Cerita Mudik

28 June 2018 | comments



Delapan tahun terakhir, sejak pindah ke Indonesia, saya ngga pernah mudik. Paling mudik versi KW10, dari Depok nyebrangin Jakarta menuju Tangerang, rumah ortu saya. Yang mana dalam waktu 1,5 jam kalo kondisi normal, bisa langsung nyampe.

Tapi untuk lebaran tahun ini, akhirnya saya bisa meresapi, gimana rasanya mudik yang sebenarnya.
Ya, kami ini, asli Gorontalo. Papa Mama asli orang sana. Mereka ngerti bahasa, makanan dan kebudayaan di sono. Anak-anaknya? Ya begitulah. Kadar kegorontaloan sangat menyedihkan. Ngga ngerti apa-apa hehe. Selain makanan sana yang serba pedas. Dan lautnya yang indah dan bersih.

Sebenarnya, lebaran di Gorontalo bareng anak-anak dan cucu-cucu yang mulai besar, itu keinginan almarhum Papa saya yang belum terwujud. Karena ya begitulah anaknya pada (sok) sibuk. Akhirnya, tahun ini, kami semua lebaran di sana, mumpung masih ada Mama yang sehat walafiat.

Kami ke sana agak diam-diam. Maksudnya,  ngga ngabarin ke sepupu-sepupu di sana, kalo kita akan ngerayain Lebaran di Gorontalo. Kami berangkat dua hari sebelum hari raya.

Di sana, kami memilih nginep di kost-kostan yang muat untuk keluarga besar. Kami ngga memilih nginep di rumah keluarga, karena khawatir merepotkan. Maklum, ada 15 orang.



Hari pertama di sana, dihabiskan untuk tidur seharian. Secara penerbangan dari Jakarta, di tengah malam buta jadi ngga sempet tidur malam sama sekali.
Malamnya, kami sempet-sempetin ngeliat tradisi tumbilatohe. Tradisi khas Gorontalo, yaitu menyalakan lilin di halaman depan rumah dan di jalan-jalan. Tradisi ini cuma ada tiga malam terakhir di bulan Ramadan. Silakan googling untuk detilnya ya.

Kami berkeliling memakai bentor, kendaraan khas yang cuma ada di sana. Becak motor. Mirip becak, tapi di belakangnya bentuk motor. Karena itu malam terakhir, walhasil sudah ngga seramai malam-malam sebelumnya. Tapi lumayan lah, menghibur hati dengan pemandangan yang sangat jarang ditemuin.

Besoknya, pas Lebaran, kami sholat ied di mesjid deket kost. Ada yang unik, sebelum sholat ied, imam menjelaskan tata cara sholat dengan bahasa Gorontalo. Saya dan adek saya, saling berpandangan sambil tersenyum-senyum dan tertawa kecil, mendengar ucapan imam yang sama sekali tidak kami mengerti. Hehe, ngga sopan ya.

Pulang sholat ied, kembali ke tempat kos, sambil mikir, hari ini makan apa ya. Restoran kira-kira ada yang buka ngga ya? Alhasil, sementara makan pagi, diganjel pake roti-rotian dulu. Ngenes juga, ngebayangin orang lain  pada bersukacita makan ketupat, opor, dan aneka hidangan khas lebaran.
Tapi tetep bersyukur sih, kami masih bisa ngumpul bareng di kampung tercinta.

Lebaran hari pertama, kami belum kemana-mana. Masih ngetem di kost. Untuk urusan perut, mau ngga mau terpaksa menuju mall di pusat kota Gorontalo. Jadinya seharian ini kami seperti anak mall. Siang makan di sana. Malem, balik lagi ke sana. Secara semua resto tutup boo...
Hehe...jauh-jauh ke Gorontalo, cuma buat ke mall. Kesiaan deeehh....

Lebaran hari kedua, keberadaan kami terendus juga. Dan mulailah  undangan-undangan dari keluarga besar di sana berdatangan. Episode makan di mall berakhir. Berpindah ke rumah-rumah saudara, dengan hidangan yang bikin kita kalap. Hehe. Semua makanan khas Gorontalo. Yang serba pedaaaaass.

Selain makan di rumah saudara, kami juga nyempetin ke resto-resto seafood yang murmer yang ada di sana. Kami memilih menu ikan bakar. Rasa ikannya .....huuaaa.....segeeeerr. Dagingnya empuk, lunak dan berasa banget segernya. Tak terlupakan. Mpe sekarang masih kebayang enaknya. Secara asli diangkut langsung segar-segar dari laut. Beda euy, sama ikan di Jakarta, yang konon udah mati keberapa kali.

Hari ketiga, kami mulai pesiar ke pantai. Pantai-pantai di Gorontalo itu banyaaaak, dan beberapa jaraknya deket-deket. Paling deket sekitar 20 menit dari kota. Itupun pantainya masih bersih dan jernih. Just info, kota Gorontalo itu kecil loh, kemana-kemana deket. Dan ga pake macet. Bikin betah kalo mau jalan-jalan keluar. Mau kemana-mana dalam hitungan menit juga sampe. Enak banget dah.

Dari hasil browsing di internet, kami mutusin ada 2 pantai yang kami tuju hari ini.
Yang pertama, pantai Botubarani. Pantai ini terkenal dengan hiu paus. Bisa browsing di internet pake keyword "pantai gorontalo hiu paus". Nanti keluaaar semua info tentang hiu ini.

Pengen tau seperti apa penampakan asli si hiu paus yang super jinak ini?
Dan pengen tau...gimana detik-detik bersejarah, saat saya berhasil ngelus-ngelus kepala si hiu?
Tunggu cerita selanjutnya yaa....




Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger