Skill Yang Sering Dilupakan

28 November 2014 | comments

Nemu ini di status fb Pendidikan Karakter. Bagus banget ini dijadikan referensi. Apalagi di negara kita, yang lebih mengutamakan keterampilan berpikir. Padahal, keterampilan atau skill yang ngga kalah pentingnya, adalah skill yang terkait dengan hubungan sosial.

Gimana caranya, kalau pinter, tapi ngga bisa gaul? Ngga bisa bekerja sama. Ngga bisa menganalisa masalah. Ngga bisa fokus ke solusi. Ngga bisa disiplin. Ngga punya tanggung jawab?



Nah, mumpung masih melek, coba dipelototin skill penting ini. Walau ini tujuannya untuk mendidik anak, tapi ngga ada salahnya, sebagai orang gede, kita juga evaluasi. Apa kita sendiri sudah punya skill seperti di bawah ini.

Ngomong-ngomong, kalau di Jepang sendiri, skill ini sudah melekat menjadi tradisi mereka. Ngga heran deh, diantara negara-negara maju sekalipun, mereka berada di urutan terdepan dalam urusan ini. Masih inget ngga sih, ketika kejadian tsunami 2011 yang lalu, mereka masih bisa untuk tetap tertib, disiplin dan bertanggungjawab, bahkan di saat-saat genting sekalipun? Tidak ada penjarahan, tidak ada rusuh, tidak ada rebut-rebut dan sikut-sikutan saat menerima bantuan. Hebat banget ya?

Iya deh, silakeun disimak skill sosial apa aja yang perlu dimiliki oleh kita dan anak-anak kita.

**********************

10 Keterampilan Sosial yang Wajib dimiliki Anak

Daftar ini dibuat berdasarkan survei terhadap 8000 guru SD pada tahun 2006 dan penelitian selama lebih dari 20 tahun di berbagai sekolah dasar di Amerika Serikat.
Ke-10 ketrampilan sosial tersebut adalah:

1. Kemampuan mendengarkan orang lain
2. Mengikuti petunjuk
3. Menaati peraturan
4. Mengacuhkan gangguan
5. Meminta bantuan
6. Berbicara secara bergantian
7. Berkumpul bersama orang lain (teman sebaya, saudara, dll.)
8. Bersikap tenang ketika berada di tengah banyak orang (misalnya ketika tengah berada di mall, diundang ke sebuah acara keluarga, dll.)
9. Bertanggung jawab atas segala tindakan
10. Melakukan hal baik untuk orang lain.
apakah anda sudahmengajarkan kepada anak anda? hal ini juga sangat relevan di negara kita bukan?
daftar ini juga bisa dijadikan acuan bagi guru-guru mata pelajaran untuk membiasakan hal ini pada anak didiknya, juga dirumah orangtua memperkuatnya lagi. sehingga kita memiliki anak yang santun dan berkarakter.


Cintai Anakmu untuk Selamanya

15 November 2014 | comments

Pada saatnya anak-anak akan pergi, meninggalkan kita, sepi... Mereka bertebaran di muka bumi untuk melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan. Sebagian di antara mereka mungkin ada yang memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita. Mereka merelakan terlepasnya sebagian kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan menemani dan melayani kita. Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi meninggalkan mereka. Entah kapan. Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia ini....

Sebagian di antara kematian adalah perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam kemesraan penuh cinta. Orangtua dan anak hanya berjumpa di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala, saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan. Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.

Adakah itu termasuk kita? Alangkah besar kerugian di hari itu jika anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala.

Inilah hari ketika kita tak dapat membela pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri. Lalu apakah yang sudah kita persiapkan untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat? Dan dunia ini adalah ladangnya...

Sebagian di antara kematian itu adalah perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat pendek bagi yang mati. Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan kembali oleh Allah Jalla wa 'Ala. Tingkatan amal mereka boleh jadi tak sebanding. Tapi Allah Ta'ala saling susulkan di antara mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.

Allah Ta'ala berfirman:


"والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء كل امرئ بما كسب رهين"

"Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS. Ath-Thuur, 52: 21).

Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk yang demikian ini? Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih tinggi. Termasuk kitakah?

Adakah kita benar-benar mencintai anak kita? Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit. Kita tangisi mereka saat terluka. Tapi adakah kita juga khawatiri nasib mereka di akhirat? Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka. Bila perlu sampai letih badan kita. Tapi adakah kita berlaku sama untuk "masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?

Tengoklah sejenak anakmu. Tataplah wajahnya. Adakah engkau relakan wajahnya tersulut api nereka hingga melepuh kulitnya? Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau melihat mereka bertengkar dengan saudaranya. Adakah engkau bayangkan ia bertengkar denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam dirinya?




Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan untuk kembali. Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke dalam surga atau saling bertikai?

Maka, cintai anakmu untuk selamanya! Bukan hanya untuk hidupnya di dunia. Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali pertolongan Allah Ta'ala. Cintai mereka dengan pengharapan agar tak sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga. Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat. Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang jauh lebih panjang. Masa yang tak bertepi.

********

Taken from FB Ust. Mohammad Fauzil Adhim

gambar dari sini 

Nyesel???

14 November 2014 | comments


Ini gegara efek ngga ada kerjaan, tiba-tiba nyasar browsing, nyari drama Jepun yang keren. Dan tetiba lagi, udah keasikan di yutub nonton drama yang dramatis. Daaann tetiba lagi, jadi kangen sama Jepun n seisinya. Fiiiuuuh. Jadi kangen sama sushi n toko 100yen....wkwkwk.

Btw, dari sudut hati ada yang ngomong,"Kamu nyesel ya, back for good ke negeri sendiri?"
Yang satu sudut lagi njawab,"Ngga nyesel !!!". Soalnya percuma juga sih, kalo mo jawab nyesel, emangnya bisa merubah kenyataan?? hehehe...

Tapi ngga kok. Saya ngga nyesel. Dimana-mana yang namanya hidup pasti  penuh pilihan. Ketika kami bisa memilih, antara kemungkinan tinggal selama-lamanya di Jepang, atau pindah kembali ke tanah air tercinta. Dengan minta kekuatan sama Yang di Atas, kami memilih untuk balik ke Indonesia. Trus, apa yang menjadi pertimbangan? Salah satu pertimbangan ya... masa depan anak-anak.


Saya memang yang paling semangat mendorong suami untuk kembali ke Indonesia. Dan itu adalah salah satu keputusan terbesar dalam keluarga kami. Syukurnya dari pihak ortu dan keluarga besar, semua mendukung, apapun keputusan yang diambil.

Yah, masing-masing keluarga pasti punya pertimbangan sendiri kan. Termasuk kami. Eh, terutama saya. Yang saat itu, entah kenapa, makin terasa berat mendidik dan mengasuh anak, plus mengerjakan segala sesuatunya sendiri, di negeri orang.

Saat itu, anak sulung saya usianya masih 9 th. Adiknya umur 2 th dan 1 th. Yang di kandungan sudah 4 bulan. Saya tidak berani membayangkan, apa yang terjadi di usia remaja mereka seandainya kami masih menetap di negeri minoritas itu. Saya merasa pesimis dengan kemampuan saya sendiri, mengawal anak-anak untuk tetap percaya diri dengan keIslamannya. Sedangkan saya sendiri masih harus jatuh bangun, menstabilkan kondisi spritual pribadi.

Sungguh, saya sangat tidak percaya diri saat itu. Walaupun ada banyak teman seiman di sekitar saya, dengan kondisi yang tidak jauh berbeda, tapi, tetap saya merasa, saya tidak kuat. Dan saya tidak berani mengambil resiko.  Makanya sampe sekarang, saya salut banget, sama teman-teman yang masih berjuang di sana. Di Jepang, dan juga negeri-negeri minoritas lainnya. Mereka berjuang luar dalem.

***

Kalo dilihat dari kacamata kemajuan teknologi dan peradaban, Jepang memang mengagumkan. Tapi sebenarnya, kecanggihan mereka tetap menyimpan banyak ketimpangan, yang tidak akan terlihat kecuali mereka yang sudah lama berdomisili di sana.

Kebudayaan dan kebiasaan mereka yang minus, mabuk-mabukan, sangat individual, dan pornografi yang tersebar dimana-mana. Asal tau saja, di Jepang, bahkan para pelacur mengiklankan diri mereka dengan bebas di brosur-brosur yang disebar di rumah dan apartemen. Dan yang menjijikkan, di brosur itu mereka berpose dengan sangat vulgar. Berapa kali saya menemukan brosur tersebut di kotak pos apartemen. Malah saya pernah menemukan potongan lembar majalah dewasa dengan gambar wanita bugil, di toilet umum di taman. Astaghfirullah !!!

Belum lagi majalah-majalah dewasa yang dipajang di rak majalah di convenient store dengan gambar nyaris telanjang. Siapapun yang masuk ke toko itu, bisa dengan mudah memandang cover majalah tersebut.

Bahkan di beberapa downtown di Tokyo, ada beberapa billboard yang sangat besar yang menampilkan sosok artis dengan pose aduhai bin menyeramkan. Toko-toko khusus perlengkapan 'adult' juga tersebar dimana-mana. Fiiiuuuhh, asli menakutkan.

Ngga heran kalo Jepang termasuk negara yang sangat 'ramah' pornografi di dunia ini.

Belum lagi urusan free sex. Anak remaja di sana, ngga beda jauh sama yang di Amerika. Selama suka sama suka ya silakan. Ortu juga membiarkan anak mereka melakukan hal itu. Bahkan hidup serumah dengan calon mertua, juga sudah dianggap biasa.

Satu lagi yang jadi momok di Jepang, banyak orang 'gila' !!! Ya, bukan gila beneran sih. Secara penampakan kayak orang normal. Eksekutif. Berdasi. Berduit dan ada tampang. Ngga taunya, pembunuh berdarah dingin. Lah tiba-tiba aja dia nyerang tetangganya untuk dimutilasi. Gila kan??

Atau ada juga yang tiba-tiba nyeruduk pake truk di pusat perbelanjaan. Belum puas, tu orang turun dari truk, ternyata bawa pisau untuk nusuk orang-orang yang sedang ramai jalan kaki. Entah ada berapa korban jiwa yang jatuh, gara-gara orang gila ini. Saya inget banget, ini berita mencekam jadi headline di mana-mana di awal 2010, menjelang pindahan saya ke Indonesia.

Selain gila, ada juga yang stress. Niat bunuh diri, tapi di keramaian. Dan bikin sejuta orang kesel. Lah gimana ngga. Mereka jatuhin diri di lintasan kereta dan di rush hour pulak !!! Kereta mau ngga mau harus berhenti. Dan penumpang pun harus sabaaaaarrr menunggu sampe kereta bisa jalan lagi. Saya sempet ngalamin kejadian seperti ini, mana lagi perjalanan mau ke bandara pulak. Katanya sih, orang yang mo bunuh diri di tempat strategis kayak rel kereta, ada faktor x-nya. Cerita kumplitnya bisa di liat di sini yaa...

Masalah lain yang sering jadi isu nasional se-Jepang, adalah ijime atau bully. Biasanya terjadi di sekolah-sekolah. Ijime ini jadi masalah yang selaluuuu muncul, karena banyak kasus bunuh diri akibat ijime. Dan sampe sekarang, pemerintah belum bisa ngatasin masalah ini. Sampe-sampe masyarakat Jepang nyalahin Depdiknas-nya, yang dianggap ngga serius nanganin urusan ijime.



Duh, kasian banget kalo merhatiin kasus ijime ini. Dulu pernah liat di tipi, acara dialog tentang ijime. Di situ ada para guru, orangtua, pengamat, dan anak-anak korban ijime. Pas giliran anak korban ijime bicara, beberapa diantaranya sambil sesenggukan, sambil ngusap-ngusap mata. Katanya mereka sering diledek, didorong, dilabrak, dipukul, lokernya dirusak, bekal makanan ditumpahin, sepedanya dibuang ke kolam, buku dicoret-coret dengan tulisan 'Shine' (=mati aja lu!!)....dan lain-lain. Sedih banget. Ngga heran, kalo beberapa korban memilih bunuh diri.....

***

Sebenarnya, masalah-masalah Jepun di atas, banyak juga kok terjadi di negara-negara maju lainnya, termasuk di negeri kita sendiri. Selama belum kiamat, yang namanya kriminalitas, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, PASTI, akan tetap ada. Jadi, mo kita tinggal di negara manapun, tetep akan ada perasaan suka/tidak suka, nyaman/tidak nyaman, dll. Kalo nyari negara yang bener-bener bebaaaass dari semua masalah, itu namanya SURGA...:)

Cuma memang, bedanya, kalo di negeri sendiri, saya pribadi merasa lebih pede. Gimanapun, lebih nyaman tinggal di negeri mayoritas muslim. Makanan halal ada dimana-mana. Sekolah Islam juga tinggal milih. Mesjid tersebar di sana-sini. Azan kedengaran dari manapun.

Ya, lingkungan yang kondusif untuk keislaman anak-anak, itu yang saya cari. Mereka masih kecil, perlu pondasi yang kuat. Kalo pondasi dan bangunan kuat tertanam, insyaa Allah, sehebat apapun goncangan, mereka akan tetap dan tegak dengan imannya. Jadi, ketika mereka besar nanti, saya rela melepaskan mereka ke negeri manapun, minor or mayor. Silakan mengepakkan sayap kemana saja....

Trus moral of storynya apa ??
Jangan sering ngga ada kerjaan ya, nanti jadinya mantengin yutub mulu....hehehe ^-^V
Itu mah salah satu poin doang.

Salah dua poin, ketika bingung untuk memilih, serahin aja sama yang Di Atas. Dia Yang Maha Tahu, apa yang terbaik buat kita. Kita mah sebagai manusia, kudu usaha n ikhtiar sekuat-kuatnya di jalan yang kita pilih. Hasilnya? Udah bukan masuk wilayah kita lagi. Di titik ini, baruuuu boleh tawakkal :)

Kalo kembali ke keputusan saya, ya itu yang cocok untuk keluarga kami. Karena, kalo mo ngebandingin ya, ngga sedikit juga keluarga muslim yang bermukim di negeri minoritas justru berhasil mendidik n mengawal anak-anak mereka sampai remaja. Kumplit dengan identitasnya sebagai muslim/muslimah. Mereka ga malu berhijab. Mereka tetap bisa jalanin kewajiban sebagai muslim. Tetap sahabatan sama temen-temen sekolahnya.

Ini hasil pengamatan saya, yang nge-add anak-anak temen, yang bapaknya asli orang Jepang dan ibunya orang Indonesia. Foto-foto narsis ala abege sering nongol. Di antara temen-temennya yang berpakaian terbuka, si anak muslimah yang cantik ini, tetep pede berjilbab. Ah, seperti melihat mutiara yang berkilap di hamparan pasir di pantai.

Saya yakin banget, di balik foto itu, ada kerja keras dari didikan orang tuanya, yang menancap dengan kuat di kepribadian sang anak.

Bagaimanapun, lain orang, lain kekuatan. Masing-masing orang bisa mengukur sampai batas mana kemampuan dirinya. Dan....yah, saya termasuk yang ...yah, begitulah...hehehe.

Yah, siapapun kita, berdoalah.
Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan sebagai orang tua yang mampu mengantarkan dirinya dan keluarganya ke dalam surga-Nya.....

Aaaaaaaaaaaaamiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinn













Ketika Bete

07 November 2014 | comments (2)

Pagi itu seseorang janjian, mau ke rumah saya jam 9 pagi. Sebut saja namanya si A. Saya yang sebenarnya di hari yang sama sudah penuh dengan jadwal merayap, terpaksa nyocok-nyocokin waktu. Berhubung saya juga ada perlu sama si A ituh.

Jam setengah 8 saya nganterin anak ke sekolah. Dan setelah itu, sebenarnya saya harus singgah ke satu tempat yang urgen juga. Tapi terpaksa saya batalin, karena khawatir ngga keburu jam 9 bisa sampe di rumah. Kasian sama si A yang mau datang ke rumah saya.

Sayapun nyampe di rumah jam setengah 9. Dan, ngga berapa lama ada sms masuk, ternyata dari si A, ngasih tau kalo dia ngga bisa dateng jam 9, bisanya siang setelah zhuhur.

Hadeeuuuh, aslik.....saya langsung darting plus bete. Karena setelah zhuhur saya udah ada jadwal keluar lagi. Dan sampe malam pulak. Pegimana bisa ketemuan sama si A? Ni orang kok sembarangan banget maen undur-undur aja. Kagak tau apa, tiap orang udah punya jadwal sendiri.

Tau gitu, saya kan bisa ngerjain banyak hal, daripada cuma nunggu kedatangan si A yang sudah ngancurin jadwal saya di hari ituh !!!

Gegara sms yang nyebelin itu, seharian saya jadi bete. Bawaannya pengen ngamuk aja. Kayak singa yang belom dapet makan seminggu. Pengen marah ke si A, ngga mungkin juga. Secara orangnya sensi banget, dan saya juga ga mau merusak hubungan pertemanan dengan dia.

Walhasil yang jadi korban ya orang-orang di sekitar saya.  Semua kena semprot. Termasuk anak-anak. Mereka heran ngkali, kenapa emaknya udah kayak baygon, kerjaannya nyemprot ga berhenti-henti.

Fiiuuh, sering banget euy, ngalamin hal seperti ini. Hanya gara-gara satu pesan, satu percakapan, satu tindakan, satu kejadian, yang tidak diharapkan, walhasil hidup seharian tiba-tiba jadi mendung, hujan deras, penuh petir n geledek.

Ketahuan banget, saya belum bisa ngontrol emosi. Mood saya masih sering dipengaruhi sama keadaan dan sikon di depan saya. Hiks, apalagi setelah baca artikelnya Stephen Covey ini , tambah nyesel deh, kenapa saya masih sering ngalamin dan ngulangin peristiwa yang sama -______-

*termenung.......*

Krik..krik...krik...krik....

Hmm...sepertinya, saya mudah bete begini, kalo hubungan saya dengan Yang Maha Penyayang, lagi sedang renggang. Memang sih, belakangan saya agak males. Males sholat tepat waktu, males ngaji berlembar-lembar, males puasa sunnah, males ke taman surga a.k.a pengajian.....

Ngga heran, kalo saya mudah tersulut dengan peristiwa sepele. Karena ruhani saya lagi gersang. Persis seperti rumput kering yang mudah terbakar.

Astaghfirullah....
air mana air. Kudu 'minum' sebanyak-banyaknya nih. Supaya ga kering dan gersang.
Supaya bisa lebih bijak plus sabar plus kuat....kalo ngadepin hal yang sama lagi.

Gambarimaaaaasu !!!!


_______________________
gambar dari sini



Ayo Berenang di ACM !!!

29 October 2014 | comments

Huaaa...senengnya yang tinggal di Serpong dan sekitarnya.
Sekarang sudah ada kolam renang yang luaaass dan khusus muslimah.
Pemiliknya adalah emak-emak keceh yang dulu pernah mukim di Jepun juga.

Kolam yang luas ini, memang khusus untuk muslimah.
Jadi silakan, bisa dateng hari apapun yang dipengenin.
Kecuali hari Jumat sore jam setengah 5 ke atas, dijatahin untuk epak-epak yang pengen nyemplung juga.

Ini kolamnya bisa dibooking juga loh untuk acara keluarga.
Keren kaan??

Untuk yang pengen tau, ini  infonya.

************************************

ACM Muslimah Sports Center

Lokasi: 300 meter sebelah barat perempatan Muncul, Serpong 

(lihat di: https://goo.gl/maps/ka2Cd).

Jadwal putri: Senin, Selasa, Rabu, Jumat: 06:00-18:00.
Kamis: Libur untuk perawatan
Weekend/hr libur: 06:00-16:00.
Dress Code: Baju Renang Muslimah utk putri.

Jadwal putra: Jum'at: 18:00-21:00.
Weekend/hr libur: 16:30-21:00.
Dress Code: Celana renang sampai lutut utk putra.

Jadwal keluarga : Senin - Rabu: 18:00 - 19:30
19:30 - 21:00 (booking dulu ya)

Harga tiket : Dewasa: Weekdays 20.000,-
Weekend/hr libur 25.000,-

Anak-anak: Weekdays 15.000,-
Weekend/hr libur 20.000,-

Keluarga: satu selot 150.000,-
dua selot 250.000,-

BERLAKU MULAI BULAN JUNI 2014


Contact Person
 Diah K
HP: 0812-9573-9522




Tiba-tiba Terbaangg...

27 October 2014 | comments

Eh, ini bukan beneran terbang loh ya. Ini cuma judul lebay aja. Plus bingung juga mo ngasih judul apaan.

Jadi ceritanya gini. Berhubung nanti pas hari raya, Sabtu-Minggu, kita sekeluarga kagak bisa maen ke rumah ortu di Ciledug, walhasil saya jadi mikir, apa pas hari biasa aja ya ke sono. Secara suami jadi panitia qurban di komplek --mana bendahara pulak--, mau tak mau kudu standby terus sampe hari H.

Hari ini hari Selasa. Hmm, sepertinya enakan berangkat besok aja, Rabu. Ntar anak diliburin aja. Masih TK ini, pikir saya. Bolos sehari ngga apa-apalah.
Malemnya saya nelpon mama.
"Assalamu'alaikum. Maaa, Ina besok ke sana ya, ke Ciledug."
"Ah, ngana kan cuma ngomong doang. Iyo terserah ngana aja..."

Hiks, saya jadi nyengir kecut. Kayaknya mama sebel kali, pas beberapa minggu sebelumnya, saya yang janji datang pas weekend, ternyata ngga jadi. Gara-gara kecapean ada acara pagi-pagi di rumah. Padahal si Mama udah nyiapin macem-macem di rumah. Segala masakan dah dihidangin, buat rombongan dari Depok. Tapi....akhirnya itu makanan terpaksa dipendem di kulkas.

Makanya si mama ngomong begitu. Dah tau bener ama sifat anaknya yang gampang berubah. Hiks.

"Ya udah Ma. Gini aja, mama ngga usah masak macam-macam dulu. Insyaa Allah pagi-pagi Ina telpon ya, kalo jadi berangkat."

Malem itu saya pun tidur. Dengan niat yang masih maju mundur. Begitu pula setelah bangun pagi-paginya, saya masih mikir, berangkat ngga ya. Soalnya tu Ciledug ada ngkali 2 jam kalo lagi macet. Belom lagi saya kudu nyetir sendiri, plus bareng 3 krucil. Dan ngga pake nginap pulak. Jadi pagi berangkat, siang pulang. Biasanya kan suami yang nyetir. Saya tinggal bobo-bobo cantik ala putri tidur. Hehehe.

Ah, berangkat aja deh. Kasian si opa sama nene, pasti kangen sama anak cucunya. Ya, mumpung mereka masih sehat. Udah ah, paksain diri aja. Suami juga dah ngijinin ini.

Akhirnya, saya pun berangkat. Jam setengah 8 pagi dari rumah. Singgah dulu bentar di minimarket, beli pasokan buat krucil. Dann....ternyata, seperti yang sudah diduga...maceeeeetttt. Di lenteng agung tu ya, ada ngkali 1 jam lebih merayap di situ. Persis seperti cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap.

Masuk tol juga sama, walopun kecepatan merayapnya lebih cepat dibanding sebelumnya. Di sela-sela merayap, tetiba si Muadz ngomong...mau BAB. Hadeeuuhh...Sayanya binun deh. Dengan menghibur, saya pun ngomong, minta dia berdoa sama Allah, supaya BABnya bisa hilang. Ga berapa lama dia berdoa. Berapa detik kemudian, dia ngomel.
 "Mamaaa....kok Allahnya ngga dengerin Muadz. Muadz udah ga tahan nih...masih mo BAB !!!"

Emaknye mati gaya. Sambil ngarep ini mobil-mobil di tol bisa merayap lebih cepat lagi, saya nyuruh dia teruuuus berdoa, dan ngelupain hasratnya yang sedang membara itu.

Singkat cerita, akhirnyaaaa bisa sampe juga ke Ciledug. Walopun pas keluar tol, sempet planga plongo, karena saya nyasaaarrr. Rencana mo keluar lewat tol baru, tapi kok malah kejeblos keluar via ulujami yang tembus ke Ciledug Raya yang terkenal maceeett. Ngoprekin Google Maps, malah ribet, karena sambil nyetir. Yasud, yang penting sudah ketemu Ciledug.

Dan nyampe rumah ortu pun, cuma ngobrol plus makan siang sejam-an. Selebihnya saya tepar di tempat tidur. Dan kemudian, buru-buru cabut lagi, pulang lebih cepet supaya ga kena macet jam rusuh orang pulang kantor.

Kalo diitung-itung sih, lima jam perjalanan pulang pergi Depok-Ciledug. Dan cuma 2,5 jam bisa bercengkerama sama ortu tercintah.


Trus....moral of storynya.....
mumpuuuunnngg ortu masih hidup dan tinggal sekota, adain kunjungan rutin deeeh. Ga perlu heboh nyiapin macem-macem. Cukup bawa badan sama anak-anak, ortu dah sueeneeennng banget.
Lupakan itu macet yang bikin nyali maju mundur. Lupakan kerepotan bawa anak-anak yang super lincah. Begitu ada niat, langsung aja, terbaaaaanngg !!
Yang penting, dapetin ridho Allah dengan cara bikin ortu senang, karena anaknya ngga ngelupain mereka.



Ini maksudnya ngingetin ke saya sendiri sih, yang kadang masih suka lupa dan malesan, untuk pergi jauh-jauh. Padahal dulu waktu masih di Jepun, perlu nunggu setahun untuk bisa jenguk ortu. Sekarang mah bisa kapan saja.

Ah, semoga semangat maen ke rumah ortu ini, bisa terus terjaga.....

************

gambar dari sini




Merasa Tertekan???

03 October 2014 | comments

Saya pernah merasa seperti ini....setahun ada ngkali 2-3 kali...
berharap ngga jadi penyakit menetap, dan....berharap penyakit ini datang ngga sering, cukup edisi pemilu...5 tahun sekali aja...hehehe

Ni gambar bener-bener mewakili deh.
Tiga gambar terakhir bisa jadi solusi yang nyaman :)

Oiya, saya copas dari sini komiknya:
http://solar-citrus.tumblr.com/post/98583201090/you-would-be-surprised-with-how-many-people-in











Asuransi Terbaik

28 August 2014 | comments



Oleh Ustadz Budi Ashari, Lc

Bukti cinta orang tua sepanjang jalan adalah mereka memikirkan masa depan anaknya. Mereka tidak ingin anak-anak kelak hidup dalam kesulitan. Persiapan harta pun dipikirkan masak-masak dan maksimal.

Para orang tua sudah ada yang menyiapkan tabungan, asuransi bahkan perusahaan. Rumah pun telah dibangunkan, terhitung sejumlah anak-anaknya. Ada juga yang masih bingung mencari-cari bentuk penyiapan masa depan terbaik. Ada yang sedang memilih perusahaan asuransi yang paling aman dan menjanjikan. Tetapi ada juga yang tak tahu harus berbuat apa karena ekonomi hariannya pun pas-pasan bahkan mungkin kurang.

Bagi yang telah menyiapkan tabungan dan asuransi, titik terpenting yang harus diingatkan adalah jangan sampai kehilangan Allah. Hitungan detail tentang biaya masa depan tidak boleh menghilangkan Allah yang Maha Tahu tentang masa depan. Karena efeknya sangat buruk. Kehilangan keberkahan. Jika keberkahan sirna, harta yang banyak tak memberi manfaat kebaikan sama sekali bagi anak-anak kita. Lihatlah kisah berikut ini:

Dalam buku Alfu Qishshoh wa Qishshoh oleh Hani Al Hajj dibandingkan tentang dua khalifah di jaman Dinasti Bani Umayyah: Hisyam bin Abdul Malik dan Umar bin Abdul Aziz. Keduanya sama-sama meninggalkan 11 anak, laki-laki dan perempuan. Tapi bedanya, Hisyam bin Abdul Malik meninggalkan jatah warisan bagi anak-anak laki masing-masing mendapatkan 1 juta Dinar. Sementara anak-anak laki Umar bin Abdul Aziz hanya mendapatkan setengah dinar.

Dengan peninggalan melimpah dari Hisyam bin Abdul Malik untuk semua anak-anaknya ternyata tidak membawa kebaikan. Semua anak-anak Hisyam sepeninggalnya hidup dalam keadaan miskin. Sementara anak-anak Umar bin Abdul Aziz tanpa terkecuali hidup dalam keadaan kaya, bahkan seorang di antara mereka menyumbang fi sabilillah untuk menyiapkan kuda dan perbekalan bagi 100.000 pasukan penunggang kuda.

Apa yang membedakan keduanya? Keberkahan.
Kisah ini semoga bisa mengingatkan kita akan bahayanya harta banyak yang disiapkan untuk masa depan anak-anak tetapi kehilangan keberkahan. 1 juta dinar (hari ini sekitar Rp 2.000.000.000.000,-) tak bisa sekadar untuk berkecukupan apalagi bahagia. Bahkan mengantarkan mereka menuju kefakiran.

Melihat kisah tersebut kita juga belajar bahwa tak terlalu penting berapa yang kita tinggalkan untuk anak-anak kita. Mungkin hanya setengah dinar (hari ini sekitar Rp 1.000.000,-) untuk satu anak kita. Tapi yang sedikit itu membaur dengan keberkahan. Ia akan menjadi modal berharga untuk kebesaran dan kecukupan mereka kelak. Lebih dari itu, membuat mereka menjadi shalih dengan harta itu.
Maka ini hiburan bagi yang hanya sedikit peninggalannya.

Bahkan berikut ini menghibur sekaligus mengajarkan bagi mereka yang tak punya peninggalan harta. Tentu sekaligus bagi yang banyak peninggalannya.
Bacalah dua ayat ini dan rasakan kenyamanannya,

Ayat yang pertama,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (Qs. Al Kahfi: 82)

Ayat ini mengisahkan tentang anak yatim yang hartanya masih terus dijaga Allah, bahkan Allah kirimkan orang shalih yang membangunkan rumahnya yang nyaris roboh dengan gratis. Semua penjagaan Allah itu sebabnya adalah keshalihan ayahnya saat masih hidup.
Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan,
“Ayat ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala menjaga orang shalih pada dirinya dan pada anaknya walaupun mereka jauh darinya. Telah diriwayatkan bahwa Allah ta’ala menjaga orang shalih pada tujuh keturunannya.”

Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menukil kalimat Hannadah binti Malik Asy Syaibaniyyah,
“Disebutkan bahwa kedua (anak yatim itu) dijaga karena kesholehan ayahnya. Tidak disebutkan kesholehan keduanya. Antara keduanya dan ayah yang disebutkan keshalihan adalah 7 turunan. Pekerjaannya dulu adalah tukang tenun.”

Selanjutnya Ibnu Katsir menerangkan,
“Kalimat: (dahulu ayah keduanya orang yang sholeh) menunjukkan bahwa seorang yang shalih akan dijaga keturunannya. Keberkahan ibadahnya akan melingkupi mereka di dunia dan akhirat dengan syafaat bagi mereka, diangkatnya derajat pada derajat tertinggi di surga, agar ia senang bisa melihat mereka, sebagaimana dalam Al Quran dan Hadits. Said bin Jubair berkata dari Ibnu Abbas: kedua anak itu dijaga karena keshalihan ayah mereka. Dan tidak disebutkan kesholehan mereka. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa ia adalah ayahnya jauh. Wallahu A’lam

Ayat yang kedua,
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
“Sesungguhnya pelindungku ialahlah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (Qs. Al A’raf: 196)
Ayat ini mengirimkan keyakinan pada orang beriman bahwa Allah yang kuasa menurunkan al Kitab sebagai bukti rahmatNya bagi makhlukNya, Dia pula yang akan mengurusi, menjaga dan menolong orang-orang shalih dengan kuasa dan rahmatNya. Sekuat inilah seharusnya keyakinan kita sebagai orang beriman. Termasuk keyakinan kita terhadap anak-anak kita sepeninggal kita.
 Untuk lebih jelas, kisah orang mulia berikut ini mengajarkan aplikasinya.

Ketika Umar bin Abdul Aziz telah dekat dengan kematian, datanglah Maslamah bin Abdul Malik. Ia berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, engkau telah mengosongkan mulut-mulut anakmu dari harta ini. Andai anda mewasiatkan mereka kepadaku atau orang-orang sepertiku dari masyarakatmu, mereka akan mencukupi kebutuhan mereka.”
Ketika Umar mendengar kalimat ini ia berkata, “Dudukkan saya!”
Mereka pun mendudukkannya.

Umar bin Abdul Aziz berkata, “Aku telah mendengar ucapanmu, wahai Maslamah. Adapun perkataanmu bahwa aku telah mengosongkan mulut-mulut anakku dari harta ini, demi Allah aku tidak pernah mendzalimi hak mereka dan aku tidak mungkin memberikan mereka sesuatu yang merupakan hak orang lain. Adapun perkataanmu tentang wasiat, maka wasiatku tentang mereka adalah:
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
Anaknya Umar satu dari dua jenis: shalih maka Allah akan mencukupinya atau tidak sholeh maka aku tidak mau menjadi orang pertama yang membantunya dengan harta untuk maksiat kepada Allah.” (Umar ibn Abdil Aziz Ma’alim At Tajdid wal Ishlah, Ali Muhammad Ash Shalaby)

Begitulah ayat bekerja pada keyakinan seorang Umar bin Abdul Aziz. Ia yang telah yakin mendidik anaknya menjadi shalih, walau hanya setengah dinar hak anak laki-laki dan seperempat dinar hak anak perempuan, tetapi dia yakin pasti Allah yang mengurusi, menjaga dan menolong anak-anak sepeninggalnya. Dan kisah di atas telah menunjukkan bahwa keyakinannya itu benar.

Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang khalifah besar yang berhasil memakmurkan masyarakat besarnya. Tentu dia juga berhak untuk makmur seperti masyarakatnya. Minimal sama, atau bahkan ia punya hak lebih sebagai pemimpin mereka.
Tetapi ternyata ia tidak meninggalkan banyak harta. Tak ada tabungan yang cukup. Tak ada usaha yang mapan. Tak ada asuransi seperti hari ini.
Tapi tidak ada sedikit pun kekhawatiran. Tidak tersirat secuil pun rasa takut. Karena yang disyaratkan ayat telah ia penuhi. Ya, anak-anak yang shalih hasil didikannya.

Maka izinkan kita ambil kesimpulannya:
Bagi yang mau meninggalkan jaminan masa depan anaknya berupa tabungan, asuransi atau perusahaan, simpankan untuk anak-anak dari harta yang tak diragukan kehalalannya.
Hati-hati bersandar pada harta dan hitung-hitungan belaka. Dan lupa akan Allah yang Maha Mengetahui yang akan terjadi.

Jaminan yang paling berharga –bagi yang berharta ataupun yang tidak-, yang akan menjamin masa depan anak-anak adalah: keshalihan para ayah dan keshalihan anak-anak.
Dengan keshalihan ayah, mereka dijaga.
Dan dengan keshalihan anak-anak, mereka akan diurusi, dijaga, dan ditolong Allah.

***************
 gambar dari sini

Belajar Tanggung Jawab dari Merapikan Barang

| comments



Memiliki anak memang pasti ada konsekuensinya, salah satunya adalah rumah atau kamar yang berantakan karena mainan anak berserakan. Betapa melelahkannya kalau siang-malam harus bolak-balik merapikan mainan anak hanya untuk diserakkan lagi olehnya.

Nah, oleh sebab itu, yuk, Ma, mulai ajari anak untuk membereskan dan merapikan baran-barangnya sendiri. Bukan hanya membantu meringankan Anda, tapi juga untuk mengajarinya untuk bertanggung jawab memelihara baran-barang miliknya, sekaligus agar Ia sadar bahwa membereskan mainan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bermain.

Sebaiknya, anak diajak untuk membantu membereskan barang-barangnya sejak dini. Bagaimana merapikan dan seberapa banyak yang dibereskan tentu harus disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Anak balita yang disuruh membereskan kamar berantakan tentu merasa kewalahan dan bisa jadi malah ngambek. Jadi sabar-sabar mengajarinya ya, Ma.

• Saat anak batita sudah bisa mengikuti permintaan Anda, cobalah minta Ia memasukkan mainan yang sedang dipegangnya ke dalam kotak atau keranjang khusus yang Anda sediakan. Jadikanlah itu sebagai permainan.

• Selanjutnya, Anda bisa meningkatkan ‘level’. Mintalah Ia memungut mainan tertentu untuk dimasukkan ke kotak, misal “Ambil bolanya sayang, masukkan ke kotak biru. Sekarang ambil boneka bebeknya, masukkan juga ke kotak sama bola”. Sebutkan bendanya satu-satu secara spesifik. Lakukan ini setiap hari, setiap kali selesai bermain.

• Lebih baik ajak Ia beres-beres mainan yang sudah selesai dimainkan dulu sebelum mengizinkannya ‘menyebar’ mainan-mainan lain. Soalnya kalau sudah telanjur berantakan hebat, anak malah jadi enggan membereskan, sama seperti kita yang sering merasa bingung mulai membereskan dari mana saat melihat tempat yang berantakan bak kapal pecah. Berhasil melakukan tugas-tugas kecil akan menumbuhkan rasa percaya dirinya.

• Kalau dari kecil sudah terbiasa dilatih membereskan barang-barangnya, di usia TK biasanya sudah bisa dipercaya melakukan tugas yang lebih menantang. Mama mulai bisa untuk mengatakan, “Kakak, beresin mobil-mobilannya, dong!” Bahkan jika mobil-mobilan beserta jenis mainan lain berserakan di area bermainnya, Ia sudah akan mampu membereskan.

• Yang penting, jadikanlah waktu beres-beres menyenangkan bagi anak. Jadikan itu sebuah permainan juga, Anda bisa mengajaknya berlomba memasukkan barang ke keranjang, atau memutar sebuah lagu dan berusaha memasukkan semua barang ke kotak penyimpanan saat lagu selesai.

(Copas dari FB Karima Edukasi)

**********
gambar dari sini

Anak Berendeng

22 August 2014 | comments

Anak saya berendeng.....alias berurutan kayak not lagu...do...re....mi....
Benernya sih, yang berendeng cuma tiga anak terakhir. Yang pertama si sulung, sempat menjadi anak tunggal selama 7 tahun. Sampe punya adek langsung tiga biji berturut-turut. Alhamdulillah.


Kisah punya anak berendeng gini penuh drama deh. Secara saya termasuk penderita PCOC  (silakan googling yak..*malesnulis.com). Salah dua ciri-ciri penderita PCOC adalah haid tidak teratur, dan sulit punya anak.

Waktu masih di Jepang, setelah si sulung usianya 3 tahun, mulailah dia nanya-nanya kapan bisa punya adek. Dia ngiri soalnya, ngeliat temen-temennya pada punya adek. Malah ada yang adeknya 2 biji. Saya mah lempeng aja, bilang ke dia untuk berdoa. Walopun dalam hati, sedih juga sih, karena kok si adek bayi ngga nongol-nongol di perut saya.

Akhirnya bareng suami, saya pergi ke klinik untuk konsultasi dan terapi. Setelah diperiksa macam-macam, luar dalem sampe diobok-obok dan nyaris bikin pingsan, si dokter ngambil kesimpulan kalo saya tuh menderita PCOC. Terapinya, dengan minum obat, dan kontrol rutin sebulan sekali.

Naah..., saya yang dasarnya males bolak balik ke RS (soalnya kudu naik turun tangga di stasiun kereta,  plus jalan kaki 15 menitan untuk menuju ke RS sono), cuma bertahan sebulan dua bulan ngikutin ntu sesi terapi.  Selanjutnya....ya....terserah saya. Hehehe...

Kurleb dua bulan setelah si sulung berumur 6 tahun, saya hamil. Tapi sayangnya, si janin cuma bisa bertahan sampe 8 minggu saja. Duh, ini termasuk episode yang bikin saya banjir airmata dan darah.
Sampe bikin tulisan curhat nan mellow ini *ni tulisan aslinya dah ngga ada di saya. Syukurnya pas di google ada yang muatin ternyata...

Naaahh.....serunya lagi. Setelah keguguran, saya ngga sempet haid....tau-tau udah hamil lagi !!! Dan saya baru nyadar setelah usia kandungan sudah 2 bulanan. Karena itu tadi, haid saya kan ngga beraturan. Alhamdulillah, si bayi sehat-sehat aja. Sampe lahir pun ni anak kedua asliiiiiii, yang paling lincaahh dan banyak gerak dari sodara-sodaranya.

Yang paling senang tentu saja si sulung. Dia selalu ulang-ulang ngomong,"Yume mitai naa...".
Bahasa gaulnya, Its like a dream !!! Apalagi adeknya ini laki-laki. Bertambah senanglah dia. Bakal ada temen buat maen bola n maen berantem-beranteman. Hehe...alhamdulillah..

Anak yang ketiga pun sama. Saya ngga nyadar, tau-tau dia nongol aja di perut. Padahal waktu itu, saya lagi sibuk-sibuknya pindahan. Dari pinggiran Tokyo ke pusat Tokyo. Tau sendiri kan gimana yang namanya pindahan? Apalagi pas pindahan sekarang, ngga pake jasa packing. Walhasil, semuaaaa dipacking sendiri. Belum acara bongkar muatan dan beres-beres di rumah yang baru. Fiiiuuuhh.

Tapi ya itu tadi, Masya Allah, si janin yang masih imut itu bisa bertahan kuat di perut saya. Dan...akhirnya si bayi perempuan cantik ini lahir dengan sehat dan normal, tepat ketika anak kedua saya berusia 1 tahun 10 hari !!! Yup, mereka hanya beda setahun sodara-sodara.

Sayapun ngalamin saat-saat heboh, merawat dua bayi sekaligus. Dua tangan penuh sama bayi, terutama pas waktu nyusu. Gendong mau ngga mau harus bergantian. Syukurnya, anak sulung saya sering ngebantuin. Plus si bayi yang gede juga ngga terlalu rewel. Begitu juga si bayi perempuan, yang kalo udah kena kasur, langsung teparrr dengan nyenyak. Persis emaknya.

Daaaaan, tanpa disadari, saya hamil lagi !!!  Pas usia kehamilan 4 bulan, kami sekeluarga back for good ke tanah air tercintah. Ketika anak perempuan saya berusia 1,5 tahun, lahirlah anak keempat kami, laki-laki yang putiiiiiiihh....seperti bule. Padahal ni anak doang yang lahir di Indonesia, tapi kok malah lebih terang dan mengkilap dibanding kakak-kakaknya. Hehehe.

Awal-awal punya balita tiga biji sekaligus, benar-benar deh, bikin hidup seperti alam mimpi. Bawaannya pengen ngimpi mulu, saking susahnya cari waktu untuk bobo. Giliran si bayi bule bobo, kakak-kakaknya yang heboh, yang minta susu, yang minta digarukin, de el el. Giliran kakak-kakaknya bobo, ehhh....si bayi bule yang on. Jadinya, kalo mereka bertiga bisa tidur pules berbarengan, adalah satu anugerah banget buat si emak.

Belum termasuk deg-deg-annya, kalo ninggalin si bayi bule sendirian. Entah berapakali kejadian, saya nemuin si bayi lagi dijadiin kuda-kudaan sama kakaknya yang 1,5 th. Hadeeeuuuhh. Untung kejadiannya di kasur, jadi si bayi bule ga terlalu berasa sakit.

Setelah 3 tahun pertama punya balita berendeng, baru terasa nikmatnya. Karena mereka dah bisa maen sesama mereka. Dan ga terlalu bergantung penuh ke emaknya. Apalagi sekarang, setelah usia mereka masing-masing 6 th, 5 th dan 4 th. Makin keenakan dah emaknya. Secara masing-masing dah terbiasa makan dan mandi sendiri, termasuk urusan buang-buang hajat. Ehh...kecuali si bule deng. Ni anak lebih manja. Agak susah disuruh latihan makan sendiri.

Yaaaaaa....alhamdulillah banget, bisa punya anak empat. Sesuatu yang saya dan suami ngga pernah bayangkan. Cuma lucunya, kalo saya tanya ke si sulung yang sekarang dah masuk usia remaja, "Gimana masih mo punya adek lagi ngga??"
Dia akan dengan semangat berkata,"Tidaaaaakk....cukup 3 ajaaaaa"


Antara Orang Tekun dan Orang Jenius

07 July 2014 | comments

Copas dari tulisan teman di fb. Seorang peneliti senior yang sekolah S1 sampe S3 di Jepun. Namanya bu Is Helianti. Tulisan tentang orang tekun sama orang jenius. Silakan disimak tulisan yang singkat tapi padat inih :)

**************************

Douryoku ha Vs Sainou ha

Dalam mengkategorikan orang yang pandai, orang Jepang membaginya dalam 2 kategori. Yaitu, douryoku ha, mereka yang pandai karena akumulasi kerja keras dan kesungguhan, dan sainou ha, mereka yang pandai karena jenius dan mempunyai bakat lahir yang luar biasa.

Dalam tokoh kartun atau mangga kisah Naruto misalnya. Sahabat Naruto, Sasuke Uchiha mewakili sainou ha. Jenius menjadi ninja sejak lahir, dengan sentuhan latihan sedikit saja, dia jadi bintang di kelas ninja. Sedangkan, tokoh utama, Naruto sendiri mewakili douryoku dia bukan ninja pintar, bahkan sering tidak lulus ujian naik kelas ninja. Tetapi, Naruto pantang menyerah. Dia mencoba seribu kali lebih banyak dari Sasuke, dan akhirnya bisa menyamai level Sasuke.

Dalam masyarakat Jepang, sepertinya mereka menyadari, sainou ha hanyalah minoritas. Oleh karena itulah, dalam kamus bahasa mereka ada kata gambaru. Artinya lengkap, bisa kerja keras, terus berusaha, tak menyerah, terus semangat. Secara umum, mereka menghargai atitude sungguh-sungguh dan kerja keras. Orang biasa pun bisa menjadi luar biasa jika berusaha dengan sungguh-sungguh. Bakat menjadi non sense jika dia tak usaha.



Ada pemain baseball profesional Jepang yang berbakat tetapi selalu digambarkan sebagai douryoku ha. Ichiro Suzuki. Sampai saat ini, Ichiro masih bermain sebagai pemain baseball profesional di Amerika. Di Jepang, Ichiro adalah pemain yang top bgt. Dia relatif tak banyak memukul home run. Tapi pukulannya cerdas mengecoh lawan, dan pantang menyerah mencuri angka ketika berada di base. Kekhasannya dalam bermain baseball tidak hanya diakui di Jepang, tetapi juga di Amerika. Menjadi pemain terbaik dan masuk all stars menjadi langganan baik di Jepang maupun Amerika.

Tetapi Ichiro mencapai itu semua dengan kerja keras. Dia datang latihan beberapa jam lebih cepat dari yang lain, dan menyelesaikan latihan lebih lama dari yang lain. Di Amerika pun, saking fokusnya pada baseball, Bahasa Inggris sangat lambat dikuasainya, sehingga selalu pakai penerjemah ketika diwawancara.

Kita, anak kita, karakter masyarakat kita, harus jadi douryoku ha. Tidak bisa tidak.

*****************************
 gambar dari sini

Pentingkah Memaksakan Anak Usia Dini Dan SD Wajib Bisa Baca Tulis Hitung?

| comments

Another article dan foto yang saya ambil dari fb Komunitas Ayah Edy.
Sayang kalo ngga dibaca, supaya bikin kita termelek-melek, seperti apa pendidikan yang baik dan benar itu :)

*************************************

Seorang guru di Australia pernah berkata kepada saya
“Kami tidak terlalu khawatir jika anak2 sekolah dasar kami tidak pandai Matematika” kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai mengantri.”
Sewaktu ditanya mengapa dan kok bisa begitu ?

Saya mengekspresikan keheranan saya, karena yang terjadi di negara kita kan justru sebaliknya.
Inilah jawabanya;

1. Karena kita hanya perlu melatih anak selama 3 bulan saja secara intensif untuk bisa Matematika, sementara kita perlu melatih anak hingga 12 Tahun atau lebih untuk bisa mengantri dan selalu ingat pelajaran berharga di balik proses mengantri.

2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika kecuali TAMBAH, KALI, KURANG DAN BAGI. Sebagian mereka anak menjadi Penari, Atlet Olimpiade, Penyanyi, Musisi, Pelukis dsb.

3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari murid-murid dalam satu kelas yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan Matematika. Sementara SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan Etika Moral dan Pelajaran Berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak.

”Memang ada pelajaran berharga apa dibalik MENGANTRI ?”
”Oh iya banyak sekali pelajaran berharganya;” jawab guru kebangsaan Australia itu.

1. Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal.
2. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang.
3. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting..
4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.
5. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantri. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri)
6. Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian.
7. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya.
8. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrian belakang.
9. Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan.
10. Anak belajar memiliki RASA MALU, jika ia menyerobot antrian dan hak orang lain.
11. Anak belajar bekerjasama dengan orang2 yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil.
12. Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain
dan mungkin masih banyak lagi pelajaran berharga lainnya, silahkan anda temukan sendiri sisanya.

Saya sempat tertegun mendengarkan butir-butir penjelasannya. Dan baru saja menyadari hal ini saat satu ketika mengajak anak kami berkunjung ke tempat bermain anak Kids Zania di Jakarta.
Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan.

1. Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!”
2. Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.
3. Ada orang tua yang menggunakan taktik dan sejuta alasan agar anaknya di perbolehkan masuk antrian depan, karena alasan masih kecil capek ngantri, rumahnya jauh harus segera pulang, dsb. Dan menggunakan taktik yang sama di lokasi antrian permainan yang berbeda.
4. Ada orang tua yang malah marah2 karena di tegur anaknya menyerobot antrian, dan menyalahkan orang tua yang menegurnya.
5. dan berbagai macam kasus lainnya yang mungkin anda pernah alami juga.?

Ah sayang sekali ya.... padahal disana juga banyak pengunjung orang Asing entah apa yang ada di kepala mereka melihat kejadian semacam ini?
Ah sayang sekali jika orang tua, guru, SEKOLAH2 dan Kementerian Pendidikan kita masih saja meributkan anak muridnya tentang Ca Lis Tung (Baca Tulis Hitung), Les Matematika dan sejenisnya.

Padahal negara maju saja sudah berpikiran bahwa mengajarkan MORAL pada anak jauh lebih penting dari pada hanya sekedar mengajarkan anak pandai berhitung.
Ah sayang sekali ya... Mungkin itu yang menyebabkan negeri ini semakin jauh saja dari praktek-praktek hidup yang beretika dan bermoral. ?
Ah sayang sekali ya... seperti apa kelak anak2 yang suka menyerobot antrian sejak kecil ini jika mereka kelak jadi pemimpin di negeri ini ?

Semoga ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua para orang tua juga para pendidik di seluruh tanah air tercinta. Untuk segera menyadari bahwa mengantri adalah pelajaran sederhana yang banyak sekali mengandung pelajaran hidup bagi anak dan harus di latih hingga menjadi kebiasaan setiap anak Indonesia.

Yuk kita ajari anak kita untuk mengantri, untuk Indonesia yang lebih baik,
Yuk kita mulai dari keluarga kita terlebih dahulu, ... mau ?
Salam syukur penuh berkah...
Ayah Edy Parenting

Ada Apa Dengan Negara Kita?

30 June 2014 | comments

Kalo baca tulisan di bawah, memang asli  ngurut dada. Tapi itulah kenyataan pahiiiitt, yang dengan terpaksa kita hadapin setiap hari.
Tulisan yang saya copas dari FB Ayah Edy Parenting ini menginspirasi kita, semua yang terjadi di negara kita sebenarnya adalah buah dari pendidikan yang diterapkan di rumah dan di sekolah. Setuju?? ^_^

*******************************************************

MENGAPA POTRET NEGERI KITA JADINYA SEPERTI INI ?

Di jalan raya banyak motor dan mobil saling menyalip satu sama lain.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih cepat dan bukan menjadi lebih sabar, mereka dididik untuk menjadi yang terdepan dan bukan yang tersopan.

Di jalanan pengendara motor lebih suka menambah kecepatannya saat ada orang yang ingin menyeberang jalan dan bukan malah mengurangi kecepatannya.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak kita setiap hari diburu dengan waktu, di bentak untuk bergerak lebih cepat dan gesit dan bukan di latih untuk mengatur waktu dengan sebaik-baiknya dan dibuat lebih sabar dan peduli.

Di hampir setiap instansi pemerintah dan swasta banyak para pekerja yang suka korupsi.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah anak-anak di didik untuk berpenghasilan tinggi dan hidup dengan kemewahan mulai dari pakaian hingga perlengkapan dan bukan di ajari untuk hidup lebih sederhana, ikhlas dan bangga akan kesederhanaan.

Di hampir setiap instansi sipil sampai petugas penegak hukum banyak terjadi kolusi, manipulasi proyek dan anggaran uang rakyat
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan di sekolah mereka dididik untuk menjadi lebih pintar dan bukan menjadi lebih jujur dan bangga pada kejujuran.

Di hampir setiap tempat kita mendapati orang yang mudah sekali marah dan merasa diri paling benar sendiri.
Mengapa..?
Kerena dulu sejak kecil dirumah dan disekolah mereka sering di marahi oleh orang tua dan guru mereka dan bukannya diberi pengertian dan kasih sayang.

Di hampir setiap sudut kota kita temukan orang yang tidak lagi peduli pada lingkungan atau orang lain.
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan disekolah mereka dididik untuk saling berlomba untuk menjadi juara dan bukan saling tolong-menolong untuk membantu yang lemah.

Di hampir setiap kesempatan termasuk di face book ini juga selalu saja ada orang yang mengkritik tanpa mau melakukan koreksi diri sebelumnya.
Mengapa..?
karena dulu sejak kecil di rumah dan disekolah anak-anak biasa di kritik dan bukan di dengarkan segala keluhan dan masalahnya.

Di hampir setiap kesempatan kita sering melihat ada orang "ngotot" dan merasa paling benar sendiri.
Mengapa..?
karena dulu sejak kecil di rumah dan sekolah mereka sering melihat orang tua atau gurunya "ngotot" dan merasa paling benar sendiri.

Di hampir setiap lampu merah dan rumah ibadah kita banyak menemukan pengemis
Mengapa..?
Karena dulu sejak kecil di rumah dan disekolah mereka selalu diberitahu tentang kelemahan2 dan kekurangan2 mereka dan bukannya di ajari untuk mengenali kelebihan2 dan kekuatan2 mereka.

Jadi sesungguhnya potret dunia dan kehidupan yang terjadi saat ini adalah hasil dari ciptaan kita sendiri di rumah bersama-sama dengan dunia pendidikan di sekolah.
Jika kita ingin mengubah potret ini menjadi lebih baik, maka mulailah mengubah cara mendidik anak-anak kita dirumah dan disekolah tempat khusus yang dirancang bagi anak untuk belajar menjadi manusia yang berakal sehat dan berbudi luhur.

Di olah kembali dari tulisan George Carlinwww.ayahedy.tk
Kunjungi web ayah Edy di www.ayahkita.com

*********************************************************
gambar dari sini

Asyiiikk...Ramadhan Mau Dateng :)

28 June 2014 | comments

Alhamdulillah.... sore ini, si tamu besar nan agung udah mau dateng :)
Nyok disiapin target dan checklist yang mo dikerjain selama si tamu dateng. Mumpung masih idup dan bernapas ^-^..
Ini contoh checklist yang bisa dicontek. Alhamdulillah, dapet contekan dari temen saya yang keceh, baik hati n tidak sombong. Diambil dari fb temen saya: Siti Nurjanah (lov u sis :-*)

Untuk anak-anak seperti gambar ini:


Kalau untuk orang gede seperti ini:


Kalo mo download filenya, klik aja ini:

Ok....selamat bersenang-senang dan bermesraan dengan Allah swt  di bulan Ramadhan  V^-^V


Tukang Sampah di Jepang

16 June 2014 | comments

Tau ngga sih, kalo tukang sampah di Jepang tuh, termasuk profesi yang dihargai?
Mau tau berapa gajinya? Yap, 8000 dolar per bulan. Kalo konversi ke rupiah kita dengan asumsi 10.000 dolar/rupiah *biar gampang ngaliin gitu loh* berarti 8 juta rupiah sebulan !!!

Wow banget kan?? ^-^V
Jadi inget cerita suami, yang temennya pernah kerja part time jadi tukang sampah di Jepang. Katanya kerjanya enak, ngga capek. Malah ada acara tidur siang lagi, supaya tenaganya bisa full setelah setengah harian bekerja. Pergi ke kantor pake jas rapih, nyampe sana ganti sama seragam kerja yang rapi dan komplit dengan sarung tangan dan masker. Plus gajinya lumayan cukup untuk anak kuliahan.

Baidewei, saya tertarik nulis ini, karena baca status fb di bawah ini :D
Silakan di translate sendiri yak.... kalo saya yang translate ntar salah-salah lagi...maklum belum bersertifikat :p

***************************************
In Japan, employees who clean the trash from the streets are not called "Trashmen". They are called "HEALTH ENGINEERS"!!! Because of this respect, Japan has the world's cleanest streets.

And get this: How much are those Health Engineers paid? It's $8,000 dollars a month! Why? Because by law, there are 3 types of jobs that must get Double Payment, called the 3 D's: Dirty, Dangerous, or Distant!

In Islam, each and every one of us must be a Health Engineer, because our Prophet taught us "Removing harm from the road is a Charity!"



*tulisan dan gambar diambil dari fb Islam For Kids

Islamic Parenting #4: Orang Tua Durhaka

14 June 2014 | comments

Eeeiitts...ngga kebalik nih? Biasanya yang sering terdengar itu, anak yang durhaka. Tapi ternyata, orang tua juga bisa durhaka loh...
Simak tulisan Ust. Mohammad Fauzil Adhim ini...
Jadi terharu ngebacanya....dan sangat menampar diri saya sendiri -___-

********************************************************************

Mendurhakai Anak

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

SEORANG laki-laki datang menghadap Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu. Ia bermaksud mengadukan anaknya yang telah berbuat durhaka kepadanya dan melupakan hak-hak orangtua. Kemudian Umar mendatangkan anak tersebut dan memberitahukan pengaduan bapaknya. Anak itu bertanya kepada Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah anak pun mempunyai hak-hak dari bapaknya?” . “Ya, tentu,” jawab Umar tegas. Anak itu bertanya lagi, “Apakah hak-hak anak itu, wahai Amirul Mukminin?”. “Memilihkan ibunya, memberikan nama yang baik, dan mengajarkan al-Qur’an kepadanya,” jawab Umar menunjukkan. Anak itu berkata mantap, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku belum pernah melakukan satu pun di antara semua hak itu. Ibuku adalah seorang bangsa Ethiopia dari keturunan yang beragama Majusi. Mereka menamakan aku Ju’al (kumbang kelapa), dan ayahku belum pernah mengajarkan satu huruf pun dari al-Kitab (al-Qur’an). “Umar menoleh kepada laki-laki itu, dan berkata tegas, “Engkau telah datang kepadaku mengadukan kedurhakaan anakmu. Padahal, engkau telah mendurhakainya sebelum dia mendurhakaimu. Engkau pun tidak berbuat baik kepadanya sebelum dia berbuat buruk kepadamu.”

 

Kata-kata Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu ini mengingatkan kepada kita -para bapak- untuk banyak bercermin. Sebelum kita mengeluhkan anak-anak kita, selayaknya kita bertanya apakah telah memenuhi hak-hak mereka. Jangan-jangan kita marah kepada mereka, padahal kitalah yang sesungguhnya berbuat durhaka kepada anak kita. Jangan-jangan kita mengeluhkan kenakalan mereka, padahal kitalah yang kurang memiliki kelapangan jiwa dalam mendidik dan membesarkan mereka.

Kita sering berbicara kenakalan anak, tapi lupa memeriksa apakah sebagai orangtua kita tidak melakukan kenakalan yang lebih besar. Kita sering bertanya bagaimana menghadapi anak, mendiamkan mereka saat berisik dan membuat mereka menuruti apa pun yang kita inginkan, meskipun kita menyebutnya dengan kata taat. Tetapi sebagai orangtua, kita sering lupa bertanya apakah kita telah memiliki cukup kelayakan untuk ditaati. Kita ingin mereka mengerti keinginan orangtua, tapi tanpa mau berusaha memahami pikiran anak, kehendak anak dan jiwa anak.

Pendidikan yang kita jalankan pada mereka hanyalah untuk memuaskan diri kita, atau sekedar membebaskan kita dari kesumpekan lantaran dari awal sudah merasa repot dengan kehadiran mereka. Bahkan, ada orangtua yang telah merasa demikian repotnya menghadapi anak, ketika anak itu sendiri belum lahir.

Teringatlah saya ketika suatu hari pergi bersama istri dan anak saya. Muhammad Nashiruddin An-Nadwi, anak saya yang keempat, masih bayi waktu itu dan sedang lucu-lucunya (sekarang pun dia masih sangat lucu dan menggemaskan) . Sembari menunggu bagasi, seorang ibu yang modis bertanya kepada istri saya, “Anak pertama, Bu?”. “Bukan,” jawab istri saya, “Ada kakaknya, cuma nggak ikut.” “Ou. Memangnya, berapa anaknya, Bu?” tanya ibu itu segera. “Baru empat. Ini anak yang keempat,” jawab saya ikut menimpali. “Empat???” tanya ibu itu dengan mata terbelalak. Tampaknya ia kaget sekaligus heran. Kemudian dia segera mengajukan pertanyaan berikutnya, “Yang paling besar sudah kelas berapa?”. “TK A. Nol kecil,” jawab istri saya.

Ibu itu tampak sangat kaget. Begitu kagetnya, sehingga nyaris berteriak, “Ya, ampun.. Empat! Apa nggak repot itu? Saya punya anak satu saja rasanya sudah repot sekali. Ribut. Nggak mau diatur. Apalagi kalau empat. Nggak terbayang, deh. Bisa-bisa mati berdiri saya.”.

Ungkapan spontan ibu ini adalah cermin kita, cermin yang menggambarkan betapa banyak orang yang menjadi orangtua semata-mata karena dia punya anak.Bukan gambaran tentang kematangan jiwa atau kualitas kasih sayang. Anak hadir dalam kehidupan mereka semata-mata sebagai resiko menikah, sehingga sinar mata anak-anak yang masih jernih tanpa dosa tak mampu membuat orangtuanya terhibur.

Terkadang orangtua sudah lama merindukan anak. Tetapi ia memiliki gambaran sendiri tentang anak seperti apa yang harus lahir melalui rahimnya, sehingga ia kehilangan perasaan yang tulus saat Allah benar-benar mengaruniakan anak.Terlebih ketika yang lahir, tidak sesuai harapan. Orangtua yang sudah terlalu panjang angan-angannya, bisa melakukan penolakan psikis terhadap anak kandungnya sendiri. Atau memperlakukan anak itu agar sesuai dengan harapannya. Inginnya anak perempuan, yang lahir laki-laki. Maka anak itupun diperlakukan seperti perempuan, sehingga ia berkembang sebagai bencong. Atau sebaliknya, anak itu menjadi bulan-bulanan kekesalan orangtua, bahkan ketika anaknya sudah memiliki anak. Ketika anaknya sudah menjadi orangtua.

Kejadian semacam ini tidak hanya sekali terjadi di dunia. Karena yang lahir tidak sesuai harapan, kadang anak akhirnya menjadi tempat menimpakan kesalahan. Apapun yang terjadi, anak inilah yang menjadi kambing hitam. Setiap ada yang salah, anak inilah yang harus ikut menanggung kesalahan. Atau bahkan dia yang harus memikul seluruh kesalahan, meskipun bukan dia penyebabnya. Terkadang bentuknya tidak sampai seburuk itu, tetapi akibatnya tetap saja buruk. Anak merasa tertolak. Ia tidak kerasan di rumah, meskipun rumahnya menawarkan kemegahan dan kesempurnaan fasilitas. Ia merasa seperti tamu asing di rumahnya sendiri.

Saya teringat dengan cerita seorang kawan yang mengurusi anak-anak jalanan. Suatu ketika ia menemukan seorang anak yang babak belur mukanya dihajar sesama anak jalanan karena berebut lahan di sebuah stasiun. Wajahnya sudah nyaris tak berbentuk. Anak ini kemudian ia selamatkan. Ia rawat dengan baik dan penuh kasih-sayang. Setelah kondisi fisiknya pulih dan emosinya pun sudah cukup baik, ia tawarkan kepada anak itu dua pilihan; dipulangkan ke rumah orangtua atau dikirim ke sebuah lembaga pendidikan. Seperti anak-anak lain di muka bumi, selalu ada perasaan rindu pada orangtua. Maka ia mengajukan pilihan dipulangkan ke rumah orangtua.

Staf dari kawan saya ini kemudian berangkat mengantarkan pulang ke sebuah kota di Jawa Tengah. Nyaris tak percaya, orangtua anak itu ternyata memiliki kedudukan yang cukup terhormat. Bapaknya seorang jaksa dan ibunya seorang kepala sekolah sebuah SMP. Rumahnya? Jangan tanya. Mereka sangat kaya. Cuma satu yang mereka tidak punya: perasaan. Melihat anaknya yang sudah dua tahun meninggalkan rumah, tak ada airmata haru yang menyambutnya. Justru perkataan yang sangat tidak bersahabat, “Ngapain kamu pulang?”. Melihat sambutan yang sangat tidak bersahabat ini, staf teman saya segera mengajak anak itu kembali ke Jogja.

Tak ada airmata yang melepas. Tak ada rasa kehilangan dari orangtua saat anak itu kembali meninggalkan rumah.Yang ada hanyalah perasaan yang remuk pada diri anak. Di saat ia ingin dididik oleh orangtua yang menjadi pendidik di SMP, yang ia dapatkan justru sikap sangat kasar. Benar-benar perlakuan yang sangat kasar, menyakitkan dan menghancurkan perasaan. Jangankan anak yang masih usia SD itu, pengantarnya yang sudah dewasa pun merasakannya sebagai penghinaan luar biasa. Penghinaan tanpa perasaan, tanpa nurani dan tanpa kekhawatiran akan beratnya tanggung-jawab di yaumil-akhir. Karena itu, tak ada pilihan yang lebih baik kecuali menyingkirkan si anak dari orangtuanya yang durhaka.

Kisah anak jalanan ini hanyalah satu di antara sekian banyak kedurhakaan orangtua pada anak. Tak sedikit anak jalanan yang lari dari rumah dan lebih memilih kolong jembatan sebagai tempat tinggal, padahal orangtuanya memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan kekayaan yang besar. Seorang anak jalanan yang sudah direhabilitasi, orangtuanya ternyata anggota dewan sebuah daerah.

Apa yang terjadi sesungguhnya? Banyak hal, tetapi semuanya bermuara pada hilangnya kesadaran bahwa anak-anak itu tidak hanya perlu dibesarkan, tetapi harus kita pertanggungjawabkan ke hadapan Allah Ta’ala. Hilangnya kesabaran menghadapi anak, kadang karena kita lupa bahwa di antara keutamaan menikah adalah menjadikannya sebagai sebab untuk memperoleh keturunan (tasabbub). Kita membatasi berapa anak yang harus kita lahirkan demi alasan kesejahteraan dan kemakmuran, sembari tanpa sadar kita melemahkan kesabaran dan kegembiraan kita menghadapi anak-anak.

Dulu, sebagian orangtua kita bekerja sambil memikirkan nasib anak-anak kelak setelah ia mati: masih samakah imannya? Sekarang banyak orangtua mendekap anaknya, tetapi pikirannya diliputi kecemasan jangan-jangan satu peluang karier terlepas akibat kesibukan mengurusi anak.

Dulu orangtua meratakan keningnya untuk mendo’akan anak. Sekarang banyak orangtua meminta anak berdo’a untuk kesuksesan karier orangtuanya.


****************************************
gambar dari sini

Islamic Parenting #3: MENGATASI STRESS SAAT MENGASUH ANAK

| comments

 MENGATASI STRESS SAAT MENGASUH ANAK

by : bendri jaisyurrahman (twitter : @ajobendri)

1| Kerja yg padat, fisik yg lelah, anak-anak yg sulit diatur, utang yg menumpuk, berujung pada stress. Dampaknya marah-marah ke anak

2| Akibatnya anak jadi tak nyaman berinteraksi. Lebih senang di luar rumah, bermain dengan teman. Pulang bawa perilaku membangkang. Ortu pun makin stress

3| Bagi anak usia dini, saat berinteraksi dengan ortu yg stress akan kehilangan rasa nyaman dan cenderung pasif tak bisa berprestasi

4| Anak pun juga belajar cara ekspresikan perasaan dari ortu yg stress. Jika marah membentak, melempar, bahkan memukul

5| Ikatan emosional juga cenderung berkurang yang berujung hilangnya rasa nyaman dan percaya. Saat remaja 'tertutup' dari orang tua

6| Stress ibarat sampah. Sementara anak seharusnya menerima bunga. Mengasuh dengan stress menjejalkan sampah hingga menumpuk di anak

7| Ingat-ingat kembali tentang harapan saat menikah yakni memiliki anak, hadiah dari Allah. Tegakah kita menyakiti amanah Allah ini?

Sementara begitu banyak pasangan yg belum dikaruniakan anak? Bersyukurlah dengan cara tidak menyakiti anak dalam kondisi apapun

9| Kenali pemicu stress : lapar, ngantuk, lelah ataupun sedih. Jika alami hal tersebut lebih baik menghindar dari anak agar tak jadi korban

10| Coba jujur akan masalah yg dihadapi. Apakah dari luar atau dari perilaku anak? Jangan sampai marah2 ke anak tersebab kita habis dimarahi oleh bos

11| Kerjasama antarpasangan amatlah membantu. Saat kita stress minta pasangan kita untuk memegang anak dulu. Atau cari pihak lain yg amanah

12| Ingatlah, bahwa anak ini tanggung jawab bersama. Jadi bukan hanya satu pihak yang mengasuh. Apalagi kalau memiliki anak yg banyak. Lelahnya

13| Sekali-kali rencanakan waktu sendiri > "me time" guna melakukan relaksasi dan refleksi diri. Jika sudah relax, lebih mudah mengatasi masalah anak

14| Buat program "me time" dalam sepekan beberapa jam. Agar tidak banyak emosi negatif yang menumpuk. Komunikasikan ke pasangan

15| Analisis kembali perilaku anak yg bisa menambah stress dan siapkan antisipasinya. Contoh : anak rebutan mainan » beli mainan baru hehe..pihak ayah malah jadi stress

16| Banyak baca2 buku tentang anak. Kadang pemicu stress karena ketidaktahuan akan tahap kembang anak. Jika perlu bertanya kepada ahli

17| Kalau terlanjur stress ketika bersama anak, tarik nafas dalam2 guna mengurangi ketegangan syaraf

18| Ubah posisi tubuh. Jika sedang di atas pohon segera turun . Jika sedang berdiri segera duduk. Jika duduk segera berbaring atau keluar rumah agar dapat suasana baru

19| Ungkapkan perasaan secara jujur kepada anak "maaf ya nak. Ayah kesal kamu teriak2 trus. Ayah terganggu". Anak belajar ungkap perasaan

20| Segera minta bantuan pihak lain jika makin stress. Tinggalkan anak sejenak. Jangan ikuti emosi saat itu. Rugi

21| Jika kesal berkecamuk terhadap perilaku anak, pandangi fotonya saat bayi. Tegakah kita menyakiti bayi yg sudah tumbuh itu?

22| Segera berwudhu dan sholat 2 rakaat. Jika sedang berhalangan, bagi para ibu, cukup wudhu saja. Doa dan curhat jujur kepada Pemberi Amanah

23| Minta maaf kepada Allah karena hendak marah sama anak yg merupakan pemberianNya. Berharap Allah kasih jalan segera dan lembutkan hati

24| Jika terlanjur marah kepada anak, dan Anda tersadar. Buru-buru minta maaf. Jangan biarkan anak terlalu lama dalam prasangka 'takut' kepada kita

25| Semoga kita bisa kendalikan stress agar anak selalu terjaga perasaannya. Terus berlatihlah kendalikan emosi kita. Silahkan sebar jika ada guna (bendri jaisyurrahman)


*****************
 gambar dari sini

Oh Belitung....

12 June 2014 | comments

Akhir Mei tanggal merah berderet-deret....bikin mata jadi sepet...eh maksudnya jadi seneng. Berarti bisa liburan doooong. Etapi, kalo buat saya mah, ngga terlalu ngefek yak, mo tanggal merah ato ngga. Secara saya ini adalah seorang emak rumah tangga yang kerjanya ngurusin rumah dan tangga...hihihi.

Maksudnya, saya pan sehari-hari udah di rumah gitu loh. Jadi yang berasa banget, saya ngga perlu heboh sureboh di pagi hari, nyiapin anak-anak berangkat sekolah, de el el. Saya mah kalo tanggal merah, pengennya leyeh-leyeh or bobo-bobo aja seharian sambil ngemil ala garfield....*ketahuan emak gembul*

Tapi beda dengan suami, yang bawaannya pengen travelling. Yasud, akhirnya diputusin, kita liburan ke Belitung. Sebulan sebelumnya suami dah booking tiket n penginapan. Harganya normal lah, tapi masih lebih murah dibanding tiket ke Jepang...hehehe #dilempar sendal sama penonton

Saya mah asik browsing sana sini, ngeliat n ngebaca cerita ceriti tentang orang-orang yang sudah ke sana. Hm, kayaknya sih keren banget yak, pantai-pantainya.

Singkat cerita -si emak lagi males nulis panjang-, selama 4 hari di sana, ada 2 hari saya tepar...hiks.
Tapi paling tidak, saya sempat seharian ngabisin waktu di Pantai Tanjung Tinggi, yang terkenal sama pasir pantai ala terigu -saking haluuuuuuss banget- dan batu-batu raksasa yang ajaib ituh.....
Wah, pokoknya bikin betah deh. Saya sampe 3 jam-an berendam n berenang di sana. Walo setelah itu saya masuk angin selama seminggu *ketahuan deh sepuhnya -__-!

Moral of storynya, besok-besok kalo ada penonton yang mau ke belitung, jaga kesehatan yak. Berhubung di sana rekreasinya serba pantai dan serba basah, jadi badan harus kuatt dan bertenaga.
Jangan kayak saya, yang beberapa hari sebelumnya, masih sering tidur telat tapi makan ngga pernah telat :p...jadinya masuk angin berton-ton -_____-

Baidewei, ini foto-foto hasil jepretan kemaren :)

Lihaaaaaaatt....itu pasirnya putih dan haluuuusss....serasa nginjek terigu !!! 
*abaikan sendal-sendal ituh*

Air lautnya biru dan tenaaaanggg plus angeeeeeett.....
asli deh, bawaannya jadi pengen berendam terus :D

Ini loh.....batu-batu raksasa yang menakjubkan....
*jangan perhatiin dasternya yak*

Jalan diantara bebatuan sambil ngetes otot tangan

Masih.....batu-batu ajaib

Masih tetep tersepona *lima tingkat di atas terpesona* sama para batu

Perjalanan ke pulau-pulau.... 
*sementara saya tergeletak tak berdaya di hotel*

Di pulau apa ini ya? *masih edisi ngga ikutan ngiterin pulau*







Jadiiiii, kalo di Belitung itu, wisatanya paling maen di laut, sama naik perahu plus snorkeling di pulau-pulau. Sayang banget deh, kemarin ga sempet ikutan naik perahu. Tapi gapapa juga sih.
Soalnya saya merasa sudah cukup terhibur waktu berenang di Tanjung Tinggi. Sebab, ketika kita masukin kepala di dalam laut, maka akan terlihat ikan-ikan kecil yang lucu dan lumayan banyak. Malah yang kayak nemo juga ada loh. Ngga perlu jauh-jauh dan capek-capek naik perahu dan keliling pulau segala....*ngibur diri*

Eniwei, Alhamdulillah....masih dikasih kesempatan menikmati salah satu wisata pantai terindah yang pernah saya temuin....
Mudah-mudahan dengan liburan seperti ini, bikin hati makin merunduk sama yang Maha Indah....

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger