Hebatkah Jepang? (1)

03 December 2012 | comments (1)



Ya, Jepang memang hebat. Seluruh dunia mengakuinya. Dari sisi teknologi, nyaris sulit mencari negara yang bisa menandinginya. Teknologi Jepang menyentuh hampir seluruh bidang kehidupan manusia. Sampai yang sepele, yaitu urusan toilet. Hal yang sangat biasa di Jepang, toiletnya menggunakan mesin otomatis, untuk urusan bersih-bersih bagian bawah tubuh. Dan toilet canggih seperti ini, ada dimana-mana, di apartemen tempat saya tinggal, perkantoran, rumah sakit, dan pertokoan. Toilet seperti ini, sering muncul di liputan tv asing, yang belakangan saya tonton setelah pindah ke Ina. Tapi maaf, kali ini, saya bukan bercerita, mengenai kehebatan teknologi per-toilet-an di Jepang. Nanti deh, kalau sempat, saya tulis edisi khusus tentang toilet ini. (maklum, pengunjung setia toilet ^_^)

Saya, mungkin juga sebagian besar kita, sangat kagum dengan negara satu ini. Apalagi buat orang yang sudah pernah kesana, atau menetap, yang terkenang pasti semua sisi baik dari kehidupan mereka. Dan akhirnya, muncul sindrom berupa sikap membanding-bandingkan dengan negara sendiri.

Saya pun terkena sindrom ini. (coba deh baca tulisan-tulisan saya, terutama masa-masa dimana saya baru hijrah ke Ina). Untuk mengimbanginya, saya selalu menekankan ke diri saya untuk tidak subjektif. Bagaimanapun, Jepang tidak selalu hebat. Toh tidak ada yang sempurna di dunia ini. Dibalik kehebatannya, tetap tersimpan sisi-sisi gelap. Contoh nyata yang sering muncul di berita, adalah tingginya angka bunuh diri di Jepang. Salah satunya disebabkan oleh kasus ijime, atau bullying, di sekolah-sekolah. Yang sepertinya hampir setiap tahun, selalu menjadi isu utama di kalangan orangtua, guru, dan anak-anak bahkan pemerintah dikabarkan ikut turun tangan, saking sulitnya menghilangkan tradisi satu ini.

Kalau di Indonesia, mungkin seperti kasus tawuran antar pelajar ya. Bedanya, di Jepang, anak korban bullying yang membunuh dirinya sendiri. Kalau di Ina, korbannya ya karena dibunuh anak lain.
Selain karena ijime, penyebab lainnya adalah stress. Yang aneh dan lucu, rata-rata orang Jepang memilih bunuh diri di tempat-tempat umum. Yang paling menjadi tempat favorit, adalah rel kereta. Terutama di jam-jam sibuk. Semakin strategis rute kereta, maka semakin favoritlah tempat itu. Contohnya, Chuo Line, kereta dengan rute yang melewati kawasan pusat Tokyo. Jalur satu ini termasuk top rate di kalangan pebunuh diri.

Imbasnya, ketika ada orang yang nekat merelakan tubuhnya dilindas, maka kereta akan berhenti mendadak, dan walhasil, seluruh rute perjalanan di jalur tersebut menjadi terganggu. Ya, karena petugas kereta, harus membersihkan, ehm, sisa-sisa jasad yang menempel di rel ataupun di badan kereta. Iih, ngeri.
Untung saya belum pernah melihat langsung kejadian itu. Beda dengan teman saya yang pernah melihat dengan mata kepala sendiri, peristiwa menyeramkan itu. Yang akhirnya, membuat dia menjadi trauma setiap naik kereta.



Share this article :

+ comments + 1 comments

July 25, 2014 at 3:47 PM


Senang rasanya bisa berkunjung ke website anda" mudah-mudahan
infonya bermanfaat Terimakasih sudah berbagi

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger