Hidup Itu...

29 October 2015 | comments

Hidup itu ujian dari Allah swt.
Ujian berupa kesenangan. Ujian berupa kesedihan.
Semua adalah ujian, dan hasilnya, bisa dilihat nanti di alam sana.

Berapa kali saya menemui kasus yang di luar nalar. Kasus seputar rumah tangga, seputar anak, seputar teman kerja, seputar tetangga....dan seputar-putar lainnya. Para objek yang tersangkut kasus ini, ngga selamanya orang awam, bahkan orang yang paham agama pun tersangkut kasus-kasus aneh.

Dan, tentu saja ini menjadi ujian, bagi orang-orang di sekitarnya.
Saya sendiri hanya bisa menenangkan, menghibur dan mendoakan, ketika menghadapi orang-orang yang sedang diuji tersebut. Karena, saya pun sebenarnya, sampai detik ini, bukan termasuk orang yang kuat ketika dihadapkan dengan ujian.

Ah, Allah swt sungguh Maha Adil. Ketika Ia memberi kita ujian yang terasa berat, sebenarnya, Allah  ingin membersihkan kita, mengangkat kita, mengingatkan kita, merindukan kita.....untuk kembali kepada-Nya. Bukankah ketika diuji, kita merasa semakin dekat dengan Allah swt? Kita merasa, hanya Allah tempat mengadu, tempat curhat, tempat meminta solusi....
Ketergantungan kita, yang biasanya lebih sering kepada manusia, ketika diuji, tiba-tiba kita merasa tersadarkan, ....bahwa.....hanya Allah swt yang mampu menjawab semua permasalahan kita.
Tiba-tiba saja, kita merasa, kalam-Nya begitu meresap sampai ke seluruh aliran darah.....
kita merasa jarak kita dengan-Nya begitu dekat.....begitu kita ingin memeluk-Nya, menangis di pelukan-Nya....

Sungguh....jangan pernah merasa Allah tidak adil kepada kita.
Justru kita yang selama ini tidak adil kepada Allah. Berapa persen keseharian kita yang kita khususkan untuk Allah? Berapa sering kita mengingat Allah dalam 24 jam? Berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk membaca ayat-ayatNya?
Sementara Allah, terus, tanpa henti, tanpa jeda, mengucurkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita.
Allah memerintahkan jantung untuk terus berdetak, otak kita berfungsi dengan baik, udara bisa kita hirup dengan sempurna, makanan masih bisa kita nikmati dengan enak.....
Bahkan ketika kita sedang bermaksiat, Allah tetap mengucurkan nikmat-Nya tanpa henti sedetik pun !!!

Jadi.....silakan bersedih ketika ada ujian. Itu normal sekali. Sebagaimana Rasul saw pun pernah menangis ketika ditimpa ujian.
Yang tidak normal adalah, ketika kita menuduh Allah dengan sangkaan yang buruk.
Kita merasa sudah banyak beramal, dan menyalahkan Allah....
"Kenapa saya ya Allah....kenapa harus saya yang menderita...? Bukankah saya selalu sholat lima waktu, selalu bersedekah.....selalu ini....itu....."
Kita ungkit semua amal baik kita, seakan-akan hidup kita penuh dengan kebaikan seutuhnya. Kita lupa, bahwa dosa kita jauh lebih banyak dari amal-amal baik kita.

Astaghfirullahal adzhiem.
Semoga Allah menjauhkan kita dari perasaan tersebut. Semoga Allah mengampuni kita, mengangkat derajat kita, membersihkan kita dan memasukkan kita ke dalam surga-Nya.

Tulisan ini, terutama saya tujukan untuk diri saya pribadi. Karena sungguh, tidak mudah menghadapi ujian, tapi.....ingatlah.....untuk selalu berprasangka baik dengan keputusan Allah.
Apapun yang terjadi dengan kita, ....ada Allah swt bersama kita.
Pasti ada hikmah terbaik yang ada di ujian tsb.

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabut: 2-3)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.(Qs. al-Anbiya’: 35).

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.(Al-Baqarah: 45)





Ramadhan....

17 July 2015 | comments

Sebentar lagi dia datang.
Bulan yang dirindukan, bulan yang ditunggu-tunggu, bulan yang dinanti-nanti.
Ah....tapi benarkah kita merindukannya??
Jangan-jangan, kita cuma merindukan baju baru.
Jangan-jangan, kita cuma merindukan THR.
Jangan-jangan, kita cuma merindukan episode mudik....

Ah, Ramadhan...sepertinya rindu kami ini adalah rindu palsu....

********************************

Dan, akhirnya, Ramadhan pun datang....
Seperti biasa, di awal-awal disambut dengan gegap gempita...
Orang berbondong-bondong ke mesjid...
Beramai-ramai membaca Al-Qur'an
Bersama-sama berkumpul untuk buka puasa....

Tapi, memasuki 10 hari terakhir...
Semua mulai lenyap...
Semua sibuk dengan aktifitas belanja dan mudik...
Ya Allah, inikah cara kami membersamai Ramadhan-Mu?
Menyambut di awal, dan di akhirnya, kemesraan itu hilang sama sekali?

Ah, entahlah,....
Aku di sini, hanya bisa terdiam, tergugu....
Entah sampai kapan kami bisa serius membersamai Ramadhan...
Entahlah......
Maafkan kelalaian kami ya Allah....

**************************************************
Menangislah untuk Ramadhan yang Kan Hilang
Oleh: Abd Rozak

Teman, marilah kita menangis,
Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubari. 
Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. 
Dan tadarus Quran kita tak juga beranjak khatam. 
Jika itu adalah ungkapan penyesalan. 
Jika itu merupakan awal tekad untuk menyempurnakan tarawih dan Qiyamul lail kita yg centang perenang.

Menangislah,
Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. 
Bahwa kita adalah hamba Alloh yg lalai lagi terlena. 
Yang berdoa sejak 2 bulan sebelum ramadhan, yang berlatih puasa semenjak Rajab, 
yang rajin mengikuti tarhib Ramadhan, 
tapi sampai puasa mendekati akhir.. 
masih juga menggunjing kekhilafan teman, 
masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, 
tak juga menambah ibadah sunah, 
bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib.

Menangislah, lebih keras.
Alloh tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, 
apakah kita masih disertakan, 
sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa hitungan hari. 
Tak ada yang dapat menjamin usia kita sampai untuk Ramadhan besok, 
sedang Ramadhan ini tersia-siakan. 
Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang...

Menangislah,
Untuk dosa-dosa yang belum terampuni, 
tapi kita masih juga menambah dengan dosa baru...

Menangislah,
Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. 
Karena besok waktu akan bergerak makin cepat..
Ramadhan semakin berlari. 
Tahu-tahu sudah 10 malam terakhir dan kita belum bersiap untuk itikaf. 
Dan lembar Quran menunggu untuk dikhatamkan. 
Dan lembar rupiah menunggu untuk disalurkan melalui infaq dan zakat. 
Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...
  *gambar dari sini

Seriusin Bisnis...

23 May 2015 | comments



Awal Mei ini, saya terjun bebas ke dunia bisnis pakaian. Kalo empat tahun sebelumnya status saya masih reseller, maka sekarang nekat nyemplungin diri jadi agen.

Namanya jadi agen, tentu beda sama reseller. Yang jelas modalnya....fiuuh...lumayan nguras kantong.
Tapi ya, harus berani. Secara udah tuek ginih. Hehe. Pengennya sih, di usia 50, saya udah punya bisnis yang mapan. Ngga ngerecokin suami, apalagi anak.

Jadi agen, berarti harus siap nyisihin waktu yang lebih banyaaaaak. Bikin database, bikin rekap stok barang dan order. Juga bikin planning untuk marketing yang lebih luas. Belum urusan delivery order n ngeluasin koneksi kanan kiri depan belakang. Heboh yak ^_^

Kalo dulu jadi reseller, saya lebih pasif. Paling cuma respon pembeli eceran. Eh, ada juga sih pembeli grosiran di sebrang pulau sana yang setia ngorder mpe puluhan kilo. Tapi ya itu, saya ngga terlalu serius. Karena memang ngga ada modal yang keluar.

Beda sama sekarang. Serasa punya toko sendiri. Serasa punya karyawan sendiri. Yup, karena sekarang saya agen, jadi saya harus bertanggung jawab sama sekian reseller yang keceh-keceh ini.
Alhamdulillah, jadi bisa silaturahim sama temen-temen lama, plus punya banyak kenalan baru. Yang mana hal ini yang paling saya sukaaaa....bisa ketemu dengan orang-orang baru ^-^V

Capek sih capek ya. Karena hampir tiap hari saya harus hilir mudik keluar, disamping antar jemput anak. Tapi Alhamdulillah, paling ngga saya punya kesibukan yang jelas, yang bisa bermanfaat buat keluarga dan orang lain juga....

Semoga semakin banyak orang yang merasakan manfaat lewat bisnis saya ini....
aaaaamiiiiiin.


Oiya, kali ada yang pengen tau :D ini bisnis saya dengan status reseller. Facebook Pagenya: Kelambu Lipat Praktis, dan ini bisnis saya dengan status agen. Facebook pagenya Rok Celana 2 in 1 ^-^

*****
Update:
Alhamdulillah....hanya selang 3 bulan menjadi agen rok celana, Allah swt kasih rejeki saya untuk naik menjadi distributor. Tentu saja jangkauan pasar dan gerak jadi lebih luas lagi dibanding saat jadi agen. Tanggung jawab juga jadi lebih besaaaarr. Apalagi sekarang saya bukan hanya bermitra dengan reseller, tapi dengan agen juga.

Alhamdulillah, network jadi lebih banyak, omzet bertambah, otomatis profit juga meningkat.
Dan yang paling bahagia, adalah ketika profit itu bisa dirasakan bersama-sama dengan mereka....saudara-saudara saya, para agen dan reseller tercinta..

Alhamdulillah......

gambar dari sini

40

05 April 2015 | comments

Ada apa dengan angka 40??
Yaa, ngga ada apa-apa sih. Cuma memang di awal april ini, usia saya jadi 40.
Dah tua yak....
Iyalah. Si sulung aja udah gedee. Udah perjaka.

Trus, apa artinya bagi saya usia 40?
Banyaaaak banget.
Pertama-tama, udah jelas amat sangat bersyukur, karena masih bisa menikmati udara dan semua kenikmatan dunia sampe usia segitu.
Masih teruuuss dapet suplai kenikmatan tanpa henti dari Allah....Alhamdulillah

Kedua, ya sedih, karena berarti jarak saya ke kubur semakin dekat.
Sementara....bekal masih segini-gini aja :(
Masih banyaaakkk amal yang belum bisa konsisten dikerjakan.
Sedangkan dosa masih bergunung-gunung. Astaghfirullah ;'(

Ketiga, dari sisi kepribadian...saya merasa lebih terkendali dari sebelumnya. Walaupun masiiiihh aja harus lebih ditingkatin levelnya. Non stop learning lah.

Keempat, fiuuuh...apa ya...masih banyak, tapi tidak terucapkan.
Yang jelas, saya harus lebih berhati-hati....seperti yang disebut artikel di bawah ini.

Semoga Allah swt berkahi usia yang tersisa ini...
Aaamiiin yaa Robbal'aalamiin.


************

BERHATI HATI DIUSIA 40TAHUN

Ramai tidak sedar dalam al-Quran ada menyentuh tentang usia ini. Tentu ada yang sangat penting, perlu diperhatikan dan diambil serius akan perkara ini. Allah swt. berfirman,


حَتَّى إَذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِى أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِى إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

"Apabila dia telah dewasa dan usianya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukkanlah aku jalan untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang soleh yang engkau redhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (al-Ahqaf: 15)

Usia 40 tahun disebut dengan jelas dalam ayat ini. Pada usia inilah manusia mencapai puncak kehidupannya baik dari segi fizikal, intelektual, emosi, mahupun spiritualnya. Benar-benar telah meninggalkan usia mudanya dan melangkah ke usia dewasa yang sebenar.
Doa yang terdapat dalam ayat tersebut dianjurkan untuk dibaca oleh mereka yang berusia 40 tahun dan ke atas. Di dalamnya terkandung penghuraian yang jelas bahawa mereka; telah menerima nikmat yang sempurna, kecenderungan untuk beramal yang positif, telah mempunyai keluarga yang harmoni, kecenderungan untuk bertaubat dan kembali kepada Allah.

Pada ayat yang lain, firman Allah;
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيْرُ
Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam tempoh yang cukup untuk berfikir bagi orang-orang yang mahu berfikir, dan (apakah tidak) datang kepadamu pemberi peringatan? (al-Fathir: 37)

Menurut Ibnu Abbas, Hasan al-Bashri, al-Kalbi, Wahab bin Munabbih, dan Masruq, yang dimaksud dengan “umur panjang dalam tempoh yang cukup untuk berfikir” dalam ayat tersebut tidak lain adalah ketika berusia 40 tahun.
Menurut Ibn Kathir, ayat ini memberikan petunjuk bahawa manusia apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbaharui taubat dan kembali kepada Allah dengan bersungguh2.
Apabila itu berlaku menjelang usia 40 tahun, maka Allah memberikan janjiNya dalam ayat selepas itu: (maksudnya) Kematangan.

Usia 40 tahun adalah usia matang untuk kita bersungguh-sungguh dalam hidup. Mengumpulkan pengalaman, menajamkan hikmah dan kebijaksanaan, membuang kejahilan ketika usia muda, lebih berhati-hati, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian. Maka tidak hairan tokoh-tokoh pemimpin muncul secara matang pada usia ini. Bahkan Nabi s.a.w, seperti yang disebut oleh Ibn ‘Abbas:
“Dibangkitkan Rasulullah s.a.w pada usia 40 tahun” (riwayat al-Bukhari).
Nabi Muhammad saw. diutus menjadi nabi tepat pada usia 40 tahun. Begitu juga dengan nabi2 yang lain, kecuali Nabi Isa as. dan Nabi Yahya as.

Banyak negara menetapkan untuk menduduki jabatan2 elit seperti ketua negara, disyaratkan bakal calon harus telah berusia 40 tahun. Masyarakat sendiri mengakui prestasi seseorang mantap tatkala orang itu telah berusia 40 tahun. Soekarno menjadi presiden pada usia 44 tahun. Soeharto menjadi presiden pada umur 46 tahun. J.F. Kennedy 44 tahun. Bill Clinton 46 tahun. Paul Keating 47 tahun. Sementara Tony Blair 44 tahun.

Mengapa umur 40 tahun begitu penting?
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah usia manusia diklasifikasikan menjadi 4 (empat) period, iaitu
1. Kanak-kanak ( sejak lahir hingga akil baligh )
2. Muda atau syabab ( sejak akil baligh hingga 40 tahun )
3. Dewasa ( 40 tahun hingga 60 tahun )
4. Tua atau syaikhukhah ( 60 tahun hingga mati )

Usia 40 tahun adalah usia ketika manusia benar-benar meninggalkan masa mudanya dan beralih kepada masa dewasa penuh. Kenyataan yang paling menarik pada usia 40 tahun ini adalah meningkatnya minat seseorang terhadap agama sedangkan semasa mudanya jauh sekali dengan agama. Seolah-olah macam satu fitrah di usia ini ramai yang mula menutup aurat dan mendekati kuliah-kuliah agama.

Salah satu keistimewaan usia 40 tahun tercermin dari sabda Rasulullah saw.,
لعَبْدُ الْمُسْلِمُ إِذَا بَلَغَ أَرْبَعِيْنَ سَنَةً خَفَّفَ اللهُ تَعَالَى حِسَابَهُ ، وَإِذَا بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً رَزَقَهُ اللهُ تَعَالَى الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ ، وَإِذَا بَلَغَ سَبْعِيْنَ سَنَةً أَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، وَإِذَا بَلَغَ ثَمَانِيْنَ سَنَةً ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى حَسَنَاتِهِ وَمَحَا سَيِّئَاتِهِ ، وَإِذَا بَلَغَ تِسْعِيْنَ سَنَةً غَفَرَ اللهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ وَشَفَّعَهُ اللهُ تَعَالَى فِى أَهْلِ بَيْتِهِ ، وَكَتَبَ فِى السَّمَاءِ أَسِيْرَ اللهِ فِى أَرْضِهِ – رواه الإمام أحمد
"Seorang hamba muslim bila usianya mencapai 40 tahun, Allah akan meringankan hisabnya (perhitungan amalnya). Jika usianya mencapai 60 tahun, Allah akan memberikan anugerah berupa kemampuan kembali (bertaubat) kepadaNya. Bila usianya mencapai 70 tahun, para penduduk langit (malaikat) akan mencintainya. Jika usianya mencapai 80 tahun, Allah akan menetapkan amal kebaikannya dan menghapus amal keburukannya. Dan bila usianya mencapai 90 puluh tahun, Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan dosa-dosanya yang dahulu, Allah juga akan memberikan pertolongan kepada anggota keluarganya, serta Allah akan mencatatnya sebagai tawanan Allah di bumi. (riwayat Ahmad)

Hadis ini menyebut usia 40 tahun paling awal memiliki komitmen terhadap penghambaan kepada Allah swt. sekaligus konsisten terhadap Islam, maka Allah swt. akan meringankan hisabnya. Orang yang usianya mencapai 40 tahun mendapatkan keistimewaan berupa hisabnya diringankan. Tetapi umur 40 tahun merupakan saat harus berhati2 juga. Ibarat waktu, orang yang berumur 40 tahun mungkin sudah masuk senja. Abdullah bin Abbas ra. dalam suatu riwayat berkata, “Barangsiapa mencapai usia 40 tahun dan amal kebajikannya tidak mantap dan tidak dpt mengalahkan amal keburukannya, maka hendaklah ia bersiap-siap ke neraka.”

Imam asy-Syafi’i tatkala mencapai usia 40 tahun, beliau berjalan sambil memakai tongkat. Jika ditanya, jawab beliau, “Agar aku ingat bahwa aku adalah musafir. Demi Allah, aku melihat diriku sekarang ini seperti seekor burung yang dipenjara di dalam sangkar. Lalu burung itu lepas di udara, kecuali telapak kakinya saja yang masih tertambat dalam sangkar. Komitmenku sekarang seperti itu juga. Aku tidak memiliki sisa2 syahwat untuk menetap tinggal di dunia. Aku tidak berkenan sahabat-sahabatku memberiku sedikit pun sedekah dari dunia. Aku juga tidak berkenan mereka mengingatkanku sedikit pun tentang hiruk pikuk dunia, kecuali hal yang menurut syara’ lazim bagiku. Di antara aku dan dia ada Allah.”

Lantas, apa yang harus kita lakukan menginjak usia 40 tahun?
1. Meneguhkan tujuan hidup
2. Meningkatkan daya spiritual
3. Menjadikan uban sebagai peringatan
4. Memperbanyak bersyukur
5. Menjaga makan dan tidur
6. Menjaga istiqamah dalam ibadah.

Jika ada yang mengatakan bahawa: Life began at forty, saya cenderung berpendapat kehidupan yang dimaksudkan ialah kehidupan terarah kepada mendekatkan diri kepada penciptaNya dengan sebenar-benarnya. Tetapi satu perkara yang kita harus sentiasa sedar bahawa kematian memanggil kita bila-bila masa tanpa tanda, tanpa alamat dan tanpa mengira usia. Jika kita beranggapan harus menunggu usia 40 tahun untuk baru memulakan kehidupan yang dimaksudkan di atas, maka rugi dan sia-sia lah hidup kita jika umur kita tidak panjang.

Maksud sabda Nabi Muhammad S.A.W ," Orang yang bijak adalah orang yang selalu mengingati mati".
Ramai manusia tertipu dengan keindahan dunia dan isinya yang bersifat sementara. Sejak Nabi Adam as. sehingga kini, kesemuanya telah kembali kepada Allah swt. tidak kira kaya atau miskin, berpangkat atau tidak. Mengingati mati bukan bermakna kita akan gagal di dunia tetapi dengan mengingati mati kita akan menjadi insan yang berjaya di dunia dan di akhirat. janganlah menunggu sehingga esok untuk membuat persediaan menghadapi kematian, kerana mati boleh datang pada bila-bila masa..

JOM PAKAT2 Share✔
.
Klip Soal Jawab Agama Ustaz Azhar Idrus @UstazYouTube


Anak Kecil Dan Akhirat

19 March 2015 | comments (1)

Mengajarkan masalah iman tentang hari akhir kepada anak usia 7 th kebawah, tidak semudah seperti mengajarkan anak untuk ngantri, buang sampah pada tempatnya atau merapikan mainannya. Pelajaran seperti itu lebih kelihatan dan bisa dicontohkan dan praktek langsung.

Kalau pelajaran iman, terutama yang menyangkut hari akhir, adalah sesuatu yang gaib, dan tentu saja abstrak bagi mereka. Jelasinnya harus sabar, dan mengikuti daya tangkap mereka.

Kematian opa sebulan yang lalu, jadi pelajaran emas buat anak-anak. Mereka melihat sendiri, seperti apa opa --yang biasanya bercanda dan tertawa bersama mereka-- tiba-tiba berubah menjadi jasad yang terbujur kaku. Diam tak bergerak.

Mereka mengikuti bagaimana jenazah opa mereka diperlakukan, saat diangkat untuk dimandikan, dikafani sampai dimasukkan ke liang lahat. Dan ingatan ini melekat dan terus menjadi pertanyaan besar buat mereka.

"Mama, opa sekarang di surga ya?"
"Opa disana makan sama minum juga ngga?"
"Trus opa ditemenin sama siapa?"
"Rumahnya opa yang sekarang kayak apa luasnya?"

Saya berusaha jawab dengan bahasa mereka.

"Ngga. Opa belum masuk surga. Insyaa Allah opa lagi nunggu di taman yang luas dan indah. Opa ditemenin sama amal baik opa yang bentuknya kayak manusia. Tapi manusianya cakeeepp dan haruuuum banget.
Opa sekarang lagi dikasih lihat sama Allah terus-terusan, surga tempat opa tinggal nanti.
Ya, kayak Muaz kalo mo liburan yang jauh, kan sama mama diliatin dulu di komputer. Tempat liburannya seperti apa. Ada restorannya, ada kolam renangnya, ada kamarnya yang luas, ada tempat main anak-anak. Trus Muaz senang kan, kalo mama liatin seperti itu? Muaz jadi ngga sabaran kan pengen cepat-cepat kesana?"

Muaz (7 th) ngangguk-ngangguk. Termasuk adek-adeknya, mutia (6 th) dan oyi (4,5 th)

"Nah, opa juga seperti itu. Kata Allah swt, orang sholeh dalam kuburnya, diliatin tempatnya di surga. Biasanya sih, orang sholehnya jadi ngga sabaran pengen cepet-cepet hari kiamat. Supaya bisa masuk surga, kumpul sama anak dan cucu-cucunya.

"Kalau semuaaaa manusia sudah mati, kalau kiamat sudah selesai, semua manusia dikumpulin di padang mahsyar. Semuaaa orang dari jaman nabi Adam sampai nabi Muhammad saw, dihitung trus ditimbang pahala sama dosanya. Kalau pahalanya lebih banyak, nanti dimasukin surga. Kalau dosanya yang lebih banyak, dimasukin ke neraka."
Setelah perhitungan selesai, manusia harus ngelewatin jembatan yang sempit dan tajam, namanya shirat. Di bawah shirat ada neraka yang panaaas yang apinya menyala-nyala. Kalau orang sholeh, sama Allah dikasih kekuatan supaya bisa lewat jembatan dengan selamat. Tapi kalau orang jahat dan durhaka, baru sebentar jalan, tahu-tahu terjatuh ke neraka."

"Tapi mama, kenapa Allah masukin orangnya ke neraka?". Si mutia nanya.

"Itu karena orangnya bandel sama Allah. Ngga mau dengerin Allah. Allah suruh sholat, suruh baca Qur'an, suruh banyak berbuat baik, orangnya yang ngga mau denger.
Allah itu sebenarnya sayaaaaaanngg banget sama manusia. Lebih dari sayangnya mama-mama ke anak-anaknya. Semua mama kan ngga ada yang mau kalau anaknya celaka, luka-luka, sakit. Semua mama pengen anak-anaknya sehat, senang-senang. Apalagi Allah. Allah ngga mau manusia masuk ke neraka. Makanya Allah turunin Qur'an supaya manusia tau, yang Allah suruh apa, yang Allah larang apa. Kalo yang dengerin, yang jalanin perintah Allah, nanti dimasukin ke surga. Kalo yang ngga mau dengerin, ya dihukum, dimasukin ke neraka."

"Trus kalo udah dari jembatan, ngapain lagi orang-orangnya?"

"Setelah itu, semuaaaa orang yang selamat dari shirat, dimasukin ke surga sama Allah. Tau ngga surga itu kayak apa? Surga itu besaaaaaarr banget. Trus enaaaaaakkk banget disana. Muaz, mutia sama oyi bisa minta mainan apa aja sama Allah. Ngga usah beli, ngga usah cape-cape ke toko mainan. Ngga usah rebutan. Semua dapat bagian. Malah kalo mau mainan yang banyaaaaaaaakk semua ada.
Mau minta yang lain juga bisa, mo minta es krim, atau coklat yang banyak. Ngga usah takut giginya lobang. Soalnya kan di surga udah ngga ada yang namanya sakit-sakit. Capek-capek.

"Kalo mutia....maunya minta dibikinin sayap sama Allah. Mutia mau kayak kupu-kupu."
"Kalo oyi maunya naik perosotan. Tapi perosotannya dari pelangi, ada warna warni."
"Kalo muaz maunya berubah jadi boboiboy..."

***

Hampir setiap hari, obrolan tentang alam barzakh, surga, neraka jadi topik mereka. Mereka jadi lebih ngerti, kalau mau masuk surga, harus banyak berbuat baik supaya Allah sayang.

"Mama, mutia bawain piring-piring kotornya ya."
"Mama sini biar mutia aja yang rapiin koran-korannya."
"Mama tadi oyi ngalah, ngga rebutan masuk rumah."
"Tadi oyi berbagi kue  di sekolah..."

Kalau si muaz lain lagi. Alhamdulillah, belakangan dia jadi makin rajin ke mesjid. Apalagi pas waktu sholat subuh. Tiap malam sebelum tidur, dia selalu minta dibangunin subuh supaya bisa ke mesjid. Dan banguninnya pun ngga pake heboh seperti dulu. Mudah-mudahan bisa terus-terus kayak gini, biar emaknya senang.

Satu hari, tiba-tiba si muaz nanya.
"Mama, ada ngga ya, anak kecil yang mati di mesjid?"
"Hmm, mama kurang tau. Mungkin saja ada."
"Mama,....muaz pengen mati di mesjid juga. Kayak opa."

Ah. Saya terdiam. Saya anggukin kepala dan bilang supaya muaz lebih gambatte lagi untuk bisa sholat di mesjid. Gambatte berbuat baik. Karena nanti, Allah akan matiin orang sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan. Orang sholeh, karena terbiasa melakukan ibadah dan berbuat baik, maka Allah matikan mereka dalam keadaan baik pula.

Saya jadi lebih sering termenung. Anak-anak ...percakapan mereka masih polos. Pemikiran mereka masih sederhana, tapi mampu me
Masih banyak sekali pelajaran keimanan yang menjadi PR saya. PR yang harus saya selesaikan sebelum jatah saya di dunia selesai. Karena, inilah pelajaran terpenting. Sangat-sangat penting dalam kehidupan mereka. Yang dengannya kehidupan akhirat mereka

Mampukah saya mengawal mereka, mengasuh dan membina mereka, untuk tetap setia di jalan-Nya. Sedangkan saya sendiri masih sering terjatuh mengawal iman sendiri....
Mudahkanlah ya Allah.....

****
gambar dari sini







Tiga Minggu

07 February 2015 | comments

Udah tiga minggu, sejak papa wafat. Ngga terasa, dan masih saja seperti mimpi. Selain hikmah bertebaran yang sudah saya tulis sebelumnya, ada pelajaran lain yang jadi renungan juga. Yaitu, bahagiakan orangtua, ketika mereka masih hidup. Jangan terlena dengan kesehatan mereka. Siapapun bisa mati, yang sehat dan yang sakit. Jangan terlalu sibuk dengan rutinitas sendiri. Sisihkan waktu untuk mereka. Kalo bisa sih dibikin skedul, biar gampang inget.

Mumpung mereka masih ada, ya ikutin semuaaaaa apa yang mereka inginkan. Selama ngga bertentangan dengan syariat. Hiks, penyesalan saya terbesar, ya di situ. Ngga sempat menuhin beberapa keinginan papa. Saya menunda-nunda, karena merasa masih ada waktu. Saya merasa masih banyak kesempatan lain. Saya salah mengambil prioritas. Dan, semua sudah terlambat. Tinggal nyesel yang bikin sesek.

Tapi, sudahlah. Takdir sudah berlaku. Pena Allah swt sudah diangkat sejak alam semesta ini belum diciptakan. Yang bisa dijadiin hiburan, papa sekarang (insya Allah) sudah senang banget di sana. Di alam barzakh. Papa sedang dihibur sama Allah swt. Papa sudah bahagiiiiaaaaa banget, jauh lebih bahagia daripada pas masih di sini, masih ngumpul sama kita-kita.

Tinggal jadi pelajaran penting. Utamakan orangtuamu, selama mereka masih hidup. Untuk anak perempuan, urutannya tentu setelah suami. Kalo urusan keluarga beres, cepat prioritasin orangtua kita. Kudu rutin nelpon, dateng, n sering-sering cerita berduaan sama mereka.

Dan sekarang, saya jadi sering telpon mama. Satu-satunya yang tersisa. Hiks. Pokoknya apa yang mama minta, saya usahakan dipenuhin secepatnya. Harus disayang-sayang banget deh mama tercinta. Jangan sampai kesalahan saya sama papa terulang lagi. Hiks. Ampuni saya ya Allah.

Semoga bisa cepat ketemu papa di surga. Amin.

Nyimpen Video dari Facebook

| comments

Sesuai judul nih.
Kadang-kadang di fb saya sering dapet share video-video yang menarik dan inspiratif. Daripada dibiarin lewat tanpa bekas, mendingan disimpen.

Dan dari hasil browsing, saya ketemu cara ini. Ternyata gampang dan cepet euy.

1. Pertama banget, klik video yang ada di fb. Tekan tombol pause di video tersebut, supaya bisa konsen pas lagi nge-save.

2. Setelah itu, copy link video tersebut. Tau kan cara copy link? Kalo ga tau, caranya letakkan kursor di kotak yang ada tulisan www. Tekan Ctrl A, lalu tekan Ctrl C. Lihat gambar ini:





3. Buka www.downfacebook.com. Kalo udah, paste (Ctrl V) di kotak seperti gambar ini. Lalu klik Download



4. Setelah itu, bakal muncul halaman seperti ini:


Arahkan kursor ke link tersebut, lalu klik kanan dan pilih Save Link As.
Udah deh, tinggal ketik nama file video yang mau disimpen ke komputer. Selesai.

Kapanpun pengen menikmati video tersebut, tinggal klik aja di komputer, ngga usah capek-capek ngubek di fb lagi.

Selamat mencoba ya :)

Pintu Imigrasi

03 February 2015 | comments (1)

Pernah keluar negeri? Kalau pernah, tentu terbiasa dengan pintu imigrasi. Pintu ini yang menjadi tempat, boleh tidaknya kita melanjutkan perjalanan di negeri kunjungan. Di sini biasanya dilakukan pemeriksaan pada paspor juga barang-barang bawaan. Kalau hasil pemeriksaan tidak mulus, bisa dipastikan waktu kita akan tersita lama di tempat itu. Untuk orang tanpa catatan kriminal, biasanya lebih mudah dan lancar melalui pintu tersebut.

Nah, pernahkah kita terpikirkan, bahwa siapapun kita  -entah berniat melakukan perjalanan  atau tidak- suatu saat pasti melewati sebuah pintu yang dinamakan pintu kematian? Mirip seperti pintu imigrasi, pintu kematian ini adalah pintu pertama yang akan kita lewati dan menjadi penentu keberhasilan kita saat melalui perjalanan yang sangat panjang di negeri akhirat.

Bedanya, kalau di pintu imigrasi, kemungkinan besar kita masih bisa kembali ke negeri asal, tapi tidak sama sekali dengan pintu kematian ini. Tidak ada pilihan selain melewatinya. Jadi, berhati-hati dan bersiap-siaplah. Rencanakan persiapan sedini, sedetail dan serapi mungkin untuk menghadapi pintu itu. Karena perjalanan panjang yang akan kita lewati sangat-sangat lama. Dimulai dari persinggahan di alam barzakh. Alam barzakh adalah alam pertama yang akan kita lalui. Inilah tempat yang menentukan, apakah kita akan melewati masa 'travelling' selanjutnya dengan penuh suka cita atau penuh siksa penderitaan.

Disini kita akan menghadapi pertanyaan oleh dua malaikat-Nya. Saat kita sudah punya persiapan yang baik, maka Allah akan mudahkan kita menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dan Allah memerintahkan malaikat untuk mempertontonkan 'rumah' indah milik kita di surga yang akan menjadi tempat tujuan terakhir.

Dan sebaliknya, jika kita tidak pernah bersiap-siap, bekal pun mungkin sama sekali kosong, maka kemungkinan besar kita tidak akan bisa menjawab sama sekali dan selanjutnya bisa ditebak, seperti apa perjalanan kita berikutnya. Naudzubillah min zalik.

Dari alam barzakh, perjalanan akan diteruskan menuju padang mahsyar. Disinilah pengadilan-Nya dimulai. Hukum ditegakkan seadil-adilnya. Setelah menunggu dan menjalankan prosesi pengadilan yang sangat-sangat lama di tempat yang sangat terik dan sangat panas. Maka selanjutnya, setiap kita akan melewati sebuah jembatan yang sangat sempit dan tajam. Yang dibawahnya adalah neraka dengan api menggelegak, yang panasnya bermilyar kali lipat dari seluruh panas yang pernah ada di alam semesta ini. Jembatan shirath. Ada yang melewatinya sangat cepat, secepat sambaran kilat. Ada yang dengan merangkak pelan, dan berhasil sampai ke ujungnya. Ada juga yang baru setengah perjalanan, terjatuh. Bahkan ada yang baru selangkah melewatinya, langsung terhuyung dan terjatuh.

Akhir dari jembatan ini hanya satu.  Yaitu surga. Yang kenikmatannya tidak pernah didengar, dilihat dan dirasakan oleh manusia. Buat kita yang sering berkunjung ke resort-resort mewah dan eksotik, maka bayangkanlah, betapa surga yang menjadi tujuan setiap manusia, memiliki kemewahan, keindahan, keeksotisan, sangat jauh bermilyar-milyar kali lipat dari semua keindahan yang pernah ada dimuka bumi. Bahkan sangat-sangat tidak bisa terhitung kenikmatannya.

Kalau untuk travelling ke beberapa negara dengan tempat wisata terindah, kita rela melakukan persiapan sedini, serapi dan sedetil mungkin. Kita rela menyisihkan uang, tenaga dan waktu untuk memikirkan rencana travelling tersebut. Apakah lagi dengan travelling menuju negeri akhirat?
Apakah kita pura-pura lupa dan lalai akan perjalanan abadi yang PASTI akan kita lewati?

Jangan tunda lagi, segeralah bersiap. Itinerary atau kronologis kegiatan perjalanan di negeri akhirat sudah Allah jelaskan rinci. Kita tidak perlu capek-capek menyusunnya lagi. Dalam perjalanan inipun tidak diperlukan biaya mahal. Kita hanya perlu bersiap dan  menyisihkan sebagian besar waktu kita untuk mengumpulkan sebanyak mungkin amal kebaikan.

Semoga Allah menjadikan akhir kehidupan kita sebagai saat-saat terindah. Saat malaikat maut menjemput, kita sudah siap menjadikan kalimat tauhid sebagai kalimat terakhir yang kita ucapkan di dunia ini. Dan jiwa kita pun siap berkelana dengan penuh kebahagiaan, melewati setiap tempat dengan penuh kemudahan sampai akhirnya menuju surga-Nya, berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai. Aamiin yaa Rabbal 'Aalamiin.

****
gambar dari sini


Menikmati Sedih

31 January 2015 | comments



Sedih kok dinikmati??
Ya, ini sebenarnya kalimat penghibur. Terutama buat diri saya, yang baru saja mengalami kesedihan mendalam. Beberapa hari setelah kepergian papa, secara emosi, saya masih naik turun. Kadang sedih banget, terutama kalau keingat kenangan saat beliau masih ada. Tatapan mata, gaya bicara, cara berjalan, sampai ekspresi kalau lagi melucu dan bercanda masih melekat erat di hati saya. Kadang saya bisa melewati hari tanpa airmata. Saya bisa tenang, apalagi kalau ingat papa perginya dalam keadaan sangat baik dan insyaa Allah, beliau dalam keadaan lebih senang di alam barzakh sana.

Dan hari ini tepat dua minggu sudah papa meninggalkan kami. Gimanapun ini adalah musibah juga ujian yang terasa berat bagi saya, kehilangan orang tua yang sangat-sangat dicintai. Tapi ini bukan musibah terbesar, karena musibah terbesar adalah musibah yang menimpa keimanan. Sebagaimana yang Rasul saw sabdakan. Beliau berdoa dalam sebuah doa yang panjang, yang ujungnya adalah

“Ya Allah, Janganlah Engkau jadikan musibah yang menimpa kami dalam urusan agama kami, dan jangan pula Engkau jadikan (harta dan kemewahan) dunia sebagai cita-cita kami yg paling besar, dan tujuan utama dari ilmu yg kami miliki.” (Hadits hasan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi)
Jangan Engkau jadikan musibah kami adalah musibah yang menimpa dien kami - See more at: http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2010/06/28/7506/nikmat-dan-musibah-terbesar-menurut-islam/;#sthash.HWh4tHHL.dpuf

Jangan Engkau jadikan musibah kami adalah musibah yang menimpa dien kami - See more at: http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2010/06/28/7506/nikmat-dan-musibah-terbesar-menurut-islam/;#sthash.HWh4tHHL.dpuf

". . .  Jangan Engkau jadikan musibah kami adalah musibah yang menimpa dien kami . . ." (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim. Syaikh Al-Albani menghasnakan hadits ini dalam Shahih al-Jaami') - See more at: http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2010/06/28/7506/nikmat-dan-musibah-terbesar-menurut-islam/;#sthash.HWh4tHHL.dpuf
". . .  Jangan Engkau jadikan musibah kami adalah musibah yang menimpa dien kami . . ." (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim. Syaikh Al-Albani menghasnakan hadits ini dalam Shahih al-Jaami') - See more at: http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2010/06/28/7506/nikmat-dan-musibah-terbesar-menurut-islam/;#sthash.HWh4tHHL.dpuf
Jadi, semestinya ini adalah peristiwa biasa. Setiap orang kemungkinan pernah mengalami ini, kehilangan orang yang dicintai. Entah itu orangtua, saudara kandung, anak sendiri, sahabat dekat atau siapapun yang ia cintai sepenuh hati. Dan, rasa sedih yang muncul, adalah sesuatu yang sangat sangat wajar.

Bahkan Rasul saw pun berduka dengan kematian isterinya tercinta, Khadijah ra. Juga ketika kehilangan sang buah hati, satu-satunya putra beliau saw, yang bernama Ibrahim. Dan sahabat-sahabat pun sangat-sangat bersedih, ketika Rasul saw wafat.

Sedih itu ngga apa-apa dinikmati, ngga apa-apa dirasakan. Itulah manusia. Dengan sisi emosinya yang Allah berikan, dia bisa merasakan gejolak jiwa berupa rasa sedih yang meluap-luap ketika kehilangan sesuatu yang ia cintai.

Selama,.... rasa sedihnya itu tidak membawanya menjadi orang yang marah dan memaki-maki Allah. Tidak mengubahnya menjadi hamba yang tidak tahu terima kasih kepada Penciptanya. Rasa sedih, harus diiringi dengan kesabaran. Ya, memang berat. Beraaat banget. Tapi justru disitulah, rasa percaya dan husnuzhon kita kepada Allah sedang diuji. Bahkan keimanan kita akan terlihat nyata, saat musibah menimpa. Bukan beriman namanya, kalau hanya taat saat senang, dan malah menjadi fasik ketika sedih dan susah.



Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabut:2-3)



Terus terang, selama ini saya memang sudah sering mendengar berita duka cita kematian orang tua kawan-kawan saya. Kurang lebih sejak lima tahun lalu, silih berganti berita duka itu datang. Saya sadar banget, saya pun harus bersiap-siap, kalau suatu saat saya akan mengalami duka yang sama. Walaupun tetap ada rasa khawatir, kira-kira siap ngga kalau masa itu datang. Saya pun mulai bersiap, dengan sering mendengar ceramah dan membaca artikel-artikel Islam seputar musibah. Salah satu ayat yang saya paksakan, untuk saya ingat, adalah:

Allah Ta’ala berfirman,
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid:22)

Kalau baca ayat ini, saya jadi tahu, kalau semua peristiwa, besar-kecil, baik yang telah, sedang dan akan terjadi, sudah tertulis di Lauh Mahfuzh. Jadi, daripada berlarut-larut dalam marah, kecewa, sedih berlebihan sampai disibukkan dengan menyesali atau mengutuk-ngutuk keadaan, mending diterima dengan lapang. Atau kalau belum bisa lapang, ya paksakan hati ini dengan kuat, untuk bisa lapang. Itu jauh lebih baik.

Bukankah Allah swt juga sudah berjanji, untuk orang-orang yang bersabar, dan tetap husnuzhon kepada Allah, bahwa ada pahala dan imbalan yang sangat besar dibalik musibah yang menimpa. Sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi : “Barangsiapa yang Aku ambil orang yang dicintainya dari penduduk dunia kemudian dia (bersabar sambil) mengharapkan pahala (dari-Ku), maka Aku akan menggantinya dengan surga” (HR. Bukhari)

Sungguh, ini bener-bener jadi hiburan buat saya. Selain selalu berusaha, terus menerus meresapi, menghayati dan meyakini sekuat-kuatnya, semuaaaaaaa yang Allah takdirkan dan timpakan terhadap diri ini adalah sebuah hadiah yang bertabur dengan hikmah dan kebaikan, selama kita yakin, kalau Allah itu amat sangat Maha Penyayang dan Pengasih terhadap hambanya. Allah SWT.....benar-benar tidak akan zholim kepada hamba-Nya, walau hanya seberat zarrah...

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ ۖ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa:40)

******

Sebenarnya, beberapa bulan sebelum kejadian meninggalnya papa secara mendadak, saya sedang tenggelam dengan kehidupan dunia. Saya sibuk dengan rutinitas, saya sibuk dengan aktifitas yang lebih cenderung melalaikan saya. Saya terbawa dan keasikan menuruti hawa nafsu. Kalaupun saya sholat, or ngaji, yaa....hanya sekedarnya. Ngga ada penghayatan, cuma sekedar gugurin kewajiban.

