Yap, ngga ada yang nyangka, bahwa kota Palu di bulan Oktober 2018 ini akan mengalami bencana besar dan super dahsyat. Melebihi gempa Aceh dan Lombok. Who knows?
Melihat kondisi sebelum dan sesudah, membaca kronologis dan detik-detik kejadian, menyimak cerita-cerita sedih para korban, sampai memperhatikan seberapa besar perhatian pemerintah terhadap bencana ini.
Benar-benar, sangat mengaduk-ngaduk emosi. Palu dengan sejuta kenangan di dalamnya. Kenangan masa kecil, kenangan bersama keluarga, teman dan sahabat. Delapan tahun bukan waktu yang singkat, untuk mengingat semua memori yang tersimpan sepanjang rentang waktu tersebut.
Saya sedih, berduka, dan hanya bisa mensupport lewat materi dan doa. Siapa saya? Ow, masih sangat jauh dari mereka. Mereka teman-teman saya yang alhamdulillah tidak ada yang menjadi korban dan sampai saat ini sedang berjuang menjalani hidup sebagai korban bencana.
Saya harus banyak bersyukur dengan semua kenikmatan yang saya rasakan hingga detik, dan entah sampai kapan. Nikmat berada dalam kondisi aman dan nyaman. Nikmat berkumpul dengan keluarga, teman, orang-orang tersayang dalam kondisi yang baik-baik semua. Nikmat memiliki tempat berteduh dan segala fasilitasnya yang sangat lebih dari cukup. Nikmat memiliki tubuh dan organ yang berfungsi sempurna, tanpa luka, tanpa penyakit dan tanpa bantuan alat maupun obat.
Saya masih bisa menikmati udara yang segar, makanan yang enak, air yang berlimpah, kendaraan yang baik. Saya masih memiliki keluarga dan teman yang selalu berada di dekat saya, dalam keadaan apapun.
Ya, bersyukurlah. Berbagilah dan terus bergerak. Terus menjaga harapan dan terus bersemangat. Terus berprasangka baik terhadap Allah dan terhadap manusia. Apapun kondisi saat ini, bahagia-sedih, sehat-sakit, lapang-sempit, semua wajib disyukuri.
Karena bersyukur adalah gratitude tertinggi yang mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan.
Tapi teruslah memaksa hati dan lisan untuk selalu bersyukur. Jangan sampai ada celah untuk mengeluh. Karena apapun keluhan kita, sesedikit apapun kita mengeluh, maka pada dasarnya kita sedang berburuk sangka terhadap Allah.
Jangan merasa sebagai orang yang paling malang. Allah tidak pernah menciptakan produk gagal.
Karena tidak ada orang yang ditakdirkan untuk menjadi orang yang kalah dan gagal dalam kehidupan ini. Yang ada, hanyalah orang yang memiliih untuk kalah, memilih untuk berputus asa, memilih untuk kecewa dan bersedih. Life is a choice.
Memilihlah untuk selalu menang, selalu optimis, selalu berhusnuzhon.
Selalu berharap hanya kepada Allah bukan kepada manusia. Dan yakin, apapun yang dilakukan selama itu sebuah kebaikan, maka ada Allah bersama kita.
Post a Comment