Renovasi
13 December 2012 | comments
Rencana renovasi sebenarnya sudah lama. Berhubung adaaaa saja yang rusak di rumah ini. Kusen pintu yang hancur dimakan rayap. Genteng yang bocor. Toilet yang airnya menggenang. Banjir di teras belakang. Tangga besi yang dah copot. Plafon yang bolong gara-gara keseringan kena hujan. Sampe tikus, yang makin ke sini, populasinya kok tambah banyak saja ya.
Karena saya, ehm, yang merasa paling menderita, kalau ada tukang di rumah...*tau sendirilah, ngga bebas gitu loh, belum lagi suara-suara berisik alat-alat pertukangan*, walhasil rencana renov diunduuurrr berbulan-bulan....sampai akhirnya kesampaian juga minggu ini. Maklum, musim hujan kemaren, ini rumah, terutama di kamar saya, di penuhi dengan baskom dan ember. Yasud, palu diketok. Siap-siap panggil tukang.
Acara panggil tukang akhirnya diundur pulak, karena setelah timbang sana timbang sini, kok ya lebih sreg pake tukang insinyur aka arsitek ya. Secara renovasinya sekalian mau ngeluasin dan nambah ruangan dan ngedak sekian atap, yang berarti, akan ada pergeseran dinding dan tentu berarti akan terjadi perubahan struktur rumah, walau cuma sedikit. Pikiran saya dan suami, kalau arsitek, dia pastinya lebih paham masalah kekuatan bangunan dan juga bisa ngasih masukan dari sisi desain artistik.
Soalnya seperti yang pernah saya baca di internet dan tabloid rumah, ada beberapa kejadian, dimana rumah yang di renov, entah lantai 2 nya jadi agak ambles dan miring, sampai yang lantainya bergetar kalau dipake jalan..*serem amat*. Ya itu kan gara-gara si empunya rumah dan si tukang, main asal tambah sana, tambah sini, hancurin sana-sini, tanpa mengetahui kekuatan asal struktur bangunan. Yang penting muraaahh. Padahal resikonya tentu saja jauh lebih mahal, karena ini menyangkut keselamatan jiwa para penghuni rumah.
Ya kalau cuma ngecet, atau sekedar pasang keramik, atau benerin genteng bocor, ya pake tukang saja cukup. Lagian mangnye ada arsitek yang mau turun tangan buat ngerjain itu...hehe
Setelah usaha browsing, nyari jasa renov yang cocok, alhamdulillah, akhirnya ketemu juga.
Saya baru tahu, ada poin-poin penting yang perlu dijalanin sebelum deal sama sang kontraktor:
1. Kirim imel ke mereka, tentang apa yang kita inginkan terkait masalah renov. Plus jangan lupa, sertain pulak gambar design awal rumah kita.
2. Biasanya nanti pihak kontraktor meminta waktu untuk survey ke rumah. Melihat dan mengamati apa saja yang perlu dilakukan supaya rumah jadi bener. Survey ini gratis. Kita ngga perlu bayar.
3. Kita bisa diskusi dan minta mereka untuk membuatkan RAB (rencana anggaran biaya) terkait item-item perbaikan yang harus dilakukan.
4. Mereka akan nyerahin RAB via imel, kurleb 2-3 hari. Di situ kita bisa cek biayanya berapa. Nah, di sini kita bisa lanjutkan, mau teken deal, atau cari kontraktor lainnya.
Kalau rajin, memang sebaiknya ada beberapa kontraktor yang kita hubungi sekaligus, untuk perbandingan harga. Tapi secara saya merasa repot, jadi saya cuma cukupkan dua kontraktor saja, yang bisa saya bandingin RABnya.
5. Setelah ok dengan RAB, kita bisa minta ke mereka untuk dibuatkan gambar 3D, bagaimana penampakan rumah kita, setelah direnov. Gambar 3D ini, akan dipresentasikan oleh sang arsitek di rumah kita. Karena pake software khusus, jadi ngga bisa dikirim via imel. Pas presentasi itu, kita bisa diskusi, misalnya, bagaimana kalau posisi pintu dirubah ke bagian ujung, atau bagaimana kalau posisi tembok dimundur sekian meter. Nanti di software itu, sang arsitek akan merubah gambar sesuai keinginan kita, dan ...teraaaaa.....dalam sekejap, langsung terlihat perubahan dalam gambar tsb.
Wah, pokoknya keren deh. Saya dan suami sampai takjub melihat pemandangan 3D tersebut ^-^ *norak.com*
6. Kalau sudah puas, 1-2 hari kemudian mereka akan datang ke rumah, sambil membawa surat perjanjian kontrak renovasi dalam jangka waktu tertentu, yang sudah ditempeli materai. Di surat itu juga dituliskan, DP dan termin pembayaran sekian waktu yang harus kita lunasi. Biasanya pembayaran tersebut disesuaikan dengan progress renov.
Oiya, selama proses renov, kita juga bisa milih, mau tetap tinggal di rumah, atau hijrah alias ngontrak ke rumah lain. Kalau saya milih bertahan, karena ngga mau repot...hehehe. Walaupun tetep aja repot sih..secara kita hijrahnya ke lantai 2. Karena punya tiga balita, kudu penuh perjuangan juga, untuk bisa menahan mereka, ngga ngelayap ke bawah. Teteeeuup aja ada repotnya.
Yah, namanya juga hidup, ya memang penuh kerepotan, atau bahasa kerennya, penoeh perdjoeangan ^-^: Bener kan??
Post a Comment