Sampai.... berita duka itu datang. Saya tersentak. Inilah saatnya saya menyerap dengan sepenuh hati, sepenuh akal pikiran, sepenuh jiwa raga, ayat-ayat yang sudah sering saya baca sebelumnya.
Saya tiba-tiba disadarkan dengan banyak hal yang sering saya lupakan.

Pertama, saya pasti...pasti akan mati. Entah kapan dan dimana tempatnya. Satu hal yang harus saya ingat, hanya dengan khusnul khotimah,  perjalanan panjang kita ke negeri akhirat, dengan seijin Allah swt akan dimudahkan dan dilancarkan. Mulai dari prosesi sakaratul maut, menjawab pertanyaan malaikat di alam kubur, sampai kemudahan dalam hisab di padang mahsyar, melewati shirath, dan terus melangkah ke pintu surga. Sebaliknya akan terjadi, ketika hidup berakhir dengan su'ul khotimah. (Naudzubillah  min zalik. Semoga Allah jauhkan kita dari kematian yang buruk dan Allah akhiri hidup kita dengan kematian yang baik dan dalam keadaan beribadah kepada-Nya.)

Saya juga harus sering meingatkan diri, bahwa yang namanya khusnul khotimah, harus diusahakan. Harus ada niat dan tekad yang kuat. Harus ada semangat yang dikawal. Harus sabar menjalani proses yang panjang. Harus ada doa yang selalu dipanjatkan. Dan itu sama sekali tidak mudah ! Perlu perjuangan keras. Perlu perencanaan. Ya, betul, perencanaan yang matang. Bukan seadanya, bukan sekedarnya. Bukan asal-asalan.

Perencanaan perlu bukan hanya untuk masalah finansial, kesehatan, atau pendidikan anak. Tapi, seperti apa akhir hidup yang diinginkan, juga harus dipikirkan. Caranya, jadikan khusnul khotimah sebagai satu target yang harus dicapai. Pacu hasrat dan emosi agar muncul gejolak dalam jiwa yang mengakibatkan kita menjadi sangat-sangat berambisi untuk bertemu Allah dalam kondisi yang baik. Maka kondisi itu, harus dijadikan sebagai satu kebiasaan. Dan setelah menjadi kebiasaan, tentu akan lebih mudah dan ringan untuk mengerjakannya.

Seperti perkataan seorang ulama besar,"Barangsiapa yang terbiasa melakukan sesuatu dalam hidupnya, niscaya ia diwafatkan dalam keadaan tersebut."

Ulama ini dalam hidupnya menyaksikan sekian banyak kejadian sakaratul maut. Ada yang sakarat sambil mulutnya sibuk menyebut angka-angka, yang ternyata ia adalah seorang pedagang yang semasa hidupnya cuma digunakan untuk menghitung keuntungan tapi melupakan zikir. Ada juga yang sakarat sambil menyenandungkan syair-syair dan lagu yang sering ia dengar. Ada juga yang sakarat saat sedang minum minuman keras, karena begitulah kebiasaannya sehari-hari. (Naudzubillah min dzalik. Semoga Allah menjauhkan kita dari hal itu.)

Ingin mati saat sholat, ya perbanyaklah sholat. Ingin mati ketika mulut sedang berdzikir, ya perbanyaklah dzikir. Ingin mati ketika tilawah, ya perbanyaklah tilawah. Ingin mati saat puasa, ya perbanyaklah puasa sunnah. Saya jadi teringat papa yang begitu semangat dan bercita-cita untuk mati saat beribadah, dan qadaruLlah, beliau wafat dengan kebiasaannya itu.

Kedua, bahwa, yang namanya sabar itu, adalah suatu keharusan. Suatu kewajiban. Kalau mengaku muslim, ya harus sabar. Suka ngga suka. Harus numbuhin sifat sabar. Saya harus terus latihan supaya bisa punya sabar yang terus menerus menetap dalam diri. Setiap saat dan dalam semua situasi dan kondisi. Pastinya berat dan susah. Apalagi buat orang yang ngga sabaran seperti saya. Tapi, kalau ngga dilatih, mana bisa berhasil?

Dan memang muslim itu harus punya minimal tiga sabar. Satu, sabar ketika harus terus menerus taat sama perintah Allah, harus maksain diri untuk terbiasa mengerjakan ibadah dengan rutin. Ya sholat, baca Qur-an, datang ke pengajian, rutin infak-sedekah, dll.  Sabar menjauhi maksiat, atau menjauhi hal yang kita anggap mubah, yang tanpa sadar malah membawa ke maksiat. Seperti nonton tivi, niatnya mau menghibur diri, eh ujung-ujungnya malah bikin jadi males sholat, males baca Qur'an. Yang terakhir, sabar waktu ditimpa musibah. Nah, ini juga berat, kalau ngga disiapin sejak awal. Siapinnya dengan banyak baca ayat-ayat tentang musibah dan sabar, seperti ayat ini:



Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqoroh: 155)

Ini salah satu ayat yang sering disitir sama papa saya. Kalau lagi nasehatin anaknya, yang masih sering ngga sabaran. Dan, ayat ini memang manjur sekali. Baru bisa diresapi dengan nikmat, pas ditimpa musibah seperti kemarin. Maasya Allah, benar-benar, harus usaha yang kencang banget, untuk bisa meresapinnya. Itu yang saya rasakan, ketika rasa sedih itu muncul, rasa kangen yang amat sangat, pengen cepet-cepet ketemu papa dan rasa-rasa lainnya, yang selalu datang silih berganti.

Ketiga, berhati-hati menjaga mulut. Kalau sekarang, di jaman hightech gini, termasuk jaga jari. Jangan sembarangan komen, sembarangan nyeletuk, sembarangan bicara, sembarangan copas dan broadcast. Dari kisah-kisah orang yang khusnul khotimah yang pernah saya baca, mereka adalah orang-orang yang mampu menghindari konflik, yang bisa menjaga hubungan baik dengan orang lain, yang dapat menempatkan diri, kapan bicara dengan halus, kapan bicara dengan tegas. Yang tahu diri, kapan mulutnya harus ngomong, kapan harus diam. Intinya, mereka adalah orang-orang yang meninggalkan kenangan baik di depan orang banyak.

Dan, banyak sekali hadits yang mengungkapkan pentingnya menjaga mulut ini, diantaranya yang ini:

Dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ketika ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab:“Muslim yang paling utama adalah orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya. (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 11 dan Muslim no. 42) 

Maasya Allah, begitu sempurna ajaran-Nya. Ngga cuma disuruh jaga hubungan sama Allah, tapi kitapun disuruh untuk jaga hubungan dengan manusia. Semoga Allah mudahkan saya untuk bisa istiqomah menjaga mulut dan jari ini.

*****

Akhir cerita, saya sendiri masih terus gambatte, mada-mada gambatteiru. Masih teruus berusaha keras. Tetap usaha supaya sabar, supaya selalu ingat, bahwa ini adalah takdir Allah. Bahwa ini adalah pelajaran terbaik dari Allah. Bahwa ini adalah hadiah dari Allah agar saya tersadar, bahwa satu saat saya pun akan kembali ke Allah. Bahwa saya harus banyak-banyak usaha, perbaiki diri, dan banyakin amal saleh sebelum kembali ke Yang Maha Penyayang. Bahwa saya juga harus fokus kepada berjuta-juta nikmat yang masih Allah hujani ke saya, dibanding satu musibah kecil yang Allah timpakan.

Bahwa....saya harus yakin sama janji Allah....bahwa Allah akan mudahkan jalan orang-orang yang berusaha menuju kepada-Nya...bahwa, satu saat nanti, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang yang beriman di dalam surga-Nya...(semoga Allah masukkan papa, saya dan kita semua sebagai bagian dari orang-orang beriman itu...aaaamiiiin ya Robbal'aaalamiiin.)

*******



وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَٰئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ
(yaitu) surga ´Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
(sambil mengucapkan): "Salamun ´alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar-Rad:22-24)





 

Kematian Yang Indah

21 January 2015 | comments (6)

Sabtu, 17 Januari 2015, menjadi hari bersejarah bagi keluarga kami. Deringan telpon di pagi hari itu merubah segalanya. Kabar bahwa papa telah tiada, bagaikan sambaran petir, membuat saya dan keluarga sangat terkejut, sekaligus sedih yang teramat dalam. Kepergiannya amat sangat mendadak. Walaupun papa menderita penyakit jantung, tapi setelah operasi pemasangan ring, beliau tidak pernah mengalami kesakitan yang mengharuskannya rawat inap di rumah sakit.

Karena itu, saya hanya sebulan sekali menjenguk papa dan mama di Ciledug.  Hal yang sangat saya sesali, kenapa saya tidak lebih sering mengunjunginya. Saya dan kakak tinggal di Depok. Sementara adik saya, tinggal di rumah lain yang hanya berjarak beberapa meter dari rumah papa dan mama. Dua minggu sebelum kematiannya, saya sekeluarga menginap di sana dan beliau masih dalam kondisi baik. Walaupun terkadang terlihat sangat lelah. Beliaupun masih sempat membelikan susu kotak kecil untuk cucu-cucunya seperti sebelumnya. Dan masih sempat bercerita dan bercanda bersama kami.

Berita duka ini sangat menghancurkan hati, tapi sekaligus membuat saya bahagia. Ternyata papa meninggal ketika tengah melaksanakan sholat subuh berjamaah di mesjid. Beliau meregang nyawa, saat sujud kedua di rakaat pertama. Beliau terjatuh, dan seketika itu adik ipar dan dua orang jamaah  membatalkan sholat subuh, membaringkannya, dan berusaha mentalqinkan kalimat syahadat. Dan alhamdulillah, papa dengan lancar mengucapkan kalimat tauhid tersebut.

Ketika saya melihat jasadnya, yang masih berbalut baju koko dan sarung kesayangannya, sungguh, saya melihatnya laksana beliau sedang tertidur sangat nyenyak dan bermimpi indah. Saya usap rambutnya, saya ciumi pipinya berulang kali. Saya belai tangan tuanya yang tengah bersidekap.

Ya Allah, inilah kepala hamba-Mu yang dipenuhi rambut memutih, yang memikirkan keberlangsungan hidup anak isterinya. Inilah dahi yang digunakan untuk merendahkan diri di hadapan-Mu, dahi yang menghitam karena sering digunakan bersujud. Inilah mata yang selalu dibasahi oleh airmata penyesalan atas dosa-dosa. Inilah pipi yang dipenuhi kerutan, yang sering disentuhkannya ke pipi anak cucunya, memperlihatkan sifat kasihnya kepada keluarga. Inilah tangan tua, yang bekerja siang dan malam, mencari rejeki halal, yang dengan itu kami tumbuh besar seperti sekarang. Inilah sepasang kaki tua, yang walau dengan kondisi susah payah senantiasa dilangkahkan ke rumah-Mu, dipaksakan melangkah untuk menjalin silaturahim dengan kerabat, teman dan besan....

Ya Allah, kalau tidak ingat bahwa jasad muslim harus sesegera mungkin dikuburkan, rasanya ingin sekali berlama-lama membelainya, memeluknya dan menciuminya. Mendekap erat sosok lelaki tua yang sangat sangat kami cintai....

Ah, papa tersayang.....betapa dalam pelajaran yang engkau tinggalkan kepada kami dengan kepergianmu. Engkau selalu memuliakan dan bersegera memenuhi panggilan Tuhanmu. Sejam sebelum waktu sholat tiba, engkau sudah menyiapkan diri. Bebersih dan berwudhu. Lalu mengenakan koleksi baju koko yang engkau miliki. Sarung dan kopiah yang sewarna dengan baju koko, membuat penampilanmu makin gagah. Tak lupa engkau semprotkan parfum di pakaianmu.

Engkau selalu berkata, menghadap Allah ketika sholat, harus mengenakan pakaian terbaik. Jangan cuma depan manusia saja kita tampil semaksimal mungkin. Justru di hadapan Allah, kita harus menjaga penampilan kita. Tak heran, koleksi yang engkau miliki sebagian besar adalah baju koko, kopiah dan sarung. Juga beraneka parfum yang selalu kau pakai setiap beribadah kepada Pencipta-Mu. Engkau bersungguh-sungguh bersiap mengunjungi rumah-Nya.

Ah, Papa, betapa engkau begitu memuliakan masa-masa berhadapan dengan-Nya. Kau senantiasa bersegera memenuhi panggilan-Nya, lima kali setiap hari, di rumah-Nya. Mungkin karena itulah, Allah pun menyuruh malaikat maut untuk menungguimu di tempat yang dirahmati dan diberkahi-Nya, di tempat yang begitu dimuliakan penghuni langit dan bumi. Dan di saat sujud, saat dimana seorang hamba begitu dekat dengan Pencipta-Nya, di saat itulah, ruhmu ditarik keluar dari ragamu, untuk memenuhi panggilan Allah Yang Maha Penyayang, Tuhan Semesta Alam yang sangat kau cintai.

Semoga kami, anak-anakmu, bisa meneruskan spirit ibadahmu, meniru konsistenmu dalam kebenaran, mencontoh semua amal-amal baikmu yang membuat engkau menjadi golongan orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan beribadah.

***********

Banyak orang bertanya, apa yang dilakukan papa semasa hidup, yang membuat beliau bisa wafat di mesjid, dalam keadaan melaksanakan sholat subuh berjama'ah.
Saya mencoba mengingat semua kebaikan yang papa lakukan, sampai Allah memilihnya meninggal dalam keadaan mulia tersebut.

1. Papa selalu berusaha untuk menempati shaff pertama ketika sholat di mesjid.
Ketika memasuki usia 78 th di bulan Agustus lalu, kondisi papa mulai berubah. Kedua kakinya tidak bisa lagi melangkah lebar dan gagah seperti dulu. Beliau hanya bisa berjalan dengan langkah-langkah kecil dan perlahan. Rasa sakit dan nyeri yang menyerang di kaki, beberapa bulan terakhir, membuat beliau hanya mampu melangkah seperti itu.

Kondisi ini tidak menyurutkan papa untuk sholat di mesjid yang berdiri megah di komplek perumahan. Bahkan ketika hujan turun, beliau tetap memaksakan diri untuk ke sana. Berjalan dengan langkah tertatih-tatih sepanjang 100 meter, sambil memegang payung. Itupun masih harus menaiki tangga mesjid yang agak tinggi, karena areal sholat terletak di lantai 2. Sementara di lantai 1 adalah aula mesjid. Sungguh, sepertinya itu medan yang sulit untuk lansia seperti beliau. Tapi kondisi ini, tidak menghalangi beliau untuk selalu setia mendatangi rumah Allah, tempat beliau berjumpa dengan malaikat maut.

Beliau berusaha untuk tiba di mesjid, setengah jam sebelum azan berkumandang. Beliau merasa nikmat untuk berlama-lama di mesjid, menghabiskan waktu dengan wirid dan zikir.

2. Papa rutin melakukan sholat tahajjud. Beliau selalu terbangun jam 3 malam, melaksanakan qiyamul lail dan berdzikir. Setelah itu, beliau tilawah sambil menunggu datangnya waktu sholat subuh. Kebiasaan ini beliau lakukan sejak memasuki usia pensiun, sekitar 23 tahun yang lalu.

Kalau dilihat sedari muda, sebenarnya papa bukanlah orang yang perhatian terhadap urusan agama. Lingkungan masa kecil yang dilaluinya sampai dewasa, bukanlah lingkungan yang agamis. Papa pun dulu sama sekali tidak bisa membaca Qur'an. Tapi sejak memasuki masa pensiun, papa berubah. Papa semakin religius. Papa berusaha mengejar ketertinggalannya dalam urusan agama. Papa berusaha untuk belajar membaca Qur'an, menghapal surat-surat pendek dan ayat-ayat tertentu, dan rajin menuliskan resume penting dari buku-buku agama yang dibaca dan dikoleksinya. Ilmu yang didapatnya pun bukan cuma tersimpan menjadi catatan, tapi berusaha ia amalkan dan sampaikan ke keluarga dan orang-orang terdekatnya.

3. Papa orang yang jujur dan tegas. Papa dulu bekerja sebagai pegawai negeri di instansi badan pengawas keuangan dan pembangunan (BPKP). Tugasnya sehari-hari adalah mengaudit pertanggungjawaban keuangan di lembaga dan instansi pemerintah. Mengecek dengan detil pelaksanaan laporan keuangan proyek ke perusahaan swasta, yang menerima tender dari pemerintah. Entah sudah keberapa kali papa mengalami upaya penyuapan. Dari map tebal yang berisi segepok uang, hiasan berbentuk ornamen rumah adat yang ternyata didalamnya terselip sejumlah uang, sampai service berupa wanita cantik yang bisa dijadikan selimut hidup,  dan fasilitas lain yang sangat menggiurkan, yang terus ditawarkan oleh mereka tanpa malu di hadapan papa.

Tapi papa sama sekali menolak semua itu. Ketika papa mengaudit proyek pembuatan jalan raya, maka papa bukan cuma sekedar memeriksa laporan yang tertera di atas kertas. Sebelum tanda tangan, papa akan turun ke lapangan, memeriksa apakah ketebalan jalan sesuai yang tertulis, apakah pemakaian bahan baku seperti semen, dll, dikerjakan sesuai laporan, dan lain sebagainya. Atau ketika memeriksa proyek pengadaan barang, maka papa akan mengecek inventaris seluruh barang dengan teliti, dari kursi, meja, dll, apakah jumlahnya sama yang seperti tertulis. Bahkan papa tidak segan-segan mengecek sampai ke gudang walau lokasinya jauh.

Kalau ditemukan ketidakcocokan antara laporan dan fakta di lapangan, maka papa akan menulis dengan jujur, detil dan apa adanya. Dari sini, papa menjadi terkenal sebagai orang yang tidak bisa disogok, tegas, berani. Karenanya banyak yang membenci papa. Bahkan sesama rekan kerja banyak yang tidak suka bekerja dalam tim yang papa pimpin. Karena jika sebuah tim diketuai oleh papa, maka berarti tidak ada service dan fasilitas yang boleh mereka terima.

Karena kejujuran papa ini pula, papa sama sekali tidak memiliki aset apapun sepanjang hidupnya. Kecuali satu-satunya rumah dinas yang bisa dimiliki dengan kredit murah dari pemerintah, yang beliau tempati sampai ajal menjemput. Menurut papa, papa tidak mau bermegah-megah dengan memanfaatkan fasilitas dari pekerjaan dan jabatan yang dimiliki. Kata papa, tidak ada satupun harta benda yang dimiliki yang akan dibawa ke kubur. Lagipula semua nanti akan ditanya Allah, semua akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.

4. Papa orang yang sangat sabar. Beliau tidak pernah mengeluh. Sesulit dan sesakit apapun kondisi yang dialami, beliau hanya terdiam. Ini menjadi tanda, kalau beliau sudah mengatakan ada sesuatu yang sakit, berarti itu adalah suatu level kesakitan yang sudah sangat tinggi. Setahun belakangan ini, beliau mengalami sakit di salah satu kaki, rasa nyeri yang begitu kuat yang menjalar dari pangkal paha sampai ke ujung kaki, tapi semua itu beliau tahan.

Selain ke mesjid, beliau tetap seperti biasa berbelanja di pasar menggunakan angkot dan ojek, mengangkat barang-barang belanjaan yang berat. Pergi ke toko buku, membaca buku-buku agama yang disukainya. Beliau pun tetap rutin bersilaturahim mengunjungi rumah kerabatnya, di tengah rasa sakit dan nyeri yang dideritanya.

Ada cerita menarik, ketika papa dan mama mengunjungi saya di Tokyo, penghujung tahun 2008. Saat itu musim dingin. Dan saya saat itu sedang hamil anak ketiga. Mama dan papa membantu pekerjaan rumah sebisa mereka. Mama bagian memasak dan menyuapi anak kedua saya yang masih bayi. Papa kebagian jemur pakaian. Satu waktu, ketika papa sedang di balkon untuk menjemur pakaian, tiba-tiba mama mengunci pintu pembatas balkon dan kamar. Mama tidak tahu, kalau papa masih di balkon, dan mengira papa sudah di dalam rumah. Selang 30-40 menit kemudian, saya dan mama bingung, kok papa tidak ada dalam rumah. Mama sontak tersadar, dan merasa, jangan-jangan papa masih di balkon tempat jemur pakaian. Wah, ternyata benar. Beliau 'terkurung' disana, dengan kondisi kedinginan, hanya memakai sweater saja. Mukanya pun sudah kelihatan pucat.

Ketika masuk, papa sama sekali tidak marah. Pas kami tanya, kok papa ngga gedor-gedor pintu pembatas. Papa bilang, papa sudah gedor, tapi ngga ada yang dengar, ya sudah, papa diam saja trus berdoa sama Allah, supaya pintu itu cepat dibuka.
Maasya Allah. Papa sama sekali tidak marah, tidak menyalahkan mama. Papa cuma berkata, semua sudah terjadi, tidak perlu marah-marah. Dan papa pun tersenyum seperti biasa. Seolah tidak terjadi apa-apa.

Peristiwa yang menguji kesabaran lainnya, adalah ketika papa seorang diri, tertinggal pesawat di Kuala Lumpur. Dalam perjalanan pulang dari Tokyo ke Jakarta, pesawat yang ditumpangi beliau, transit selama beberapa jam di Kuala Lumpur. Waktu itu sudah menunjukkan tengah malam. Para penumpang sebagian besar sudah menuju ke gate untuk penerbangan ke Jakarta. Entah kenapa, papa sepertinya salah menangkap penjelasan tentang gate yang dituju. Dan papapun nyasar. Sementara pesawat sudah telanjur terbang. Papa yang sudah kecapaian dan mengantuk, berusaha mencari tempat untuk istirahat. Papa tidak bisa menginap di hotel, karena uang yang ada sangat sedikit. Terpaksa beliau mencari musholla. Tetapi suhu AC dalam musholla sangat-sangat dingin. Akhirnya papapun tertidur dengan kondisi kedinginan dan kelaparan di kursi-kursi ruang tunggu yang juga suhunya dingin.

Adik saya yang sudah menjemput di bandara Soetta kebingungan. Begitupun saya yang mendapat kabar via telpon dari adik, kalau papa belum sampai-sampai. Sementara HP papa saat itu tidak aktif. Sepertinya papa lupa menyalakan kembali. Kami kebingungan dan cuma bisa berdoa semoga Allah memudahkan urusan ini. Alhamdulillah, ada petugas bandara di sana yang menemukan papa, dan menolong sampai papa bisa terbang dengan pesawat berikutnya, tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun.

Kejadian ini tidak membuat papa marah terhadap kami. Papa tidak menyalahkan siapapun. Papa merasa semua yang terjadi adalah bagian dari takdir Allah yang pasti ada hikmahnya.

Dengan kesabaran papa yang seperti tanpa batas, terkadang saya merasa pertolongan Allah begitu dekat terhadap papa, persis seperti yang tertulis dalam surat Al-Baqoroh, Innallaaha ma'asshoobiriin. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.

5. Papa pandai menjaga lidah. Begitu kesaksian jamaah, tetangga, kerabat dekat dan jauh yang sering bergaul dengannya. Papa begitu pandai menjaga perasaan orang. Papa tidak suka melukai hati orang dengan mulutnya. Papa termasuk orang yang suka mengobrol dan berdiskusi. Papa terlihat semangat, apalagi kalau yang menjadi topik adalah masalah agama. Tapi ketika muncul perdebatan, atau konflik, papa memilih sikap netral atau diam.

Terhadap kami pun seperti itu. Bisa dihitung dengan jari, berapa kali papa marah kepada kami. Saya berusaha mengingat keras kenangan bersama beliau, ternyata sampai beliau wafat, papa cuma dua kali marah besar ke saya. Itupun karena kenakalan yang saya buat di masa remaja, yang belakangan setelah saya menjadi orangtua, saya merasa adalah wajar sekali papa marah seperti itu.

Papa pun tidak pernah memaksakan kehendaknya. Dari urusan pilihan jurusan kuliah, pekerjaan, sampai jodoh, semua papa percayakan ke anak-anaknya. Ketika papa mulai banyak belajar agama, terkadang muncul perbedaan pendapat dengan anak-anaknya terhadap masalah tertentu yang terkait dengan urusan fiqh dan muamalah. Tapi papa tetap menghormati pilihan dan menghargai keputusan kami.

****

Sebenarnya, masih banyak sekali kebaikan yang papa lakukan yang menjadi teladan bagi kami anak-anaknya. Namun yang sangat menonjol dan melekat erat di hati saya, adalah hal-hal di atas. Dibalik semua kelebihannya, papa juga tetap memiliki banyak kekurangan.  Hanya saja di akhir usianya, kekurangan papa semakin tertutupi oleh kebaikan-kebaikannya.

Saya berharap, semoga tulisan ini bisa menginspirasi semua orang, terutama kami anak-anaknya. Untuk bisa konsisten dalam beribadah, dan istiqomah dalam mengerjakan kebaikan dan menjauhi keburukan, sampai tiba saatnya berjumpa dengan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Semoga tulisan ini dijadikan Allah SWT sebagai amal jariyah untuk beliau.

Semoga Allah mengampuni segala dosanya, menerima semua amal baiknya, memberkahi dan merahmatinya, mencucurinya dengan limpahan kasih sayang, meluaskan alam kuburnya, dan menjadikan tempatnya saat ini sebagai salah satu taman dari taman-taman surga. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kami, dan mengumpulkan kami semua dalam surga-Nya.

Aaaamiiiiin ya robbal 'aalamiin.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger