenan dgn perintah Nabi SAW u tahallul dan sembelih qurban.

17.Ummu Salamah ra menasihati suaminya (Nabi SAW): Silakan kakanda keluar, lalu bertahallul, dan sembelih qurban.

18.Tanpa kata Nabi SAW gerak dgn keluar kemah, bertahallul, dn sembelih qurban. Para sahabat tersentak. Mrka pun trgerakkan u mncontohnya.

19.Gerak menunjukkan kesungguhan. Karena itu ia menggerakkan siapa saja yang menyaksikannya. Dan menggerakkan pertolongan datang.

20.Karena itu bila Anda dan komunitas Anda terjangkit penyakit diam, waspadalah. Tiada kemenangan kecuali bersumber dari gerak.

kultwit @dedhi_suharto
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger