What?? 12 Anak??

17 February 2014 | comments

Habis browsing, ketemu sama cerita bagus. Pengalaman sepasang suami istri dalam membesarkan ke-12 anak mereka. Kereeeeen. Secara saya aja dengan empat anak berasa ngos-ngosan.
Biar ngga penasaran, ceritanya saya copas di bawah. Linknya sendiri saya ambil dari sini.

*********



Bagaimana Cara Saya Membesarkan Ke-12 Anak Saya

Saya dan istri memiliki 12 orang anak saat usia pernikahan kami 15
setengah tahun. Bulan Maret mendatang, kami akan merayakan ulang tahun
pernikahan yang ke 40 tahun.

Sekarang anak pertama saya sudah berusia 37 tahun dan yang paling kecil
berusia 22 tahun. Saya memiliki pekerjaan yang mapan dan punya banyak
uang untuk bisa memberikan apapun bagi anak-anak saya. Namun saya dan
istri sudah sepakat untuk tidak melakukan hal itu.

Saya akan berbagi pengalaman kepada Anda bagaimana cara saya dan istri
membesarkan anak-anak kami dan apa saja yang sudah kami lakukan untuk
mereka. Namun sebelumnya, 1 hal yang ingin saya tunjukkan kepada Anda
bahwa hasil akhir dari usaha kami adalah semua anak kami sudah
menyelesaikan pendidikan mereka dengan bergelar sarjana, dan kami
sebagai orang tua tidak membayar apapun untuk biaya kuliah mereka.

Mereka yang sudah menikah juga memiliki pasangan istri atau suami
berparas cantik dan tampan, beretika baik, dan juga bergelar sarjana.
Saat ini saya dan istri sudah dikaruniai 18 orang cucu yang kesemuanya
belajar hal yang sama dengan apa yang dulu saya ajarkan kepada anak-anak
saya tentang rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, selalu
bersyukur, dan rasa berbagi kepada sesama.

Anak-anak kami tinggal dan membangun keluarga kecil mereka di beberapa
tempat berbeda. Ada yang di Utah, Florida, dan California. Sedangkan
saya dan istri sekarang tinggal di Colorado. Landasan kami selama hidup
berkeluarga adalah Cinta yang nyata. Kami ingin membuat anak-anak kami
merasa dicintai dan bahagia.

Oleh karena itu mereka akan selalu melihat kehidupan rumah yang nyaman,
stabil dan berkomitmen . Jadi inilah yang telah kami lakukan kepada
anak-anak kami (walaupun kami terkadang juga melakukan kesalahan, tapi
itu ada di daftar yang lainnya) :

Tugas Rutin

  * Anak-anak kami sudah memiliki tugas wajib sejak mereka berusia 3
    tahun. Walaupun di umur 3 tahun mereka belum bisa membersihkan
    toilet dengan rapi dan bersih akan tetapi ketika mereka berusia 4
    tahun, tugas ini akan dikerjakan dengan sangat baik.
  * Mereka akan mendapat imbalan atas tugas-tugas rutin itu sesuai
    dengan hasil yang sudah dilakukan selama seminggu.
  * Anak-anak kami juga mencuci pakaian mereka sendiri saat berusia 8 tahun.
  * Ketika mereka mulai bisa membaca, mereka harus membuat makan malam
    dengan membaca resep masakan. Mereka juga harus belajar menggandakan
    resep tersebut.
  * Anak-anak kami pun harus belajar menjahit baik yang laik-laki maupun
    perempuan.

Waktu Belajar

Pendidikan sangat penting dalam keluarga kami.

  * Kami punya waktu belajar sendiri mulai pukul 6 PM hingga 8 PM setiap
    hari kecuali sabtu dan minggu. Tidak ada televisi, komputer, games,
    atau aktifitas lainnya hingga 2 jam ini selesai. Bila ada diantara
    mereka yang tidak memiliki tugas rumah dari sekolah, mereka
    diwajibkan membaca buku pelajaran / pengetahuan umum lainnya. Dan
    bagi anak kami yang belum bersekolah, kami punya orang untuk
    membacakan mereka buku cerita atau pengetahuan ringan. Setelah 2 jam
    waktu belajar ini selesai barulah mereka boleh melakukan kegiatan
    apa saja yang mereka inginkan hingga batas jam malam.
  * Mereka semua wajib mengambil kelas tambahan yang ada untuk menunjang
    nilai-nilai sekolah, dan kami sebagai orang tua berjanji untuk
    mendukung mereka sepenuhnya dengan cara meluangkan waktu menemani
    mereka belajar untuk memastikan bahwa mereka benar-benar mengerti
    dengan pelajaran di sekolah.
  * Jika ada anak kami yang pulang sekolah protes dengan sikap guru atau
    temannya yang mengatakan “guru itu tidak menyukaiku”, “temanku jahat
    dan memukul aku”. Respon kami sebagai orang tua adalah memahami
    perasaannya dan memberi pengertian bahwa hidup memang berjalan
    sebagaimana mestinya. Kami mengajari mereka bahwa kita terkadang
    perlu memahami orang lain dan menemukan cara bagaimana bisa bergaul
    dengan teman atau menjaga hubungan baik terhadap guru ataupun orang
    lain di sekitar kita.

Sebagai orang tua kita perlu mengajari mereka belajar tentang kehidupan
itu sendiri.

Karena di dunia nyata banyak hal yang bisa terjadi. Kami tidak
membiarkan anak-anak kami tumbuh untuk menyalahkan orang lain tanpa
belajar sesuatu, tetapi kami menanamkan rasa tanggung jawab sejak dini.
Dan tentu saja, itulah alasan kami akan selalu berada di antara mereka
pada waktu jam belajar agar kami bisa membantu mereka.

Aturan makan

  * Kami semua selalu sarapan dan makan malam bersama. sarapan dimulai
    pukul 5.15 am karena mereka harus menyelesaikan tugas rutin mereka
    sebelum berangkat ke sekolah. Sedangkan makan malam pukul 5.30 pm.
  * Lebih luas lagi, kami menginginkan diet seimbang.

Saat kita masih kecil, orang tua kita sering memaksa kita untuk makan
makanan yang tidak kita sukai dan harus menghabiskannya walaupun kita
sudah kenyang.

Aturan di keluarga kami adalah kami tetap menyiapkan menu makanan yang
tidak disukai di awal makan seperti sayuran, setelah itu kami baru
mengeluarkan makanan kesukaan mereka. Kami tidak memaksa anak-anak kami
harus makan tapi kami memberikan pilihan bila mereka tidak mau makan
silahkan tinggalkan meja makan.

Tapi jika setelah itu ada yang mengeluh lapar, mereka dipersilahkan
menghangatkan sendiri makanannya di /microwave/. Sekali lagi, kami tidak
pernah memaksakan  anak-anak kami harus makan makanan yang disediakan
saat itu, tapi mereka tidak punya pilihan lain sampai jam makan berikutnya.

  * Tidak ada snack diwaktu makan. Kami selalu memiliki empat kelompok
    makanan seperti daging, susu, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran
    dan ada beberapa hidangan penutup.
  * Sampai saat ini anak-anak kami tidak takut untuk mencoba makanan
    yang berbeda dan tidak ada yang memiliki alergi terhadap makanan
    apapun. Mereka mencoba semua jenis makanan baru dan makan hanya
    sampai mereka kenyang. Tidak satupun dari mereka yang punya masalah
    dengan berat badan. Mereka kurus dan atletis. Dengan memiliki 12
    orang anak, mungkin Anda berpikir akan ada satu yang memiliki
    alergi. Nyatanya tidak. Mereka semua sehat. Dan saya bukanlah
    seorang dokter.

Ekstrakulikuler

  * Semua anak wajib berolahraga. Mereka harus memilih 1 atau lebih
    jenis olahraga. Tapi memilih untuk tidak bermain bukan salah satu
    pilihan bagi kami. Kami memulainya dari sekolah dasar. Tidak peduli
    itu berenang, sepak bola, basket, baseball, tennis atau apapun
    asalkan mereka tetap bermain sesuatu. Jika ada yang ingin beralih ke
    olahraga lain, kami mengizinkannya.
  * Semua anak juga harus ikut klub seperti pramuka misalnya, pementasan
    drama, dll.
  * Mereka diminta juga untuk bergabung dalam komunitas pelayanan kepada
    masyarakat. Ikut kegiatan amal secara suka rela dalam komunitas di
    lingkungan maupun keagamaan. Melalui kegiatan ini mereka diajarkan
    untuk melihat kehidupan sesungguhnya di beberapa keluarga yang
    berbeda dan bagaimana menghargai setiap perbedaan.

Kemandirian

  * Ketika anak-anak kami berusia 16 tahun, saya membeli sebuah mobil
    untuk mereka. Anak pertama saya belajar sesuatu ketika ia
    mendapatkan mobil barunya diderek ke bagasi mobil rumah kami.

Dia langsung berteriak,“Ayah, ini mobil rusak!” Kataku,“Ya Ayah tahu ini mobil bekas
kecelakaan. Ini buku panduannya dan perbaiki sendiri. Semua peralatan
bengkel ada di garasi, Ayah akan membayar semua suku cadang yang kamu
perlukan untuk memperbaiki mobil ini tapi tidak akan membayar upahmu.”

Sebelas bulan kemudian, mobil itu sudah selesai dikerjakan dengan mesin
baru, transmisi dan suspensi baru serta tidak ketinggalan cat mobil baru
yang mengkilap.

Putri saya (ya dia wanita, anak pertama saya) punya mobil paling keren
di sekolahnya. Dan ia bangga sekali dengan mobil hasil buatannya sendiri
yang melampaui bayangannya. Sebagai catatan, tidak ada satupun anak saya
pernah ditilang polisi karena alasan ngebut di jalanan walaupun mobil
mereka bertenaga sama dengan 450 kali tenaga kuda.

  * Kami sebagai orang tua membiarkan anak-anak kami melakukan kesalahan.

Lima tahun sebelum anak-anak kami berulang tahun ke 16 dan tentu saja
sebelum mereka mendapatkan mobil barunya, mereka harus membantu merawat
mobil keluarga kami. Contohnya, ketika saya meminta putra saya Samuel
untuk mengganti oli mobil, saya bertanya,

“apa kamu butuh bantuan atau instruksi Sam?”

“Tidak ayah, saya bisa melakukannya sendiri”.

Satu jam kemudian, dia datang menghampiri saya dan berkata

“Ayah, saya membutuhkan 18 liter oli untuk mengganti oli mobil kita”.

Saya bertanya dimana dia akan menempatkan 18 liter oli itu ketika biasa
hanya diperlukan 5 liter oli saja?

Jawabannya :

“Di skrup besar di atas bagian mesin.”

Kataku,“Maksudmu Radiator?”

Yaaah. Setelah dia mengisi air radiator dengan oli, terpaksa dia harus
mengeluarkan kembali oli itu darisana. Akhirnya kami membeli alat
penghisap agar mempermudah proses pengeluaran oli tersebut. Kami tidak
menyalahkan ataupun menghukum Samuel atas kesalahan yang dia perbuat.

Kami membiarkan pengalaman menjadi guru bagi mereka. Dengan begitu
anak-anak kita tidak akan takut untuk mencoba hal-hal baru nantinya.
Mereka dilatih bahwa jika melakukan kesalahan tidak akan dihukum tapi
belajar dari kesalahan itu sendiri. Terkadang kesalahan membuat kita
mengeluarkan uang lebih banyak, ya tapi itulah cara kami membersarkan
dan mendidik anak-anak kami bukan untuk menyimpan uang.

  * Setiap anak punya komputer masing-masing, tapi mereka juga harus
    merakitnya sendiri. Saya hanya membeli perangkat penunjang komputer
    seperti prosesor, hardisk, memori dll dan mereka yang merakit semua
    item hingga menjadi sebuah komputer utuh. Dan ini terjadi ketika
    mereka berumur 12 tahun.
  * Kami juga membiarkan anak-anak memiliki pilihan mereka sendiri tapi
    terbatas. Misalnya, “kamu ingin tidur sekarang atau membersihkan
    kamar tidurmu dulu?”

Jarang sekali kami langsung mengarahkan atau memerintahkan mereka pada 1
pilihan kecuali menyangkut dengan aturan-aturan bersama yang telah
disepakati. Hal ini membiarkan anak merasa dia memiliki kendali atas
hidupnya sendiri.

* Bekerjasama*

  * Kami meminta anak-anak kami untuk bisa bekerjasama. Misalnya disaat
    belajar bersama anak yang sudah SMP membantu adiknya menyelesaikan
    PR matematika misalnya.
  * Kami menugaskan anak yang lebih tua membantu pekerjaan rutin adiknya.
  * Kami membiarkan anak-anak kami membuat aturan dalam keluarga.
    Sebagai contoh, anak-anak menginginkan “tidak ada mainan berantakan
    di ruang tamu”. Mainan hanya akan dimainkan di kamar tidur atau di
    ruang bermain saja. Sebagai tambahan mereka merapihkan sendiri
    tempat tidurnya setiap hari atau membiarkannya berantakan. Itu
    pilihan mereka sendiri. Kami juga memberikan mereka kesempatan untuk
    membuat peraturan baru setiap bulan yang tentu saja hak veto tetap
    ada di kami orang tua.
  * Kami berusaha selalu konsisten. Ketika mereka diharuskan untuk
    belajar selama 2 jam setiap malam, maka kami tidak akan membuat
    pengecualian untuk itu.
  * Aturan jam malam kami, pukul 10pm di hari biasa dan jam 12 tengah
    malam di akhir pekan atau hari libur sekolah. Tidak ada pengecualian
    dan toleransi untuk aturan itu.

*Kebijakan Liburan*

  * Kami akan berlibur setiap musim panas selama 2 atau 3 minggu
    lamanya. Kami bisa saja menginap di hotel mewah dengan segala
    fasilitas dan pelayanan terbaik hotel berbintang tapi kami tidak
    memilih liburan seperti itu. Kami pergi berkemah atau berpetualang.
    Kami akan mendirikan 5-6 tenda. Tentu saja yang saya bawa berkemah
    adalah anak-anak saya yang berusia 6 tahun ke atas. Sedangkan istri
    dan anak-anak saya yang masih kecil tinggal di rumah. Maklum, saat
    itu istri saya dalam kondisi hamil ataupun baru saja melahirkan
    selama 15 tahun pernikahan kami. Saya mengajak anak-anak mendaki ke
    Grand Canyon, ke puncak gunung Whitney, melintasi Continental Divide
    di Yosemite.
  * Pilihan liburan lainnya adalah kami akan mengirimkan mereka berlibur
    di rumah beberapa kerabat kami di Eropa atau Amerika Serikat selama
    2 atau 3 minggu pada saat yang besamaan. Ini sudah kami mulai sejak
    mereka SD. Kami tidak terlalu khawatir karena maskapai penerbangan
    akan memberikan perlakuan khusus bagi anak yang berumur 5 tahun ke
    atas saat terbang sendiri tanpa didampingi orang tua asal melengkapi
    dokumen-dokumen pendukung. Kami hanya akan mengirim mereka jika
    mereka mau pergi. Rupanya hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi
    anak-anak kami yang masih kecil karena dengan melihat kakak-kakaknya
    pergi berpetualang sendiri, mereka juga ingin merasakan hal yang
    sama. Kami ingin anak-anak kami sejak dini belajar bahwa kami
    sebagai orang tua akan selalu ada untuk mereka dan membiarkan mereka
    tumbuh dan bisa membentangkan sayapnya dan terbang di masa depan.

* Uang dan Materi*

  * Walaupun kami memiliki cukup uang, kami tidak pernah membantu
    anak-anak kami membeli rumah, membayar pendidikannya apalagi untuk
    membiayai pernikahan mereka (Ya kami tidak membantu biaya pernikahan
    mereka). Kami hanya memberikan semua informasi lengkap dan mengajari
    mereka melakukan sesuatu untuk mencapai itu. Bagaimana cara membeli
    property untuk disewakan kembali atau cara-cara lain yang akan
    membuat mereka mendapatkan penghasilan dan mengembangkan kemakmuran.

Kami tidak MEMBERIKAN sesuatu kepada mereka tapi kami memberi
informasi dan mengajari mereka CARA mendapatkan sesuatu. Bantuan kami
hanya sebatas menghubungi rekan di perusahaan akan tetapi mereka tetap
harus menjalankan serangkaian wawancara pekerjaan sesuai dengan aturan
di perusahaan itu dan diterima bekerja.

  * Kami hanya akan memberikan anak-anak kami kado saat mereka berulang
    tahun dan hari natal. Kami akan memainkan peran Santa Claus namun
    saat mereka mulai remaja dan bertanya siapakah Santa Claus itu, kami
    akan jujur. Kami memberi tahu mereka bahwa ini hanyalah sebuah
    permainan untuk bersenang-senang. Hal ini juga kami lakukan bagi
    cucu-cucu kami sekarang.

* Dunia Nyata*


  * Kami mencintai anak-anak kami terlepas dari apa yang mereka lakukan.
    Akan tetapi kami tidak akan mentoleransi sebuah akibat yang timbul
    dari setiap keselahan mereka. Kami membiarkan mereka menanggung
    konsekuensi atas akibat perbuatannya dan tidak akan mencoba untuk
    mengurangi rasa sakit mereka hanya karena kami tidak tega melihat
    mereka menderita. Kami juga akan turut menangis dan sedih, tapi
    tidak akan melakukan apa pun untuk mengurangi konsekuensi itu.
    Karena kami ingin mengajari mereka rasa tanggung jawab. Apa yang
    dilakukan harus dipertanggung jawabkan.


gambar dari sini
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger