Fakta Mengejutkan Tentang Tubuh Manusia

30 December 2009 | comments

Fakta Mengejutkan Tentang Tubuh Manusia

Vera Farah Bararah - detikHealth


img
(Foto; sheknows)
Jakarta, Mungkin banyak orang yang tidak mengetahui banyak rahasia yang terdapat di dalam tubuhnya. Fakta-fakta ini mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya, tapi seseorang akan terkejut bila mengetahuinya.

Tubuh manusia mulai dari kepala, leher, batang badan, 2 lengan dan 2 kaki merupakan keseluruhan struktur fisik dari organisme manusia. Ukuran tubuh manusia biasanya dipengaruhi oleh gen, dan saat dewasa tubuh terdiri dari 100 miliar sel yang dirancang untuk menunjang fungsi masing-masing organ seperti kardiovaskular, pencernaan, kekebalan tubuh, pernapasan, ekskresi, perkemihan, muskuloskeletal, saraf, endokrin dan reproduksi.

Karena itu ada fakta-fakta tersembunyi yang tidak diketahui banyak orang mengenai tubuh seorang manusia, seperti dikutip dari Howstuffworks, Rabu (30/12/2009):

1. Manusia melepaskan sekitar 600.000 partikel (sel) kulit setiap jamnya. Dalam setahun ada sekitar 1,5 pon (0,75 kg) sehingga rata-rata orang akan kehilangan sekitar 105 pon (47,25 kg) sel kulit pada saat berusia 70 tahun.

2. Jumlah tulang. Orang dewasa memiliki tulang yang lebih sedikit dibandingkan bayi. Saat seseorang baru memulai kehidupan, terdapat 305 tulang. Tapi seiring terjadinya pertumbuhan, maka saat dewasa orang hanya memiliki 206 tulang saja.

3. Sidik (garis-garis) di lidah. Jika ingin menyembunyikan identitas, maka sebaiknya tidak menjulurkan lidah. Karena serupa dengan sidik jari, setiap orang memiliki sidik lidah unik yang berbeda-beda.

4. Lapisan kulit perut baru. Tanpa disadari setiap manusia memiliki lapisan kulit perut baru setiap 3-4 hari. Ini karena asam yang kuat di lambung tidak hanya berguna untuk mencerna makanan, tapi juga untuk mengikis lapisan perut.

5. Kecepatan bersin. Udara yang dikeluarkan dari orang yang bersin bisa memiliki kecepatan hingga 100 mil/jam (160,9 km/jam) atau lebih. Karena itu tidak ada salahnya untuk menutup hidung saat bersin atau ada orang di dekat Anda yang bersin.

6. Panjangnya pembuluh darah. Darah memiliki jalur kerja yang panjang, karena ada sekitar 60.000 mil (96.540 km) pembuluh darah dalam tubuh manusia. Dan jantung bekerja keras untuk memompa sekitar 2.000 galon darah setiap harinya ke semua pembuluh darah.

7. Jumlah air liur. Mungkin tidak pernah terbayangkan untuk berenang di dalam air liur sendiri. Tapi hal ini mungkin saja, karena dalam seumur hidupnya seseorang menghasilkan air liur rata-rata 25.000 liter.

8. Kekuatan mendengkur. Seseorang pasti akan terganggu jika tidur di sebelah orang yang mendengkur. Hal ini bisa dimaklumi, karena suara dengkuran bisa mencapai 60 desibel yang setara dengan suara normal orang berbicara. Bahkan ada yang mencapai 80 desibel yaitu setara dengan suara mesin bor.

9. Warna dan jumlah rambut. Warna rambut akan membantu menentukan seberapa banyak jumlah helai rambut. Warna rambut pirang memiliki 146.000 folikel (kantong kelenjar pada rambut), rambut hitam memiliki 110.000 folikel sedangkan rambut coklat memiliki 100.000 folikel. Setiap folikel menghasilkan 20 helai rambut.

10. Berat kepala. Tidak heran jika seorang bayi sulit sekali mengangkat kepalanya, karena berat kepala saat baru lahir adalah seperempat dari total berat badan. Sedangkan saat dewasa, berat kepalanya hanya seperdelapan dari berat badan seseorang.

Dah besar...

22 December 2009 | comments (9)

Alhamdulillah....dua bayi `kembar` dah makin besar ^-^. Si abang bentar lagi ulangtahun yang kedua. Si adek, sepuluh hari berikutnya ultah yang ke satu.

Apa efek dari membesarnya si `kembar` ini?
Yang pertama, si emak dah makin mobile, ngelayap kesana kemari, seperti dulu *^-^*. Si adek pan dah bisa digendong di belakang, kayak ransel. Si abang juga dah bisa lari-lari, bisa naik turun tangga sendiri. Gembolan juga ngga perlu segede gajah, berhubung si adek makannya juga dah sama kayak makanan orang gede. Jadinya ntu gembolan cuma isi baju ganti sama pampers doang....eh sama botol dotnya si adek.

Kedua, mereka dah punya kesibukan sendiri. Ngga nggelendotin emaknya terus. Kalau di rumah, si adek mulai sibuk masuk ke kolong-kolong, biasssaaa....nyari kabel yang bisa digigitin atau debu yang bisa dimakan...(duh dek, ngga dikasih makan apa yak sama maknye). Sementara si abang udah sibuk dengan mainannya, atau buku-bukunya. Si emakpun bisa dengan santai mengerjakan tugas-tugas kenegaraan.....hehehe

Ketiga, nah ini nih yang penting, jam mengudara si emak di internet, udah mulai bertambah.....(pantesan tulisan di mp muncul terus ^_~). Terutama pas pagi-pagi tuh....setelah onichan sama si epak keluar rumah..... dan haaappp secepat kilat si emak duduk dengan manis depan kompie...., sementara si kembar lagi bobok dengan nyenyaknya sampai kurleb dua jam-an.

Dan, ngga terasa juga si emak dah makin sepuh.....hiks.
Apalagi kalau melihat onichan yang sudah sembilan tahun. Wow, kayak baru kemarin ntu anak panjang badannya masih sepanjang tangan emaknya, masih harus dimandiin, masih harus digantiin pampers, masih harus disusuin pake dot, masih terus dipeluk dan dicium-cium...

Dan ngga terasa akan datang masanya di mana si emak dianggap sejajar dengan dirinya....(tingginya jadi sama gitu -_-)....yang mana berarti perjoeangan si emak dan si epak akan memasuki era baru....era membesarkan anak remaja....huuuaaaaaa


90/10

20 December 2009 | comments (1)




Bagaimana prinsip 90/10 itu ?

- 10% dari hidup anda terjadi karena apa yang langsung anda alami.

- 90% dari hidup anda ditentukan dari cara anda bereaksi.

Apa maksudnya ?

Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari kondisi yang terjadi pada diri anda.

Contohnya :
Anda tidak dapat menghindar dari kemacetan. Pesawat terlambat datang dan hal
ini akan membuang seluruh schedule anda. Kemacetan telah menghambat seluruh
rencana anda. Anda tidak dapat mengontrol kondisi 10% ini.

Tetapi beda dengan 90% lainnya. Anda dapat mengontrol yang 90% ini.

Bagaimana caranya ? Dari cara reaksi anda !!

Anda tidak dapat mengontrol lampu merah, tetapi anda dapat mengontrol reaksi
anda.

Marilah kita lihat contoh dibawah ini :
Kondisi 1

Anda makan pagi dengan keluarga anda. Anak anda secara tidak sengaja
menyenggol cangkir kopi minuman anda sehingga pakaian kerja anda tersiram
kotor. Anda tidak dapat mengendalikan apa yang baru saja terjadi.



Reaksi anda :
Anda bentak anak anda karena telah menjatuhkan kopi ke pakaian anda. Anak
anda akhirnya menangis. Setelah membentak, anda menoleh ke istri anda dan
mengkritik karena telah menaruh cangkir pada posisi terlalu pinggir diujung
meja.

Akhirnya terjadi pertengkaran mulut. Anda lari ke kamar dan cepat-cepat
ganti baju. Kembali ke ruang makan, anak anda masih menangis sambil
menghabiskan makan paginya. Akhirnya anak anda ketinggalan bis.

Istri anda harus secepatnya pergi kerja. Anda buru-buru ke mobil dan
mengantar anak anda ke sekolah. Karena anda telat, anda laju mobil dengan
kecepatan 70 km/jam padahal batas kecepatan hanya boleh 60 km/jam.

Setelah terlambat 15 menit dan terpaksa mengeluarkan kocek Rp 600.000,-
karena melanggar lalu lintas, akhirnya anda sampai di sekolah. Anak anda
secepatnya keluar dari mobil tanpa pamit.

Setelah tiba di kantor dimana anda telat 20 menit, anda baru ingat kalau tas
anda tertinggal di rumah.

Hari kerja anda dimulai dengan situasi buruk. Jika diteruskan maka akan
semakin buruk. Pikiran anda terganggu karena kondisi di rumah.

Pada saat tiba di rumah, anda menjumpai beberapa gangguan hubungan dengan
istri dan anak anda.

Mengapa ?  Karena cara anda bereaksi pada pagi hari.
Mengapa anda mengalami hari yang buruk ?

1. Apakah penyebabnya karena kejatuhan kopi ?
2. Apakah penyebabnya karena anak anda ?
3. Apakah penyebabnya karena polisi lalu lintas ?
4. Apakah anda penyebabnya ?

Jawabannya adalah No. 4 yaitu penyebabnya adalah anda sendiri !!

Anda tidak dapat mengendalikan diri setelah apa yang terjadi pada cangkir
kopi. Cara anda bereaksi dalam 5 detik tersebut ternyata adalah penyebab
hari buruk anda.

Berikut adalah contoh yang sebaiknya atau seharusnya anda sikapi.

Kondisi 2

Cairan kopi menyiram baju anda. Begitu anak anda akan menangis, anda berkata
lembut : "Tidak apa-apa sayang, lain kali hati-hati ya." Anda ambil handuk
kecil dan lari ke kamar. Setelah mengganti pakaian dan mengambil tas,
secepatnya anda menuju jendela ruang depan dan melihat anak anda sedang naik
bis sambil melambaikan tangan ke anda. Anda kemudian mengecup lembut pipi
istri anda dan mengatakan : "Sampai jumpa makan malam nanti."

Anda datang ke kantor 5 menit lebih cepat dan dengan muka cerah menegur
staff anda. Bos anda mengomentari semangat dan kecerahan hari anda di
kantor.

Apakah anda melihat perbedaan kedua kondisi tersebut ?

2 (dua) skenario berbeda, dimulai dengan kondisi yang sama, diakhiri dengan
kondisi berbeda.

Mengapa ?

Ternyata penyebabnya adalah dari cara anda bereaksi !

Anda tidak dapat mengendalikan 10% dari yang sudah terjadi. Tetapi yang 90%
tergantung dari reaksi anda sendiri.

Ini adalah cara untuk menerapkan prinsip 90/10. Jika ada orang yang
mengatakan hal buruk tentang anda, jangan cepat terpancing. Biarkan serangan
tersebut mengalir seperti air di gelas. Anda jangan membiarkan komentar
buruk tersebut mempengaruhi anda.
Jika beraksi seadanya atau salah reaksi maka akan menyebabkan anda :
kehilangan teman, dipecat, stress dan lain-lain yang merugikan.

Bagaimana reaksi anda jika mobil anda mengalami kemacetan dan terlambat
masuk kantor ? Apakah anda akan marah ? Memukul stir mobil ? Memaki-maki ?
Apakah tekanan darah anda akan naik cepat ?
Siapa yang peduli jika anda datang telat 10 detik ? Kenapa anda biarkan
kondisi tersebut merusak hari anda ?
Cobalah ingat prinsip 90/10 dan jangan khawatir, masalah anda akan cepat
terselesaikan.

Contoh lain :

- Anda dipecat.
Mengapa anda sampai tidak bisa tidur dan khawatir ?
Suatu waktu akan ada jalan keluar. Gunakan energi dan waktu yang hilang
karena kekhawatiran tersebut untuk mencari pekerjaan yang lain.

- Pesawat terlambat.
Kondisi ini merusak seluruh schedule anda. Kenapa anda marah-marah kepada
petugas tiket di bandara ? Mereka tidak dapat mengendalikan terhadap apa
yang terjadi. Kenapa harus stress ? Kondisi ini justru akan memperburuk
kondisi anda. Gunakan waktu anda untuk mempelajari situasi, membaca buku
yang anda bawa, atau mengenali penumpang lain.

Sekarang anda sudah tahu prinsip 90/10. Gunakanlah dalam aktivitas harian
anda dan anda akan kagum atas hasilnya. Tidak ada yang hilang dan hasilnya
sangat menakjubkan.

Sudah berjuta-juta orang menderita akibat stress, masalah berat, cobaan
hidup dan sakit hati yang sebenarnya hal ini dapat diatasi jika kita
mengerti cara menggunakan prinsip 90/10.

Taken from here
===========================================================

Duluuuuu saya pernah baca artikel di atas di satu milis. Sayangnya saya lupa nge-save. Alhamdulillah, hari ini lagi ngoogling, ehh...ketemu.
Yasud, secepatnya saya copas di sini sekalian, biar gampang nyarinya lagi....and siapa tau bisa bermanfaat juga untuk para pemirsa....^-^


12 negara dengan koneksi internet tercepat

16 December 2009 | comments (3)

 Alhamdulillah, sempat ngerasain kecepatan supernya internet di Jepang, sampai mabok....^-^ Lihat kecepatannya di gambar sebelah. Mantep banget deh. Jarang banget ngeliat gambar loading, saking expressnya :) Buka youtube berapa jendela sekaligus, teteuupp lancaaaarrrr.....
Ngga heran kalau Jepang termasuk dalam daftar negara yang memiliki koneksi internet tercepat. Posisi kedua boo !!
Di bawah ini saya selipin artikel yang khusus membahas perbandingan kecepatan internet dan kemudahan mengakses dari sisi biaya maupun jenis koneksi.
Douzo...yonde kudasai..(met baca :D)

===================================================================
12 negara dengan koneksi internet tercepat
 *dicopas dari sini 

Tiap tahun jumlah pengguna internet di dunia meningkat pesat dan diiringin dengan perkembangan teknologi yang mendampinginnya  (Baca: Daftar Jumlah Pengguna Internet Dunia 1995-2008.) Peningkatan ini terjadi karena  internet memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan, sains, informasi up to date, relasi (situs jejaring), hingga ekonomi, bisnis,  politik dan religi. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka (dan sebagian sangat kecil melalui pos atau telepon), kini sangat mudah dan sering dilakukan melalui Internet atau lebih dikenal e-commerce.
Besarnya pengaruh (sisi positif) internet membuat negara-negara maju berlomba memperbesar infrastruktur, jaringan dan teknologi internet. Bagi pemerintah bersama stakeholder (provider/operator) negara-negara maju, mereka telah memperbesar kecepatan internet hingga angka fantastis bila dibanding dengan negara seperti Indonesia. Adalah negara Korea Selatan yang menjadi negara dengan akses internet tercepat, yang disusul Jepang.
Berikut 12 Negara (Wilayah) dengan kecepatan Internet tertinggi
Rank Negara Kecepatan Akses
1 Korea Selatan 21,71 Mb/s
2 Jepang 16.00 Mb/s
3 Aland Island 15.02 Mb/s
4 Lithuania 13.44 Mb/s
5 Latvia 13.35 Mb/s
6 Swedia 13.26 Mb/s
7 Romania 12.85 Mb/s
8 Belanda 12.32 Mb/s
9 Bulgaria 12.02 Mb/s
10 Republik Moldova 10.00 Mb/s
11 Hong Kong (China) 9.52 Mb/s
12 Slovakia 8.92 Mb/s
28 Amerika Serikat 5.1 Mb/s (Update)
138 Indonesia 1.21 Mb/s
Sumber : Speedtest (Update 14 Okt 2009)
Tabel diatas menunjukkan kecepatan rata-rata akses internet yang berhasil diolah oleh speedtest.net.  Dari kecepatan tersebut, maka waktu rata-rata untuk mengakses sebuah situs di Korea atau Jepang hanya dibutuh waktu hitungan detik. Hal yang berbeda dengan Indonesia, yang membutuh waktu beberapa detik hingga belasan bahkan puluhan detik.

Internet di Indonesia : Sudah Lemot, Mahal Pula

Kecepatan yang Lemot
Dari data kecepatan internet dunia, maka kecepatan internet di Indonesia termasuk yang cukup buruk dibanding dengan negara-negara dunia, bahkan di Asia. Dari sekitar 200-an  negara + wilayah negara khusus (seperti Hongkong, Macau), Indonesia berada diposisi ke-138 dalam kategori kecepatan akses (khususnya download) internet. Kecepatan internet Indonesia jauh dibawah Korea Selatan, Jepang, Hongkong, China dan Singapura.
Ketika kecepatan akses internet di Jepang mencapai belasan hingga puluhan Mbps, kecepatan internet Indonesia hanya mencapai ratusan kbps saja. Angka kecil itupun kebanyakan diperoleh melalui fasilitas umum seperti warnet, cybercafe, hotspot, kampus atau kantor. Dan sejak ‘demam facebook’ menyerang Indonesia, fasilitas blackberry, iphone, atau ponsel internetan menjadi salah satu sarana pendongkrak aksesbilitas internet di Indonesia.
Sebagai perbandingan, saya akan tampilkan kecepatan akses internet di Indonesia dibanding Jepang. Data ini saya peroleh dari sharing rekan-rekan kaskuser Indonesia yang berada di Jepang.
Berikut adalah kecepatan internet di Jepang (rekan-rekan Kaskus’ers di Jepang).
Sampling Kecepatan Internet di Jepang
KKDI Corporation
NTT Communications
Chugoku Shikoku Internet
Softbank BB Corp
Bandingkan dengan kecepatan internet di Indonesia.
Sampling Kecepatan Internet di Indonesia
Internet Smart Paket Biasa
Link to this image to share your results
Telkom Speedy
Indosat 3G
Dari dua tabel di atas, kita tentu cukup ‘iri’ melihat kecepatan akses internet di Jepang. Dan mungkin…..orang Jepang juga cukup ‘iri’ dengan kesabaran orang Indonesia dalam mengakses internet. Lalu, apakah dengan kecepatan akses yang begitu di Jepang berimplikasi pada tingginya biaya internetan-nya?
Sudah Lemot, Mahal Pula
Para netter Indonesia saat ini dan mungkin beberapa tahun lagi masih cukup malang. Selain kecepatan yang cukup lemot, ternyata biaya layanan internet di Indonesia cukup mahal. Dengan kecepatan rata-rata 256 kbps, para pengguna internet Indonesia harus membayar sekitar Rp 150.000 per bulan (asumsi kuota internet unlimited). Ini  berarti biaya akses internet Indonesia Rp 585.000/Mbps/bulan. Bagaimana dengan Jepang?
Dengan menikmati kecepatan rata-rata 15 Mbps, netter Jepang hanya merogoh sekitar 5000-6000 yen per bulan atau sekitar Rp 450.000 hingga Rp 550.000 per bulan. Angka ini sama dengan Rp 33.000/Mbps/bulan. Dari angka absolut saja, biaya internet Indonesia 17 kali lebih mahal dibanding Jepang. Ini belum dihitung daya beli masyarakat Jepang yang sangat tinggi.
Dengan memperhitung daya beli masyarakat Jepang dan income per capitanya terhadap Indonesia, maka perbandingan biaya internet terhadap layanan Indonesia memang sangat buruk. Dengan income per kapita 16 kali lebih besar daripada penduduk Indonesia, orang Jepang menikmati akses internet sekitar 1/250 lebih murah dengan Indonesia. Angka ini berasal dari hitungan kasar saya : Biaya per Mbps/bulan X perbandingan income perkapita (17×16=272, dan saya bulatkan 250 kali). Jadi, biaya internet Indonesia sekitar 250 kali lebih mahal dibanding Jepang.

Rakyat Harus Bicara dan Melek

Buruknya layanan internet di Indonesia harus disadari oleh rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia harus melek informasi bahwa rakyat kita masih sangat sulit untuk mendapat informasi. Sudah sulit, mahal pula. Itulah informasi yang harus masyarakat tahu. Jika masyarakat tidak tahu, maka pemerintah + stakeholder akan ongkang-angking membiarkan masyarakat kesulitan akses internet. Sistem tarif internet kita saat ini, sama dengan kasus perbandingan tarif telekomunikasi  2004 vs 2009. Yang mana sebelum tahun  2006, tarif telekomunikasi kita sangat tinggi. Dengan prediksi yang sama, maka dalam waktu 3-5 tahun kedepan, tarif internet semestinya sudah turun hingga 90%.
Sistem monopoli (sudah berkurang), minimnya konten/server lokal (dalam negeri) merupakan dua faktor utama yang menyebabkan “lemot”-nya layanan internet kita. Faktor penyebab lain adalah jaringan back-bone di Indonesia yang masih terbatas. Khusus faktor ke-2 yakni konten/server lokal harus menjadi perhatian kita bersama. Mayoritas akses internet di Indonesia tertuju pada konten atau server-server yang berada di Amerika, dan ini menyebabkan bandwith kita banyak tersedot ke Amerika. Sedangkan harga bandwith itu sendiri cukuplah mahal. Hal ini hanya bisa kita tekan dan atasi dengan menggalakkan server lokal. Jadi, jika anda memiliki Website, Webblog, atau sejenisnya, sebaiknya memilih hosting yang servernya berada di Indonesia. Cara ini akan mempercepat akses internet kita, setidaknya mengurangi routine sistem internet yang jaring- berjaring.
Sedangkan faktor infrastruktur dari stakeholder dan regulasi dari pemerintah merupakan PR besar bagi pemerintah serta operator di Indonesia. Dan mestinya pemerintah kita tanggap melihat keterbelakangan internet di Indonesia. Dan bila sebagian rakyat Indonesia bisa menyadari bahwa layanan internet merupakan salah satu layanan utama (sama pentinganya dengan listrik, air atau BBM), maka rakyat bisa mendesak pemerintah memprioritas pembangunan ini. Hanya saja, sebagian besar masyarakat belum memiliki paradigma bahwa internet itu penting. Sebagian masyarakat kita masih memandang serta memanfaatkan internet sebatas buka facebook, chatting atau buka situs-situs porno. Lihat saja ini : 6 Situs Porno yang Paling Banyak diakses di Indonesia. Cukup prihatin… kontribusi perkembangan internet Indonesia terbesar bukan karena perkembangan akses informasi dan ilmu pengetahuan, namun karena akses facebook (+chatting) atau ‘3gp’.

Bunuh Diri

10 December 2009 | comments

Jumat kemaren, suami pulang terlambat. Bukan, bukan karena lembur. Tapi karena kereta yang ditumpangi terlambat datang karena satu masalah. Ya, masalah apalagi kalau bukan orang bunuh diri di rel kereta.
Secara kereta disini kagak pernah terlambat biar kate itungan detik. Kecuali kalo itu tadi, ada yg bunuh diri.

Duluuuu, waktu saya masih tinggal di pinggiran Tokyo. Saya pernah ngalamin sendiri, betapa menjengkelkannya kalau kereta berhenti di tengah jalan gara2 ada orang yang pengen mati konyol di rel. Ceritanya, kita sekeluarga rencana liburan ke Indonesia. Nah, jarak dari rumah ke Narita, airport utama di Tokyo, sekitar 3 jam dengan kereta. Biasanya kita naik kereta lebih awal, supaya nyampe di bandaranya sekitar 2 jam sebelum boarding. Yah, buat jaga-jaga. Minimal masih ada waktu sejam-an untuk duduk2 nyante.

Tapi karena waktu itu, kitanya agak lelet persiapan berangkat. Walhasil kita naik kereta dengan jadwal yang mepet. Perkiraan nyampe di narita bakal cuma punya waktu 1 jam sebelum take-off. Belum waktu untuk jalan kaki dari stasiun ke tempat check-in, ngambil kopor (disini kopor dikirim ke bandara sehari sebelumnya, spy ga repot bawa2 gembolan dlm kereta), check-in, ngantri and nulis2 di imigrasi....

Ternyata, dalam perjalanan, kereta terpaksa berhenti. Karena ada orang yang lagi lari2 di lintasan rel, dan sedang dalam pengejaran petugas. Haayyyahh....lagi2 orang yang niat mati konyol. Saya dan suami cuma bisa berdoa dalam hati, mudah2an tu orang cepet ketangkap. Kan gawat kalo sampe ketinggalan pesawat. Dalam hati saya rada ngutuk2 juga. Napa sih ni orang, bunuh diri aja kudu ngerepotin orang banyak. Harus di lintasan rel. Kenapa ga kayak di Indonesia gitu loh. Cukup nenggal obat nyamuk, atau nyangkutin leher di tali. Beres kan? Murmer lagi.....

Asal tau aja, orang yg mati bunuh diri di rel kereta itu, bakal morotin duit keluarga yang ditinggal. Karena si keluarga harus membayar kerugian yang ditimbulkan karena tertundanya sekian banyak jadwal keberangkatan kereta. Dan ini jumlahnya besaaaaaar sekaleee.

Tapi syukurnya, selama ini saya belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri (...iyalah, masa mata kepala orang ^-^), orang yang mati kelindes kereta. Teman saya pernah tuh jadi saksi mata. Dan sampai sekarang, dia masih trauma untuk naik kereta. (padahal di tokyo, kereta termasuk transportasi utama loh). Jadinya temen saya itu, ngga mau pergi jauh2. Paling ngiter2 ke tempat yang masih bisa dijangkau dengan sepeda.

Ngomong-ngomong soal bunuh diri, Jepang termasuk negara dengan angka kematian bunuh diri yg tinggi. Bingung juga yak, ini negara makmur, kaya, aman damai bin tentram sejahtera. Apa yang kurang?

Dalam satu seminar Islam di mesjid Turki, seorang profesor asal Jepang yang memiliki interest tinggi terhadap Islam, -sayangnya belum masuk Islam-, mengatakan satu hal. Masyarakat Jepang sering memilih mengakhiri kehidupannya dengan bunuh diri. Karena, mereka tidak memiliki tempat untuk menyandarkan diri. Mereka tidak memiliki sesuatu yang bisa diharapkan untuk menyelesaikan masalah mereka.

Berbeda dengan umat Islam. Mereka punya Tuhan. Tuhan yang bisa dijadikan tempat untuk mengadu. Tuhan yang bisa dijadikan tempat menggantungkan semua harapan. Tiba-tiba saya teringat dengan kawan-kawan saya muslimah Jepang. Wajah mereka berbeda, dengan orang2 yg sering saya temui di jalan. Tidak berlebihan kalau saya katakan wajah mereka lebih teduh dan bersinar. Dengan balutan jilbab dan baju muslimah yang rapi, mereka tampak seperti mutiara. Di tengah-tengah perempuan yang hanya memakai baju alakadarnya. Apalagi di musim panas yang begitu panaaaass.

Jadi inget juga, lagi pengajian bersama mereka. Ketika ada kuesioner tentang apa yang mereka rasakan sebelum dan sesudah berIslam. Rata-rata mereka menulis, merasa sangat bahagia dan sangat nyaman, karena sekarang sudah memiliki Tuhan. Walaupun keluarga dan kawan2 dekat menjauh sejak mereka masuk Islam, tapi tetap terasa aman, karena selalu ada Tuhan bersama diri mereka. Subhanallah.

Kalau seluruh penduduk di negeri sakura ini kembali kepada fitrahnya. Saya yakin, angka bunuh diri pasti menurun dengan drastis. Solusinya memang cuma satu. Kembali kepada Sang Pencipta. Menghadapkan hati dan diri sepenuhnya kepada wajah-Nya. Memeluk kembali rengkuhan Kasih Sayang-Nya.

Indonesiaaaa tanah air beeeetaaa....

17 November 2009 | comments (5)

Bingung nyari judul, akhirnya judul lagu aja yg dijadiin judul...
Mo ngomong soal negri kita tercinta, tapi kok khawatir yang keluar cuma tumpahan magma dan lahar penuh emosi....hehe...ember..

Asli, saya lagi enek banget euy melihat dan mendengar berita2 dari ina.

Loh, emangnya di tivi jepang ada berita ina gitu?
Hehe, ngga ada kok. Secara tivi saya nyalain cuma untuk nonton channel pendidikan aja, ato acara anak. Tapi yg saya maksud di sini adalah tivi indonesia. Pan sekarang di internet kita bisa nonton tvnya ina.

Saya sebenarnya ga suka nonton tv ina. kecuali acaranya oprah or supernanny-nya metro tv. Dulu berita sih seneng, tapi kok sekarang malah bikin bosan bin muak. Apalagi tiap hari mau ngga mau tu tivi harus nyala.

Ceritanya, ortu saya lagi di sini nih. Saya sih jelas hepi dong. Cuma...bapak saya pan hobinya nonton tivi, terutama channel2 yg isinya berita, kayak metro tv atau tv one. Jadinya tiap hari ntu laptop saya yg gedenya kyk gajah, dipake buat nonton dua channel tsb.

So, mau ngga mau, suka kagak suka, itu suara reporter kedengaran dengan amat sangat stereo. Mana lagi sekarang di ina lagi heboh soal KPK, tim 8, anggodo, rekayasa, hak angket, antasari,..belum lagi urusan mati lampu yang bikin rakyat pada murka. Dah gitu belum lagi berita unjuk rasa, bentrokan, tawuran..., mana pelakunya mahasiswa lagi.

Masya Allah, bener-bener bikin ngurut dada. Duh, indonesiaku...mo kemanakah gerangan dirimu melangkah? Negara lain udah sampe ke galaksi lain, dirimu masih disitu-situuuu aja.

Saya ngga menuduh semua orang indonesia itu ngga beradab, beringas, ga tau aturan, suka korupsi, cinta sampah, de el el. Masih teteup ada, orang2 ina yang baik hati dan tidak sombong, pintar, kredibel, jujur, visioner, cinta kebersihan, peduli lingkungan de el el. Tapi  yang bagus2 gitu ngga ditongolin di tivi yak?

Daripada nyiarin terus2an soal KPK versus polri, kenapa ngga nyiarin hal-hal yang bermutu? Yang lebih mendidik? Contohnya, gimana cara menjaga lingkungan supaya tetap bersih .Gimana cara menghindari penularan flu babi. Gimana caranya supaya bisa hemat energi atau hidup ngga tergantung sama listrik *mungkin ngga ya :D. Ato gimana caranya supaya tidak terjadi banjir, ketika musim hujan. Or gimana mengatasi kemacetan di jabotabek yang sejak berpuluh2 tahun tidak pernah berhenti? Atau apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa?

Bahas dong, topik2 yg bikin rakyat pinter. Bukan pinter soal politik doang. Tapi pinter soal finansial, kesehatan, sosial, teknologi....

Iya, saya tau, topik2 yang saya sebut di atas pastinya ngga akan laku. Stasiun tivi bisa pada bangkrut kali..hehe. Saya juga ngga bermaksud mengatakan berita seputar kriminalisasi kpk, adl berita ngga penting. Menurut saya bagus kok. Justru dari situ publik bisa mengetahui, ada permainan antara pejabat negara dan cukong2. Publik juga bisa mengawasi, sampai sejauh mana proses penegakan hukum bisa berjalan dengan baik, tanpa intervensi siapapun. (walau sampai sejauh ini, saya yakin, mayoritas rakyat ina, dah ngga percaya sm aparat hukum)

Tapi mbok ya proporsional gitu looooh. Masak dalam satu hari, acara didominasi semua soal isu itu. Setiap acara berita, dialog, bincang2, ato apakek....selalu ituuuuuu aja yang dibahas.
Gggrrrrhhhhhhhh.

Ya sudahlah, ...ini realita yang harus dihadapi. Toh saya juga orang indonesia.
Mungkin karena saya dah satu dekade ngerasain nikmatnya hidup di negara maju, jadinya suka mbanding2in scr tidak adil, dengan negeri sendiri.
Saya cuma pengen, satu saat seluruh rakyat ina, bisa merasakan seperti yang saya rasakan.
Semua hak-hak warganegara terpenuhi dan terjamin dengan baik.

Kalo kata temen, daripada ngutuk2 kegelapan, mending nyalain lilin.
Yaudah.....ikutan nyalain lilin yuuuukkk.....

Mesjid

09 November 2009 | comments (3)


Alhamdulillah, kemarin berkesempatan mengunjungi mesjid di yokohama. Walaupun jaraknya cukup jauh, sekitar 1,5 jam dari rumah, tapi begitu melihat cantik dan luasnya mesjid ini, langsung hilang rasa capeknya...

Sekedar info, mesjid di Jepang pada umumnya bentuknya imut-imut sekalleee...
maklum saja, harga tanah di Jepang benar-benar mencekik banget.

Di Tokyo, setahu saya cuma dua mesjid, yang benar-benar luas bin lapang. Mesjid Hiroo dan mesjid Jami. Oiya, kalau mesjid yokohama yang lagi saya rumpiin ini, letaknya bukan di Tokyo tapi Kanagawa, masih termasuk pinggiran Tokyo....(ya, kayak depok kali ya)

Begitu masuk ke dalam mesjid, ada dua ruangan yang buueesaaar. Satu untuk sholat, satu lagi biasanya dipake untuk pengajian. Di bagian belakang, ada dapur yang luaaaassss. Bisa main bola kali. (bolanya anak balita..hehe) Tapi bener loh, luas euy. Dilengkapi dengan kulkas guueede, microwave, kompor gas versi terbaru, tempat cuci piring yang gede juga. Kayaknya panci segeda gajah juga bisa dicuci di tempat cuci piring itu..hihi. Trus ada tempat masak yang lumayan besar untuk meletakkan kompor-kompor tambahan.
Duh, jadi ngiler euy, pengen masak-masak di mesjid ini...eh bukan masak2, tapi nyicipin masakan :D

Untuk tempat wudhu ada ruangannya. Toiletnya juga mantap euy, pake pencet-pencet. Itu istilah saya untuk toilet yang ada mesin penceboknya. (maap, sulit nyari kata yang rada halus :D)
Ini baru lantai 1 loh ya. Lantai khusus wanita. Saya belum liat yang lantai 2 dan lantai 3nya. Tapi kata suami, yang dulu pernah ke mesjid ini juga, lantai 2 dan 3 juga sangat luaaaaasss.

Mesjid yang baru beberapa tahun berdiri ini, memang belum punya kegiatan rutin khusus, selain untuk sholat berjamaah. Syukurnya, beberapa muslimah dari Indonesia dan Jepang, berinisiatif membuat aktifitas pendidikan Islam untuk anak-anak Indonesia/Jepang secara reguler setiap hari Jumat.

Sayang, akses ke mesjid ini agak susah. Line keretanya pun, termasuk line yang mahal. Belum lagi jarak dari stasiun ke mesjid, cukup jauh, sekitar 20-25 menit jalan kaki. Bisa sih naik bis, tapi jadwal busnya cuma satu jam sekali...hehe.

Tapi tetep saja, berpuluh-pulu jempol saya acungin untuk para pendiri mesjid, yang tidak lain dan tidak bukan adalah para pengusaha muslim dari Pakistan. Tentu butuh biaya yang tidak sedikit untuk membangun mesjid sebesar ini. Mesjid, apalagi di negeri yang muslimnya minoritas, amat sangat dibutuhkan keberadaannya.

Subhanallah, jadi pengen tiap hari ke sini. Ngeramein rumahnya Allah.
Saya hanya berangan-angan, kapan yaaa, bisa bikin mesjid segede ini di pusat Tokyo. Tentu saja bukan cuma mesjid yang fisiknya besar bin luas, tapi juga mesjid yang sehari-harinya padat dan dipenuhi dengan aktifitas keislaman.

Oiya, ada satu lagi mesjid yang baru berdiri. Letaknya di Okachimachi, downtown terkenal di pusat Tokyo. Bentuknya imut. Satu bangunan kecil, berlantai 5. Lantai 1 untuk wudhu laki-laki. Lantai 2 untuk perempuan. Di ruangan khusus perempuan ini, kalau dihitung-hitung bisa menampung 30-an orang. Ada toilet pencet-pencet dan tempat wudhu yang masih mengkilap, saking barunya. Lantai  3 untuk tempat sholat laki-laki dan lantai 4 untuk tempat makan-makan. Lantai 5 untuk kamarnya imam.

Letaknya strategis banget. Hanya 3 menit jalan kaki dari stasiun okachimachi. Downtown satu ini memang selalu full manusia. Barang-barang yang dijual murmer juga banyak dijual bumbu, rempah atau makanan-makanan asing, yang susah ditemuin di supermarket-supermarket biasa. Di sini dari pisang kepok, mpe bawang merah juga ada tuh. Ikan-ikan segar juga murah banget. Harganya jauuuhhh lebih muraaaaaah dari yang dijual di supermarket.

Jadinya enak tuh, habis belanja, trus kalau mau sholat, tinggal pergi ke mesjid deh. Ngga perlu repot nyari-nyari tempat untuk sholat. Alhamdulillah, mesjid yang dibangun oleh seorang pengusaha muslim dari Srilanka ini, benar-benar bagai oase di padang pasir. Mungkin hanya mesjid imut ini, satu-satunya mesjid yang dibangun di daerah downtownnya Tokyo.

Ah, mesjid...mesjid.....benar-benar tempat yang selalu dirindukan. Tempat yang mbikin hati terasa tenaaaaang. Di sini semua makhluk-Nya bisa berkumpul tanpa ada perbedaan. Di sini semua berkumpul dengan satu tujuan, menghadapkan hati dan wajah hanya ke hadapan-Nya.
Mengingat dan menyebut nama-Nya. Meneruskan risalah kebenaran yang dibawa manusia termulia di muka bumi.

Mesjid, I really love you



[CPS] Akhirnya Ngumpul....

29 June 2009 | comments (8)

Sabtu siang itu, si tengah mendarat di rumah, bersama sang papa.
Sang mama menyambutnya dengan heboh. Si tengah tersapu-sapu malu. Maklum dua hari ngga ketemu sang mama.
Yang menjenguk ke RS si papa mulu. Berhubung ada acara ngobrol sama dokter, makanya sang mama ngga pede.

Alhamdulillah, saya lega. Akhirnyaaa.....bisa ngeriung berlima lagi.
Kondisi si tengah sehat. Dan syukurnya, berat badannya udah kembali normal.
Jadi inget pas jenguk dua hari sebelumnya. Ketika itu saya menemani si tengah bermain di playgroundnya RS di lt.3.
Ada seorang ibu dengan anak seusia tengah, ngajakin ngobrol.
"Eh...itu anaknya pinter banget ya makannya. Hampir semua habis dimakan. Hebat ya...".
Saya tersenyum.
Saya datangnya setelah lewat jam makan malam. Jadi ngga sempat melihat acara makan anak-anak.

Alhamdulillah.
Kalau si tengah udah bisa ngabisin makanan, berarti dia udah kembali normal. Maklum si pemakan segala :D.
Sebelum masuk RS beratnya 9 kg. Beberapa hari setelah operasi, turun 3 kg. Keluar RS dah balik lagi jadi 9 kg ^-^
Kayaknya setelah infus dilepas, nafsu makannya kembali normal.

Pertama kali nyampe di rumah, si tengah masih malu-malu. Iyalah, 12 hari ninggalin rumah....jadi perlu adaptasi lagi. Ngga langsung lincah ngoprek-ngoprek sekeliling. Padahal saya malah seneng, kalo ada yang berantakin lagi. Itukan tanda si tengah lagi genki ippai (=sehat sekalleee ^-^)
Jadinya hari sabtu, si tengah masih banyak diam, ngga terlalu cerewet. Yang ada malah emaknya heboh pengen gendongin mulu. Melepaskan hasrat yang terpendam.

Sesekali saya coba ngintip ke bagian dalam mulutnya. Langit-langitnya sudah mulai rapat. Di pinggir-pinggirnya masih terlihat benang jahitan. Nantinya benang ini akan copot sendiri. Kalau menurut teman saya yang ngambil Phd di kedokteran gigi, benang yang dipakai di Jepang adalah benang terhalus di dunia. Walaupun saya mah kagak bisa bedain dan tentu saja kagak ngerti. Secara urusan jahit menjahit beneran aja masih gaptek.
Oiya, mulutnya sendiri masih ngeluarin bau anyir darah. Tapi dah kering banget kok. Mungkin sisa-sisa kemaren.

Trus, mengenai hasil test darah. Alhamdulillah, yang kemarin di atas normal, sekarang dah kembali normal. Dari hasil diskusi para dokter, mereka mengambil kesimpulan. Kemungkinan besar terjadinya kerusakan jaringan karena efek dari obat bius. Reaksi terhadap obat bius memang berbeda-beda untuk setiap orang. Untuk kasus si tengah ini, kemungkinan dia termasuk yang sensitif terhadap obat bius.  Dari hasil pemeriksaan lengkap, kondisi badan si tengah ini baik-baik saja. Artinya kerusakan jaringan yang ada sudah pulih kembali.

Hari minggunya, si tengah mulai menampakkan aslinya. Keliling rumah, nyari yang bisa dibongkar. Dah mulai cerewet. Dan yang menakjubkan, nafsu makannya itu loh. Lebih parah dari sebelum masuk RS. Lah makanan belum dimasukin ke mulutnya aja, udah heboh banget. Mulut dah mangap and matanya ngga lepas melototin piring. Baruuu aja satu sendok disuapin, ntu mulut dah mangap lagi minta diisi. Hehe. Akhirnya, beras di rumah bisa cepet abis.

Sementara ini, makanan si tengah harus yang agak lembek. Jadinya kasihan juga sih. Tiap saya, suami, atau si sulung makan makanan yang ngga lembek, kayak snack, dia hanya bisa ngeliatin aja. Dengan muka penuh harap, dan mulut yang mangap. Ngeliat ke arah makanan. Ngarepin ada yang bisa mampir ke mulutnya, walau cuma sesuap dua suap. .
Syukurnya dia bisa sabar. Ngga nangis.

Jadi keinget sama surat An-Nashr. Surat yang selalu dikutip ayah saya.
Pasti, setelah kesulitan ada kemudahan. Itu janji Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Alhamdulillah.

********************************

Dari CPS kemarin, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. Kali aja ada sodara, ponakan, atau anak sendiri yang akan melakukan CPS.

- Sehabis operasi, mulut dan hidung akan mengeluarkan darah berupa lendir selama seharian. Ini adalah hal yang wajar. Jadi ngga perlu panik. Cuma mungkin agak mengganggu pernapasan si pasien. Kalau perlu bisa minta ke perawat untuk menyedot lendir tersebut dengan alat khusus penyedot.
- Sehari setelah operasi, biasanya terjadi panas tinggi. Terutama untuk pasien anak-anak. Karena setelah menjalani operasi, tubuh mereka lebih rentan dibanding tubuh orang dewasa. Panas bisa terjadi selama beberapa hari. Selama panas, pasien akan dirawat intensif dan dilakukan pemeriksaan darah secara rutin.
- Satu hari setelah operasi, pasien diberi makanan berupa larutan-larutan. Untuk pasien bayi, dua hari setelah operasi dibolehkan minum dengan dot. Tiga hari kemudian, mulai diberikan makanan padat yang berair.
- Umumnya pasien tinggal di RS selama 10 hari, kalau semuanya berjalan normal.
- Kalau pasiennya bayi, lebih baik orangtua ikut menginap. (jangan kayak saya -_-)

Hm, sepertinya itu saja yang terekam di otak saya. Mudah-mudahan bermanfaat :)


[CPS] Susahnya Obyektif

24 June 2009 | comments (3)

Hari ini genap 10 hari si tengah nginep di RS. Harusnya sih, hari ini dah keluar.
Tapi sama dokter belum dibolehin. Berhubung dari hasil test darah, masih ada paramater yang nilainya di atas normal. Dimana nilai tsb menunjukkan adanya kerusakan jaringan.

Lagi-lagi, tetep dokter ngga bisa menemukan, dimana letak kerusakan terjadi.
Yasud, itulah realita. Secanggih2nya Jepang, masih tetep ada kurangnya.
Padahal RS ini termasuk jajaran top dunia untuk urusan bedah mulut.
Dan tentu saja, poin si RS ini jadi rada berkurang di mata saya, sebagai emaknya pasien.

Jadi inget, jaman jadi pasien, alias waktu melahirkan di tiga rumah sakit berbeda.
Satu di Kawasaki, satu di Saitama, dan terakhir di Tokyo.
Hayyaahhh....ada aja kekurangan yang nongol. Namanya juga pasien, pengennya serba sempurna. Apalagi kalau dah bayar mahal. Tapi ternyata bukan cuma saya aja kok, emak2 jepang lainnya ternyata juga ngerumpiin hal yang sama.....ya tentang pelayanan, tentang menu makanan, tentang dokter, de el el.
Manusia....dimana2 sama, ga akan pernah puas, ...selalu mengeluh ...

Oiya, alhamdulillah, si tengah udah mulai sehatan.
Udah bisa tersenyum, dan kalau dibawa ke playground di lt 3, udah berani main sendiri.
Kalo sebelumnya, selalu nemplok plok sama emaknya. Sekarang udah berani jalan-jalan, ngambil mainan dan ngeliat2 buku.

Kata perawat, makannya juga banyak. Pantesan, perutnya mulai buncit lagi ^-^.
Tapi emang sih, masih tetep kelihatan beda, sama sebelum masuk RS. Ga segemuk dulu.
Lah turun 3 kg. Bayangin ...hanya dalam waktu seminggu, berat badan bisa berkurang segitu banyak.
Ya, mudah2an bisa cepet balik. Secara ni anak kalau dah masuk jam makan paling semangat bin hepi ^-^
Alhamdulillah....


NEXT
Akhirnya Ngumpul


[CPS] Badai Pasti Berlalu

20 June 2009 | comments (7)

18 Juni 2009.
Pagi hari.....rutinitas berjalan seperti biasa.
Membuat bento untuk suami dan si sulung. Ya, hari ini suami kembali masuk kantor.
Sebelum pergi,  saya pesan ke suami, supaya jangan lupa menelpon ke RS, menanyakan perkembangan si tengah.
Kepada si sulung, saya ceritakan kondisi adiknya sebenarnya. Dan memintanya terus berdoa untuk kesembuhan adiknya.

Siang-siang, suami menelpon saya. Kata dokter, sudah dilakukan pemeriksaan darah. Dan ternyata, ada salah satu hasil test yang nilainya besar atau di atas normal. Hm, dokternya agak sulit menjelaskan. Tapi menurutnya, nilai yang agak besar itu mengindikasikan adanya kerusakan jaringan sel. Sayangnya, tidak diketahui dibagian mana terjadinya kerusakan sel tersebut.

Suami khawatir. Apalagi saya. Apa mungkin kerusakan sel terjadi ketika panasnya mencapai 41 derajat kemarin? Hm, suami lupa menanyakan kemungkinan ini ke dokter. Tapi kami sama-sama berdoa, semoga kerusakan sel tidak terjadi di organ-organ penting.
Sementara itu, kondisi badan si tengah masih demam. Berkisar 38,5-39 derajat. Dan sejauh ini masih dalam pengamatan intensif, walau tidak sampai masuk ke ICU.

Selesai menerima telepon suami, saya kembali termenung, terdiam lama.
Kembali hujan mengalir dari mata dan hati saya.
Entah kenapa, sholat dan tilawah Qur`an belum juga membuat hati saya menjadi tenang.

Ya Allah....anakku...selamatkan dia....
Anak yang kehadirannya ditunggu berbilang tahun...
Anak yang selama 9 bulan mendiami rahim saya....
Yang berbulan-bulan setelahnya selalu menggemaskan saya dengan kemurahan senyumnya....
tawanya yang lucu dan lebar....melihatkan gigi-gigi mungil yang tumbuh dengan cepat...
yang selalu sibuk mengeksplor seisi rumah...dengan jari-jarinya yang mungil....
yang suka memonyongkan mulutnya....ketika akan mencium saya....
yang pemakan segala.....sampai perutnya buncit...
Sungguh....saya belum siap ya Allah...

###############

Di tengah gemuruhnya kondisi jiwa saya, saya memutuskan untuk menelepon mama.

Begitu terdengar suara salam dari mama di seberang sana, tangis saya langsung meledak. Hujan deras menghambur mengiringi kata-kata yang keluar dari mulut saya.

Dan mama, dengan setia mendengar, sampai saya berhenti berbicara.
Lalu, mama hanya menyitir salah satu ayat-Nya....
bahwa semua yang terjadi di alam ini, termasuk di dalamnya semua kejadian yang menimpa manusia, sesungguhnya jaaauuuuuh sebelumnya... sudah tercatat di Lauh Mahfuzh.
Karenanya, tidak ada yang bisa kita lakukan, selain berusaha, berdoa dan tawakkal.
Sekarang, usaha sudah dilakukan...., tinggal terus berdoa dan jangan sampai putus harapan kepada Allah...

"Ingat sayang, Muaz terlahir dengan kondisi seperti ini, bukankah Allah juga yang menentukan?? Dan ingat juga sayang, anak adalah titipan....Mereka bukan milik kita...tapi milik Allah..."

Ah, mama mengingatkan saya.
Sesaat, saya seperti orang yang baru sadar dari mimpi buruk.

Kenapa tiba-tiba saya menjadi linglung begini. Melupakan ketetapan yang Allah berikan ke saya?? Kenapa tiba-tiba saya seperti menjadi orang yang buta dan tuli terhadap nikmat Allah?? Bukankah seharusnya saya bersyukur?? Bahwa apa yang terjadi pada si tengah saat ini, sungguh.....sama sekali tidak ada artinya,  dibanding segala kenikmatan yang Allah berikan kepada saya ??
Dan...bukankah si sulung, si tengah, si bungsu....adalah milik Allah?? Tentu saja Dia berhak melakukan apasaja terhadap milik-Nya...

Saya jadi teringat dengan kisah di masa lalu. Ketika seorang wanita sholihah mengabarkan kematian anaknya dengan perumpamaan yang sangat indah, terhadap suaminya. Dia meminta pendapat ke suaminya, bagaimana jika seorang pemilik, mengambil barang titipannya ke orang yang dititipi. Berhakkah orang yang dititipi untuk marah?
Ketika suaminya menjawab tidak, lalu iapun menjelaskan keadaan anak mereka, yang sudah diambil oleh Pemiliknya.

Subhanallah.
Sungguh. Saya tidak bisa membayangkan, terbuat dari apa hati wanita sholihah tersebut. Mungkin dari cahaya. Tidak seperti saya, yang pekat dengan dosa. Baru ditimpa musibah ringan saja, sudah merasa seperti orang yang paling menderita di dunia. Astaghfirullah.

Renungan sepanjang siang itu, tiba-tiba membuat hujan di diri saya berhenti. Cuaca kembali cerah.....

***************

Sore ini setelah Ashar, saya pergi ke RS. Di rumah ada si sulung dan si bayi kecil.
Saya pesan ke si sulung untuk sabar menunggu papanya yang pulang ke rumah sekitar satu jam lagi. Ya, si sulung ini masih agak takutan. Terbukti setelah saya pergi, dia menutup semua pintu, termasuk pintu kamar, tempat dia dan si bayi berdiam.

Sampai di RS....ternyata si tengah sudah pindah ruangan.
Ruangannya persis di depan nurse station.
Saya datang saat jam makan malam, sekitar jam 6.
Si tengah lagi disuapi perawat. Begitu melihat saya berdiri di depan pintu, dia langsung menangis histeris. Kasihan, kangen banget dia sama mamanya.

Sayapun bertukar tempat dengan perawat. Saya suapin dia.
Cuma beberapa suap, dia menolak makan. Lalu memeluk saya erat dengan tangan mungilnya. Alhamdulillah, badannya tidak panas. Kata perawat, demamnya sudah turun. Suhu badannya sudah normal, sekitar 36 derajat.

Sambil memeluknya, saya memperhatikan badan mungil itu.
Ada tiga kabel tipis menempel di dadanya. Kabel yang tersambung dengan monitor kecil yang menampakkan grafik detak jantung dan ...hm, grafik apa lagi ya.
Ada lagi satu kabel tipis yang dijepitkan di kaki. Dan...hei, jarum infusnya, berpindah ke tangan kiri.

Saya perhatikan tangan kanannya. Agak bengkak dan membiru.
Terlihat beberapa luka kecil. Sepertinya bekas infus. Atau bekas suntikan jarum untuk sampel darah. Ada bekas plester di sana sini. Juga ada sedikit luka terkelupas berwarna merah muda. Duh, coba ya...., kok perawatnya ngga diperhatiin sih ini tangan mungil.

Saya panggil perawat, dan menunjukkan luka tersebut. Dengan meminta maaf, si perawat mengambil tensoplast untuk menutupi luka, dan membersihkan sisa-sisa tempelan plester.
Si tengah agak memberontak. Mungkin sakit. Saya berusaha menenangkannya.

Sambil menggendongnya, saya memperhatikan seisi kamar. Ada empat tempat tidur di ruangan itu. Dua diantaranya terisi. Satu untuk si tengah, dan satu lagi untuk perempuan kecil. Tempat tidurnya persis bersampingan dengan tempat tidur si tengah. Perempuan kecil itu mungkin sekitar 2,5 th. Bagian kepalanya diperban. Mungkin habis dioperasi.
Perempuan kecil itu gelisah, menangis kecil, lalu memanggil mamanya. Kasihan, dia mengantuk, tapi tidak ada yang mengeloni. Duh nak, kalau boleh saya mau mengelonimu.

Ini nih resiko merawat anak sakit di lantai 3. Harus kuat dan tega mendengar suara-suara mungil menangis. Memanggil-manggil mamanya, yang mungkin belum sempat menjenguk, melihat anaknya. Mengandalkan perawat....ya, ngga bisa sepenuhnya. Paling banter mereka hanya menggendong sebentar, lalu si anak ditinggal pergi, dibiarkan menangis, berteriak dan meronta-ronta dan akhirnya tertidur karena capek. Kasian.....

Beberapa menit kemudian, si tengah tertidur pulas di pelukan saya. Saya letakkan di tempat tidur pelan-pelan. Dia bergerak sebentar, lalu...kembali terlelap. Wah, rekor nih. Biasanya dia cepat terbangun begitu diletakkan di tempat tidur.

Dia ngga tidur siang, kata perawat. Ooh, pantesan sekarang tidurnya nyenyak sekali.
Saya pun bersiap pulang. Saya ambil pakaian kotor si tengah, memasukkannya ke bungkusan kecil. Lalu melangkah keluar kamar.

Fffiiuuuuh....alhamdulillah...
Ini hari pertama saya mengakhiri hari tanpa airmata.

Terima kasih ya Allah. Akhirnya badai itu berlalu juga.
Terutama badai di hati ini......

**************************************

(masih empat hari lagi sebelum si tengah keluar RS....)

sodara2ku tercinta.......
terima kasih ya, atas empati dan doa2nya....
semoga Allah membalas segala kebaikan sodara2ku semua dengan pahala yang berlipat ganda....amiiin





[CPS] Badai Pasti Berlalu

| comments (7)

18 Juni 2009.
Pagi hari.....rutinitas berjalan seperti biasa.
Membuat bento untuk suami dan si sulung. Ya, hari ini suami kembali masuk kantor.
Sebelum pergi,  saya pesan ke suami, supaya jangan lupa menelpon ke RS, menanyakan perkembangan si tengah.
Kepada si sulung, saya ceritakan kondisi adiknya sebenarnya. Dan memintanya terus berdoa untuk kesembuhan adiknya.

Siang-siang, suami menelpon saya. Kata dokter, sudah dilakukan pemeriksaan darah. Dan ternyata, ada salah satu hasil test yang nilainya besar atau di atas normal. Hm, dokternya agak sulit menjelaskan. Tapi menurutnya, nilai yang agak besar itu mengindikasikan adanya kerusakan jaringan sel. Sayangnya, tidak diketahui dibagian mana terjadinya kerusakan sel tersebut.

Suami khawatir. Apalagi saya. Apa mungkin kerusakan sel terjadi ketika panasnya mencapai 41 derajat kemarin? Hm, suami lupa menanyakan kemungkinan ini ke dokter. Tapi kami sama-sama berdoa, semoga kerusakan sel tidak terjadi di organ-organ penting.
Sementara itu, kondisi badan si tengah masih demam. Berkisar 38,5-39 derajat. Dan sejauh ini masih dalam pengamatan intensif, walau tidak sampai masuk ke ICU.

Selesai menerima telepon suami, saya kembali termenung, terdiam lama.
Kembali hujan mengalir dari mata dan hati saya.
Entah kenapa, sholat dan tilawah Qur`an belum juga membuat hati saya menjadi tenang.

Ya Allah....anakku...selamatkan dia....
Anak yang kehadirannya ditunggu berbilang tahun...
Anak yang selama 9 bulan mendiami rahim saya....
Yang berbulan-bulan setelahnya selalu menggemaskan saya dengan kemurahan senyumnya....
tawanya yang lucu dan lebar....melihatkan gigi-gigi mungil yang tumbuh dengan cepat...
yang selalu sibuk mengeksplor seisi rumah...dengan jari-jarinya yang mungil....
yang suka memonyongkan mulutnya....ketika akan mencium saya....
yang pemakan segala.....sampai perutnya buncit...
Sungguh....saya belum siap ya Allah...

###############

Di tengah gemuruhnya kondisi jiwa saya, saya memutuskan untuk menelepon mama.

Begitu terdengar suara salam dari mama di seberang sana, tangis saya langsung meledak. Hujan deras menghambur mengiringi kata-kata yang keluar dari mulut saya.

Dan mama, dengan setia mendengar, sampai saya berhenti berbicara.
Lalu, mama hanya menyitir salah satu ayat-Nya....
bahwa semua yang terjadi di alam ini, termasuk di dalamnya semua kejadian yang menimpa manusia, sesungguhnya jaaauuuuuh sebelumnya... sudah tercatat di Lauh Mahfuzh.
Karenanya, tidak ada yang bisa kita lakukan, selain berusaha, berdoa dan tawakkal.
Sekarang, usaha sudah dilakukan...., tinggal terus berdoa dan jangan sampai putus harapan kepada Allah...

"Ingat sayang, Muaz terlahir dengan kondisi seperti ini, bukankah Allah juga yang menentukan?? Dan ingat juga sayang, anak adalah titipan....Mereka bukan milik kita...tapi milik Allah..."

Ah, mama mengingatkan saya.
Sesaat, saya seperti orang yang baru sadar dari mimpi buruk.

Kenapa tiba-tiba saya menjadi linglung begini. Melupakan ketetapan yang Allah berikan ke saya?? Kenapa tiba-tiba saya seperti menjadi orang yang buta dan tuli terhadap nikmat Allah?? Bukankah seharusnya saya bersyukur?? Bahwa apa yang terjadi pada si tengah saat ini, sungguh.....sama sekali tidak ada artinya,  dibanding segala kenikmatan yang Allah berikan kepada saya ??
Dan...bukankah si sulung, si tengah, si bungsu....adalah milik Allah?? Tentu saja Dia berhak melakukan apasaja terhadap milik-Nya...

Saya jadi teringat dengan kisah di masa lalu. Ketika seorang wanita sholihah mengabarkan kematian anaknya dengan perumpamaan yang sangat indah, terhadap suaminya. Dia meminta pendapat ke suaminya, bagaimana jika seorang pemilik, mengambil barang titipannya ke orang yang dititipi. Berhakkah orang yang dititipi untuk marah?
Ketika suaminya menjawab tidak, lalu iapun menjelaskan keadaan anak mereka, yang sudah diambil oleh Pemiliknya.

Subhanallah.
Sungguh. Saya tidak bisa membayangkan, terbuat dari apa hati wanita sholihah tersebut. Mungkin dari cahaya. Tidak seperti saya, yang pekat dengan dosa. Baru ditimpa musibah ringan saja, sudah merasa seperti orang yang paling menderita di dunia. Astaghfirullah.

Renungan sepanjang siang itu, tiba-tiba membuat hujan di diri saya berhenti. Cuaca kembali cerah.....

***************

Sore ini setelah Ashar, saya pergi ke RS. Di rumah ada si sulung dan si bayi kecil.
Saya pesan ke si sulung untuk sabar menunggu papanya yang pulang ke rumah sekitar satu jam lagi. Ya, si sulung ini masih agak takutan. Terbukti setelah saya pergi, dia menutup semua pintu, termasuk pintu kamar, tempat dia dan si bayi berdiam.

Sampai di RS....ternyata si tengah sudah pindah ruangan.
Ruangannya persis di depan nurse station.
Saya datang saat jam makan malam, sekitar jam 6.
Si tengah lagi disuapi perawat. Begitu melihat saya berdiri di depan pintu, dia langsung menangis histeris. Kasihan, kangen banget dia sama mamanya.

Sayapun bertukar tempat dengan perawat. Saya suapin dia.
Cuma beberapa suap, dia menolak makan. Lalu memeluk saya erat dengan tangan mungilnya. Alhamdulillah, badannya tidak panas. Kata perawat, demamnya sudah turun. Suhu badannya sudah normal, sekitar 36 derajat.

Sambil memeluknya, saya memperhatikan badan mungil itu.
Ada tiga kabel tipis menempel di dadanya. Kabel yang tersambung dengan monitor kecil yang menampakkan grafik detak jantung dan ...hm, grafik apa lagi ya.
Ada lagi satu kabel tipis yang dijepitkan di kaki. Dan...hei, jarum infusnya, berpindah ke tangan kiri.

Saya perhatikan tangan kanannya. Agak bengkak dan membiru.
Terlihat beberapa luka kecil. Sepertinya bekas infus. Atau bekas suntikan jarum untuk sampel darah. Ada bekas plester di sana sini. Juga ada sedikit luka terkelupas berwarna merah muda. Duh, coba ya...., kok perawatnya ngga diperhatiin sih ini tangan mungil.

Saya panggil perawat, dan menunjukkan luka tersebut. Dengan meminta maaf, si perawat mengambil tensoplast untuk menutupi luka, dan membersihkan sisa-sisa tempelan plester.
Si tengah agak memberontak. Mungkin sakit. Saya berusaha menenangkannya.

Sambil menggendongnya, saya memperhatikan seisi kamar. Ada empat tempat tidur di ruangan itu. Dua diantaranya terisi. Satu untuk si tengah, dan satu lagi untuk perempuan kecil. Tempat tidurnya persis bersampingan dengan tempat tidur si tengah. Perempuan kecil itu mungkin sekitar 2,5 th. Bagian kepalanya diperban. Mungkin habis dioperasi.
Perempuan kecil itu gelisah, menangis kecil, lalu memanggil mamanya. Kasihan, dia mengantuk, tapi tidak ada yang mengeloni. Duh nak, kalau boleh saya mau mengelonimu.

Ini nih resiko merawat anak sakit di lantai 3. Harus kuat dan tega mendengar suara-suara mungil menangis. Memanggil-manggil mamanya, yang mungkin belum sempat menjenguk, melihat anaknya. Mengandalkan perawat....ya, ngga bisa sepenuhnya. Paling banter mereka hanya menggendong sebentar, lalu si anak ditinggal pergi, dibiarkan menangis, berteriak dan meronta-ronta dan akhirnya tertidur karena capek. Kasian.....

Beberapa menit kemudian, si tengah tertidur pulas di pelukan saya. Saya letakkan di tempat tidur pelan-pelan. Dia bergerak sebentar, lalu...kembali terlelap. Wah, rekor nih. Biasanya dia cepat terbangun begitu diletakkan di tempat tidur.

Dia ngga tidur siang, kata perawat. Ooh, pantesan sekarang tidurnya nyenyak sekali.
Saya pun bersiap pulang. Saya ambil pakaian kotor si tengah, memasukkannya ke bungkusan kecil. Lalu melangkah keluar kamar.

Fffiiuuuuh....alhamdulillah...
Ini hari pertama saya mengakhiri hari tanpa airmata.

Terima kasih ya Allah. Akhirnya badai itu berlalu juga.
Terutama badai di hati ini......

**************************************

(masih empat hari lagi sebelum si tengah keluar RS....)

sodara2ku tercinta.......
terima kasih ya, atas empati dan doa2nya....
semoga Allah membalas segala kebaikan sodara2ku semua dengan pahala yang berlipat ganda....amiiin


NEXT
Genap 10 Hari: Susahnya Obyektif





[CPS] Demam Tinggi

19 June 2009 | comments (7)


17 Juni 2009.
Hari ini saya minta suami tetap cuti. Ya, seharusnya dia cuti dua hari saja.
Tapi saya minta supaya suami bisa tetap ke RS, melihat kondisi si tengah.
Rencananya pagi sampai sore suami yang jenguk. Setelah suami pulang, baru saya yang gantian pergi ke RS sampai malam.

Setelah sampai, suami sms ke saya. Katanya kondisi si tengah udah mendingan. Darah sudah mulai kering. Hidung dan mulut sudah ngga berlendir merah lagi. Panasnya masih ada, tapi ngga begitu tinggi, sekitar 38 derajat. Tapi si tengah masih rewel. Tetep minta gendong terus. Ngga boleh lepas sama sekali.
Alhamdulillah. Saya lega. Minimal ada kemajuan. Ngga ada darah.

Sorenya saya berangkat. Sambil membawa beberapa lembar baju, pampers dan mainan si tengah. 45 menit saya sampai di RS. Saya pelan-pelan masuk ke ruangannya. Hm, si tengah sedang rebahan, dengan posisi membelakangi pintu masuk. Sepertinya dia tidak sadar, kalau ada yang masuk.

Pelan-pelan saya letakkan tas dan barang2 bawaan. Lalu saya cuci tangan di wastafel dekat situ. Hm, masih belum bergerak juga si tengah, mendengar bunyi air keran mengalir.
Saya panggil namanya. Saya elus-elus rambutnya. Loh, masih belum nengok juga. Kok responnya lama sekali ya.

Agak lama kemudian, baru si tengah membalikkan badan. Dia langsung menangis, dan mengulurkan tangannya. Masya Allah, saya baru sadar, wajah mungil itu terlihat kurus. Dan begitu saya memeluknya, terasa panas badannya.
Ayo, jangan nangis. Kembali saya kuatkan hati saya. Walaupun mata sudah mulai basah.

Jam setengah 7, perawat datang membawakan makanan. Hm, bukan makanan kali ya, tapi larutan makanan. Ada sekitar 7 gelas yang masing-masing berisikan larutan nasi, ikan, miso, yogurt, jus, susu dan airputih. Alhamdulillah, si tengah mau makan. Saya suapin sesendok demi sesendok. Satu gelas larutan miso habis dan setengah gelas susu. Setelah itu si tengah menolak dan memeluk saya kembali.

Tapi, sepertinya tubuhnya bertambah panas. Saya panggil perawat, minta diukur suhu badannya. Ternyata 41 derajat !! Masya Allah.
Si perawat tenang saja, dan berkata, kalau dalam botol infus itu sudah ada obat penurun panas, jadi ngga akan ada masalah.
Duh, shobar...shobar...saya nenangin hati yang mulai panas. Ini perawat kok enteng banget ya ngomongnya.

Beberapa menit kemudian perawat lain datang membawa obat penurun panas yang agak keras. Yang harus dimasukkan lewat anus. Si tengah merintih pelan, ketika obat itu dimasukkan, seperti tidak ada tenaga lagi untuk menangis kencang.
Saya kembali menggendongnya, menenangkannya yang terus menerus gelisah.
Badan mungil itu terasa panas sekali. Ya Allah, ingin sekali terus memeluknya.
Ngga berapa lama, dokter datang. Memeriksa badan mungil itu.
Biasanya, setelah operasi, sering terjadi demam tinggi pada anak. Si dokter menjelaskan.

Jam 8 malam lewat sedikit. Perawat datang untuk mengusir saya. Sudah lewat jam jenguk. Ibu pulang saja, nanti biar saya yang menggendong anak ibu. Kata perawat.
Ya sudah, sayapun keluar kamar, kembali diiringi dengan suara tangisan si tengah yang begitu lemah.

Malam itu, saya keluar RS, dengan hati yang meleleh.

Sampai di rumah jam 9. Belum ada yang tidur. Saya menangis di hadapan suami dan si sulung. Saya bilang saya sedih sekali ninggalin si tengah dalam kondisi demam tinggi. Apa mungkin si perawat bakal terus menggendong dia? Ya jelas tidak. Karena perawat harus menangani beberapa anak sekaligus, bukan hanya si tengah saja. Lagian, sentuhan perawat pasti beda sama sentuhan ibu.
Astaghfirullah, ini hati kok jadi ngedumel terus ya.

Jam 11 malam. Saya baru mau sholat, ketika tiba-tiba telepon rumah berdering.
Duh, siapa pula yang menelpon malam-malam gini.
Ternyata, dari RS. Dari dokter yang menangani si tengah.
Cepat saya berikan telepon ke suami.
Agak lama dokter berbicara. Sementara hati saya terus bergemuruh.

Telepon ditutup.
Suami cerita, tadi dokter bilang, si tengah sempat kejang dua kali karena panasnya semakin tinggi. Dan sekarang si tengah dalam penanganan intensif. Dokter akan melalukan pemeriksaan detil terkait dengan demamnya yang tinggi. Untuk itu dokter minta persetujuan ke suami.

Astaghfirullah......
Saya sholat sambil menangis ngga berhenti-berhenti. Suami juga.
Sungguh, ingin rasanya terbang, segera menuju ke kamar si tengah.
Menggendongnya, memeluknya, memindahkan semua panasnya ke badan saya.....



[CPS] Hari Kedua, Episode Penuh Darah dan Airmata

| comments (6)

Hm, judulnya sinetron sekali yak. Tapi ini kenyataan.

16 Juni 2009.
Pagi-pagi sekali suami pergi ke RS. Hari ini operasi dilakukan pukul 9.
Selama suami pergi, seharian itu saya gelisah menunggu sms darinya.
Ya, saya ingin tau terus menerus kabar si tengah.

Pukul 9.45 si tengah masuk ruang operasi. Tak putus-putus saya berdoa.
Semoga operasinya berjalan lancar. CPS, memang tergolong operasi kecil.
Tapi tetep saja, tindakan medis sekecil apapun pasti ada resikonya.

Pukul 12 kurang, operasi selesai. Suami diminta menjemput si tengah di depan pintu ruang operasi. Suami cerita, si tengah menangis meraung-raung. Sepertinya pengaruh bius mulai menghilang, dan mungkin saja dia mulai merasa sakit dimulutnya. Sementara itu dari hidung dan mulutnya keluar darah, sisa luka operasi.

Sejak itu, si tengah dipeluk suami terus. Dia tidak mau dilepas. Walhasil baju suami jadi penuh darah. Suami sms saya, minta saya dan si sulung datang untuk melihat si tengah. Siapa tahu dia lebih terhibur dengan kehadiran semua. Sedangkan si bungsu dititipkan ke hoikuen saja, kata suami.

Jadinya, siang itu saya sibuk sekali. Saya siapkan perlengkapan si bayi 5 bulan. Setelah itu, dengan terpaksa saya tinggalkan si bayi, saya beli pampers dan bento untuk suami, yang sama sekali ngga bisa kemana-mana, karena terus menggendong si tengah. Lalu saya balik ke rumah, meletakkan belanjaan. Trus saya pergi lagi ke sekolah si sulung. Dan setengah berlari saya menuju lantai 4, ke ruang kelasnya si sulung. Saya harus cepat-cepat, mumpung masih jam makan siang.

Dari sekolah, saya dan si sulung menuju hoikuen. Sekitar 7 menitan dengan sepeda. Si bayi kecil saya gendong di belakang. Masih dengan nafas tersengal-sengal, saya masuk ke jidokaikan yang bisa jadi hoikuen dengan bayaran perjam. Tapiiiii....., ternyata saya ngga bisa menitipkan si bungsu, berhubung untuk nitipin harus yoyaku (=booking) sehari sebelumnya. Ya ampun. Saya ngedumel dalam hati. Saya lupa kalo di Jepang ini, semuuuaaa harus serba yoyaku

Tapi saya masih ngotot. Dengan suara dan tampang dimelas-melasin, saya jelaskan kalau saya harus menjenguk anak saya yang baru dioperasi. Dan bayi ini tidak boleh dibawa ke RS.
Yah, ini Jepang bu. Namanya peraturan harus ditaati. Biar kate dalam kondisi gawat darurat kyk sekarang. Lagi-lagi saya ngedumel melihat penolakan mereka. Walau diringi kalimat permohonan maaf dari mereka.

Syukurnya, saya teringat ada teman singapur yang baik hati, yang rumahnya ngga terlalu jauh. Dan alhamdulillah, dia bersedia dititipin si bungsu.

Singkat cerita, akhirnya sekitar pukul 5 lewat saya sampai di RS. Sayangnya si sulung ngga boleh masuk. Yang boleh hanya orangtua pasien saja.
Sampai di kamar, saya terkejut sekali melihat si tengah. Kondisinya itu, jauuuh berbeda dengan hari kemarin. Mukanya terlihat lemas, dengan mata yang bengkak, sepertinya karena kebanyakan menangis. Sekitar mulut dan hidung masih keluar tetesan darah. Kedua lengannya diganjal dengan semacam karton, agar tangannya tidak bisa memegang muka. Di salah satu tangan menempel jarum yang tersambung dengan selang infus.
Lalu dipunggungnya diletakkan seperti tas ransel yang berisi bantal es, untuk mendinginkan tubuhnya yang demam.
Mata saya berembun. Cepat saya rengkuh dia dalam pelukan saya. Diapun menangis, melihat saya, ibunya yang ditunggu-tunggunya. Sekuat tenaga saya menahan tangis. Badannya panas. Dia gelisah sekali. Mungkin kagok dengan kondisi mulutnya.

Suami dan sulung sudah pulang. Saya masih bertahan di sini. Seharusnya pukul 8 malam jam bezuk selesai. Tapi kata perawat, karena si tengah baru saja operasi, tidak apa-apa kalau ibunya mau lebih lama lagi menemani dia. Syukurlah.

Pukul 10 malam, saya diusir. Percayakan pada kami, kata perawat. Akhirnya saya keluar dari ruangan, diiringi dengan tangisan si tengah. Darah dari hidung dan mulut masih terus keluar.
Jilbab saya pun berdarah-darah. Untung warnanya gelap, jadi ngga begitu kelihatan.

Malam itu hujan. Sambil memegang payung, saya berjalan menuju stasiun. Mata saya basah. Juga hati saya. Tidak tega rasanya meninggalkan si tengah. Ingin rasanya terus menerus berada di sampingnya, sampai kondisinya pulih. Tadi sore saya  minta suami ngomong ke perawat untuk merubah opsi perawatan si tengah. Saat ini opsinya adalah perawatan tanpa ortu, di lantai 3. Sedangkan perawatan bersama ortu yg nginep ada di lantai 6.

Ternyata, untuk perawatan dengan ortu, semua sudah terisi, alias full. Ada sih, kamar khusus dengan pelayanan VIP, tapi harganya selangit. Sepertiga gaji suami. Glek.
Ya sudahlah. Memang sudah takdir.

Sampai di rumah, pukul 11. Semua sudah tidur. Saya bersihkan badan, lalu berwudhu dan sholat. Saya menangis sejadi-jadinya. Teringat terus dengan keadaan si tengah tadi.
Ya Allah, beri saya kekuatan. Ya Allah, lindungi selalu anakku....beri dia kesembuhan secepatnya............................


NEXT
HARI KETIGA; Demam Tinggi

[CPS] Hari Pertama

| comments (3)

(CPS = Cleft Palate Surgery)

15 Juni 2009
Akhirnya, hari ini datang juga. Hari dimana si tengah akan masuk RS. Dan besok paginya CPS akan dilakukan. Semua perlengkapan untuk menginap selama 10 hari, saya siapkan. Alhamdulillah, pagi itu sebelum berangkat, dia sempet makan dan minum susu, walau cuma sedikit. Agak rewel dikit, karena masih hawa ngantuk. Syukurnya lagi, kondisinya keliatan sehat. Ga ada meler dan ga ada batuk. Khawatir aja kalau operasinya diundur lagi.

Oiya, saya ngga ikutan nganter ke RS, berhubung ada si bungsu yang masih lima bulan. Papanya keberatan kalo si bayi mungil ikutan ke RS. Maklum, sekarang di Jepang wabah flu babi makin banyak. Jadinya kalau ngga perlu, sebisa mungkin bayi kecil tinggal di rumah aja.

Setelah mereka pergi, hm, rumah jadi sepi banget yak. Biasanya rame sama tingkah si tengah yang selalu bikin seisi rumah heboh. Hehe. Saya kok rasanya hari ini jadi santai sekali ya. Sambil beberes sana sini, pikiran saya jadi melayang. Gimana nanti ya si tengah di RS. Ntar malam tidurnya gimana ya. Malam pertama tanpa ortu di sisinya. Biasanya kalau malam, dia suka megangin tangan saya sambil diletakkan di pipinya yang gembul.
Fiuh, tahan emosi. Ntar hujan lagi. Yasud, saya berdoa, semoga semua berjalan lancar.

Malamnya, suami pulang ke rumah, dan cerita panjang lebar. Yappari, begitu sampai RS si tengah nangis. Suasana baru, dengan orang-orang yang tidak dikenal. Jadinya minta dipeluk terus. Gitu juga pas dimandiin suami. Masih tetep aja nangis dan ngga mau lepas. Apalagi pas malam, waktu suami mau pulang.

Malam itu, si sulung ulang-ulang bergumam, sabishi naaa.... (=sepi banget yak)
Hmm, cobaan. Selama beberapa hari ke depan, menjalani hidup tanpa satu anggota keluarga. Mana anggota keluarga yang ini, tergolong superstar. Selalu menyita perhatian seisi rumah dengan tawanya yang lucu dan perutnya yang buncit itu.

Oiya, sekedar info. Cleft Palate Surgery adalah operasi penutupan rongga langit-langit. Si tengah sejak usia 7 bulan dalam kandungan sdh terdeteksi menderita cleft lip and palate alias bibir sumbing dan langit2 terbelah. Operasi bibir sudah dilakukan waktu usianya 3 bulan. Dan untuk penutupan rongga langit-langit ini, adalah operasi tahap dua, dilakukan sekarang ketika usia si tengah menjelang 1,5 th. Tahap tiga dilakukan usia 7 tahun, untuk memperbaiki posisi gusi yang juga terbelah. Yang terakhir, tahap empat untuk finishing touch, dilakukan di usia 17 tahun.

Subhanallah, untuk memperbaiki sedikit `kekurangan` saja, memakan waktu yang lama.
Betapa rumitnya penciptaan organ-organ tubuh manusia. Dan betapa lemahnya manusia di hadapan sang Maha Pencipta.

Saya bersyukur sekali, si tengah hanya menderita cacat yang ringan saja. Itupun masih bisa diperbaiki. Bagaimana dengan anak-anak yang menderita cacat berat baik fisik ataupun organ-organ penting lainnya?  Benar-benar ujian berat bagi orangtuanya.





[CPS] Hari Ketiga: Demam Tinggi

| comments (7)


17 Juni 2009.
Hari ini saya minta suami tetap cuti. Ya, seharusnya dia cuti dua hari saja.
Tapi saya minta supaya suami bisa tetap ke RS, melihat kondisi si tengah.
Rencananya pagi sampai sore suami yang jenguk. Setelah suami pulang, baru saya yang gantian pergi ke RS sampai malam.

Setelah sampai, suami sms ke saya. Katanya kondisi si tengah udah mendingan. Darah sudah mulai kering. Hidung dan mulut sudah ngga berlendir merah lagi. Panasnya masih ada, tapi ngga begitu tinggi, sekitar 38 derajat. Tapi si tengah masih rewel. Tetep minta gendong terus. Ngga boleh lepas sama sekali.
Alhamdulillah. Saya lega. Minimal ada kemajuan. Ngga ada darah.

Sorenya saya berangkat. Sambil membawa beberapa lembar baju, pampers dan mainan si tengah. 45 menit saya sampai di RS. Saya pelan-pelan masuk ke ruangannya. Hm, si tengah sedang rebahan, dengan posisi membelakangi pintu masuk. Sepertinya dia tidak sadar, kalau ada yang masuk.

Pelan-pelan saya letakkan tas dan barang2 bawaan. Lalu saya cuci tangan di wastafel dekat situ. Hm, masih belum bergerak juga si tengah, mendengar bunyi air keran mengalir.
Saya panggil namanya. Saya elus-elus rambutnya. Loh, masih belum nengok juga. Kok responnya lama sekali ya.

Agak lama kemudian, baru si tengah membalikkan badan. Dia langsung menangis, dan mengulurkan tangannya. Masya Allah, saya baru sadar, wajah mungil itu terlihat kurus. Dan begitu saya memeluknya, terasa panas badannya.
Ayo, jangan nangis. Kembali saya kuatkan hati saya. Walaupun mata sudah mulai basah.

Jam setengah 7, perawat datang membawakan makanan. Hm, bukan makanan kali ya, tapi larutan makanan. Ada sekitar 7 gelas yang masing-masing berisikan larutan nasi, ikan, miso, yogurt, jus, susu dan airputih. Alhamdulillah, si tengah mau makan. Saya suapin sesendok demi sesendok. Satu gelas larutan miso habis dan setengah gelas susu. Setelah itu si tengah menolak dan memeluk saya kembali.

Tapi, sepertinya tubuhnya bertambah panas. Saya panggil perawat, minta diukur suhu badannya. Ternyata 41 derajat !! Masya Allah.
Si perawat tenang saja, dan berkata, kalau dalam botol infus itu sudah ada obat penurun panas, jadi ngga akan ada masalah.
Duh, shobar...shobar...saya nenangin hati yang mulai panas. Ini perawat kok enteng banget ya ngomongnya.

Beberapa menit kemudian perawat lain datang membawa obat penurun panas yang agak keras. Yang harus dimasukkan lewat anus. Si tengah merintih pelan, ketika obat itu dimasukkan, seperti tidak ada tenaga lagi untuk menangis kencang.
Saya kembali menggendongnya, menenangkannya yang terus menerus gelisah.
Badan mungil itu terasa panas sekali. Ya Allah, ingin sekali terus memeluknya.
Ngga berapa lama, dokter datang. Memeriksa badan mungil itu.
Biasanya, setelah operasi, sering terjadi demam tinggi pada anak. Si dokter menjelaskan.

Jam 8 malam lewat sedikit. Perawat datang untuk mengusir saya. Sudah lewat jam jenguk. Ibu pulang saja, nanti biar saya yang menggendong anak ibu. Kata perawat.
Ya sudah, sayapun keluar kamar, kembali diiringi dengan suara tangisan si tengah yang begitu lemah.

Malam itu, saya keluar RS, dengan hati yang meleleh.

Sampai di rumah jam 9. Belum ada yang tidur. Saya menangis di hadapan suami dan si sulung. Saya bilang saya sedih sekali ninggalin si tengah dalam kondisi demam tinggi. Apa mungkin si perawat bakal terus menggendong dia? Ya jelas tidak. Karena perawat harus menangani beberapa anak sekaligus, bukan hanya si tengah saja. Lagian, sentuhan perawat pasti beda sama sentuhan ibu.
Astaghfirullah, ini hati kok jadi ngedumel terus ya.

Jam 11 malam. Saya baru mau sholat, ketika tiba-tiba telepon rumah berdering.
Duh, siapa pula yang menelpon malam-malam gini.
Ternyata, dari RS. Dari dokter yang menangani si tengah.
Cepat saya berikan telepon ke suami.
Agak lama dokter berbicara. Sementara hati saya terus bergemuruh.

Telepon ditutup.
Suami cerita, tadi dokter bilang, si tengah sempat kejang dua kali karena panasnya semakin tinggi. Dan sekarang si tengah dalam penanganan intensif. Dokter akan melalukan pemeriksaan detil terkait dengan demamnya yang tinggi. Untuk itu dokter minta persetujuan ke suami.

Astaghfirullah......
Saya sholat sambil menangis ngga berhenti-berhenti. Suami juga.
Sungguh, ingin rasanya terbang, segera menuju ke kamar si tengah.
Menggendongnya, memeluknya, memindahkan semua panasnya ke badan saya.....


NEXT
HARI KEEMPAT: Badai Pasti Berlalu



[CPS] Hari Pertama

| comments (3)

(CPS = Cleft Palate Surgery = Operasi Sumbing Bibir dan Langit-langit)

15 Juni 2009

Akhirnya, hari ini datang juga. Hari dimana si tengah akan masuk RS. Dan besok paginya CPS akan dilakukan. Semua perlengkapan untuk menginap selama 10 hari, saya siapkan. Alhamdulillah, pagi itu sebelum berangkat, dia sempet makan dan minum susu, walau cuma sedikit. Agak rewel dikit, karena masih hawa ngantuk. Syukurnya lagi, kondisinya keliatan sehat. Ga ada meler dan ga ada batuk. Khawatir aja kalau operasinya diundur lagi.

Oiya, saya ngga ikutan nganter ke RS, berhubung ada si bungsu yang masih lima bulan. Papanya keberatan kalo si bayi mungil ikutan ke RS. Maklum, sekarang di Jepang wabah flu babi makin banyak. Jadinya kalau ngga perlu, sebisa mungkin bayi kecil tinggal di rumah aja.

Setelah mereka pergi, hm, rumah jadi sepi banget yak. Biasanya rame sama tingkah si tengah yang selalu bikin seisi rumah heboh. Hehe. Saya kok rasanya hari ini jadi santai sekali ya. Sambil beberes sana sini, pikiran saya jadi melayang. Gimana nanti ya si tengah di RS. Ntar malam tidurnya gimana ya. Malam pertama tanpa ortu di sisinya. Biasanya kalau malam, dia suka megangin tangan saya sambil diletakkan di pipinya yang gembul.
Fiuh, tahan emosi. Ntar hujan lagi. Yasud, saya berdoa, semoga semua berjalan lancar.

Malamnya, suami pulang ke rumah, dan cerita panjang lebar. Yappari, begitu sampai RS si tengah nangis. Suasana baru, dengan orang-orang yang tidak dikenal. Jadinya minta dipeluk terus. Gitu juga pas dimandiin suami. Masih tetep aja nangis dan ngga mau lepas. Apalagi pas malam, waktu suami mau pulang.

Malam itu, si sulung ulang-ulang bergumam, sabishi naaa.... (=sepi banget yak)
Hmm, cobaan. Selama beberapa hari ke depan, menjalani hidup tanpa satu anggota keluarga. Mana anggota keluarga yang ini, tergolong superstar. Selalu menyita perhatian seisi rumah dengan tawanya yang lucu dan perutnya yang buncit itu.

Oiya, sekedar info. Cleft Palate Surgery adalah operasi penutupan rongga langit-langit. Si tengah sejak usia 7 bulan dalam kandungan sdh terdeteksi menderita cleft lip and palate alias bibir sumbing dan langit2 terbelah. Operasi bibir sudah dilakukan waktu usianya 3 bulan. Dan untuk penutupan rongga langit-langit ini, adalah operasi tahap dua, dilakukan sekarang ketika usia si tengah menjelang 1,5 th. Tahap tiga dilakukan usia 7 tahun, untuk memperbaiki posisi gusi yang juga terbelah. Yang terakhir, tahap empat untuk finishing touch, dilakukan di usia 17 tahun.

Subhanallah, untuk memperbaiki sedikit `kekurangan` saja, memakan waktu yang lama.
Betapa rumitnya penciptaan organ-organ tubuh manusia. Dan betapa lemahnya manusia di hadapan sang Maha Pencipta.

Saya bersyukur sekali, si tengah hanya menderita cacat yang ringan saja. Itupun masih bisa diperbaiki. Bagaimana dengan anak-anak yang menderita cacat berat baik fisik ataupun organ-organ penting lainnya?  Benar-benar ujian berat bagi orangtuanya.

NEXT
HARI KEDUA: Episode Penuh Darah dan Airmata





Ngubekin foto

28 May 2009 | comments (6)

Kebutuhan ngubek...eh mengedit foto digital, saat ini menjadi penting, kalau ngga mau didemo banyak orang...hehe. Iyalah, rata2 foto yang kita ambil dari kamera, itu ukurannya besaaaarr sekali. Dan untuk mengupload, atau menempatkannya di internet, entah di imel ato di situs, perlu waktu yang lamaaaaa sekali.
Untuk melihatnya juga perlu waktu,...ya karena itu tadi, data yang harus ditampilkan di layar, menyerap energi yang banyaaaakkk sekali untuk ditampilin.
Walhasil kita ataupun fans kita (hihi)  jadi sebel bin bete, karena urusan ngupload/download foto ini.
 
Sebenarnya ada cara mudah untuk mengecilkan ukuran foto/gambar yang kita miliki.
Di internet, tersedia banyaaaaaaakkk (a-nya banyak banget yak) software untuk mengedit gambar.
Software ini terbagi dua:
 
1. Online
Kita tidak perlu menginstall software ini krn web based (dah tersedia di web gituuu).
Cukup upload foto yang mau diedit, lalu edit sesuai yang diinginkan,
yg mo digunting, dihias, diwarnain, dikecilin, pokoknya terserah kita. Dalam waktu singkat, foto yang kita inginkan dah jadi :)
Ada untung ruginya menggunakan software online ini.
Enaknya, ya itu tadi, kita ga perlu nginstall. Ngga repot. Dan ngga ngabisin space komputer kita.
Ngga enaknya, yaaa....jejak foto kita tadi, akan tersimpan di server penyedia software tadi.
Tapi kalau merasa ok-ok aja, its fine.
Oiya, satu lagi ga enaknya, kalau koneksi internet kita termasuk yang lelet mode, yaaa.... siap-siap aja begadang semalaman (maap, agak hiperbola) nunggu proses ngeditnya selesai :D
 
Ini beberapa linknya:
http://pixenate.com/ --> ini top punya :)
http://www.gifworks.com/image_editor.html --> bisanya utk format GIF aja
http://www.phixr.com/ --> bisa utk semua format
 
Tapi, kalau cuma mo ngecilin, tanpa ngedit foto, mendingan pake yg ini:
 
2. Ngga online (hehe, bingung nyari istilahnya :D)
Naah, ini kudu diinstall. Ada yg gratis, dan ada yg ga gratis. Disini saya sebutin yg gratis aja ye.
Untung ruginya, ya kebalikan dari software online tadi.
Eh, ada tambahan keuntungan.
Kalo satu saat, internet kita terputus, kita tetap bisa ngedit foto/gambar yang kita miliki :)
 
http://picasa.google.com/ (ini punya om google, tapi ati2...sizenya besaaaaar sekaleeee)
http://www.snapfiles.com/get/pixia.html (yg ini ga terlalu gede, dah gitu made in japan lagi :D)
 
Ok...dah siap2 ngedit foto????

Lucunya

26 May 2009 | comments (5)

Si tengah udah 1 tahun 5 bulan. Sampai hari ini, adaaaa aja kemajuan si bayi besar ini.

Gigi udah mau sembilan. Trus udah mulai suka pegang makanan pake tangan yg kecil bin imut itu.
Pokoknya tiap acara makan, itu jari kecil harus ikutan nyosor. Secara emaknya kalo ngasih makanan selalu yang berkuah2, ....bisa dibayangin deh, ngimana hebohnya acara makan. Ada bunyi kecipak kecipuk segala ^-^

Minum dot udah bisa megang sendiri, dan ngga dimainin, maksudnya bener2 diminum gitu loh. Khusyuk, sampai abis. Kalo sebelumnya, udah bisa pegang, tapi untuk ditumpah2in :D
Walhasil emaknya tertolong banget. Bisa nyambi ngapa2in selama ni anak nyusu.

Udah mulai panjat tebing...eh  panjat kulkas. Karena kulkasnya terdiri dari beberapa laci, jadinya dia seneng banget, bisa eksperimen panjat tebing. Trus sekarang mulai belajar buka-buka itu laci.
Glek.

Trus udah  bisa nyebrang lautan...eh maksudnya nyebrang pagar yang membatasi antara ruang makan dan dapur. Emaknya emang sengaja masang pagar buatan yang mana sekarang tinggi pagar itu cuma sepinggang sang bayi. Yah, si bayi tambah tinggi, dan bisa dengan mudah nyebrangin ntu pagar. Selama ini, pagar itu bener2 berfungsi banget. Si emak bisa nyante gedubrakan di dapur, tanpa harus khawatir ada badan mungil yang gentayangan di deket kompor :D

Sekarang udah suka sholat. Kapanpun dimanapun. Tau2 aja, itu tangan mungil disedekapin. Trus mulut kecil itu bergumam panjang lebar, ga jelas, tapi bikin nyengir. Soalnya tampangnya khusyuk banget. Dah gitu ga pake acara ruku, langsung sujud, daaan....langsung lari, nyambung maen lagi.
Hehe. Yang lucu, waktu itu si abang lagi ngapalin surat, eh, si bayi besar ini malah joget.....nggoyang2in badannya...dipikirnya si abang lagi nyanyi apa yak ^-^

Trus, si bayi besar ini, juga suka ikut2an gendong adiknya si bayi kecil. Hayyaaahh....sesama bayi gitu loh. Kadang2 ikut2an nepuk punggung adiknya, niruin emaknya yang suka nepok, nyendawain si bayi. Bedanya ntu anaknya nepoknya pake tenaga dalam. Weleh-weleh, emaknya langsung heboh dah..

Insya Allah, tgl 16 Juni nanti, si bayi besar ini mau dioperasi. Nutup langit2nya yang bolong :).
Iya, dia terkena cleft palate, alias sumbing bibir dan langit2. Untuk bibir dah dioperasi waktu masih umur 3 bulan. Selanjutnya, ya nutup langit2 tadi. Setelah itu, sebenarnya masih ada beberapa tahap yang harus dilewati lagi. Seperti operasi gusi bagian atas, yang juga ikut terbelah. Dan operasi hidung, yang sebenarnya selintas terlihat normal. Tapi hidung yang sebelah kiri, agak ketarik, alias lobangnya lebih kecil, efek dari dijahitnya bibir atas.

Kasian juga, ni anak. Udah kenyang sama urusan nginep di rumah sakit. Waktu dua bulan pernah diopname, karena diare berat. Bayangin, kaki yang masih mungil itu, udah biru-biru ditusuk sama jarum infus. Umur tiga bulan, kembali diopname. Dan....beberapa minggu lagi, insya Allah, kejadian yang sama akan terulang. Masuk ruang operasi. Hiks.

Tapiiiii, alhamdulillah, fisiknya sehat selalu. Ngga ada gangguan berarti. Apalagi kalau ngeliat sehari2nya yang bikin emaknya heboohhh--- dengan teriakan khass...."Astaghfirullahalazhiiimmm...........Muaaaazzzzz"--hehehe....

Sepuluh hari di rumah sakit. Duh, kuat ngga ya, si emak berjauhan sama bayi besarnya. Yang tiap hari selalu dipeluk, digendong, diciumin, digigit...
.


Huaaaaaa...............

19 March 2009 | comments (13)

"Mama, naik jetcoaster yuk?"
"Apa?? Jetcoaster??"
"Iya, jetcoaster yang itu tuh," seru anak sulung saya yang berusia delapan tahun, sambil menunjuk sebuah jetcoaster yang menjulang tinggi beberapa ratus meter di hadapan kami.

Glek, saya menelan ludah. Hm, berani ngga ya? Sudah lama sekali ngga naik jetcoaster. Terakhir ketika saya masih pengantin baruan dengan suami. Ya, hampir sembilan tahun yang lalu.Itupun ketika selesai naik jetcoaster, saya langsung berikrar di hadapan suami, untuk tidak menaiki jetcoaster lagi seumur hidup! Hehe. Saking traumanya.

"Gimana Ma? Mau ngga??"
"Ya sudah, kita kesana aja dulu. Nanti kalau dah depan pintu masuk, Mama pikir-pikir dulu..."

Sambil berkali-kali menelan ludah, kami menuju kesana. Saya mendorong babycar yang berisi anak ketiga kami, si bayi mungil usia dua bulan. Sementara suami agak kewalahan menggendong anak kedua kami, si tengah yang berusia setahun lebih. Si tengah agak rewel, sepertinya kehausan.

Begitu tiba di depan pintu masuk jetcoaster, si sulung dengan semangat ingin segera masuk.
"Duh nak, jangan masuk dulu....", setengah teriak saya memanggilnya.
"Loh, kenapa Ma?"
"Mama mau bikinin minum dulu untuk adikmu".
"Yaaaaa.....masih lama dong".
"Sabar sayang, nanti kan juga naik".
Alasan yang tepat. Padahal cuma pengen ngulur waktu.

Di depan pintu masuk jetcoaster, beberapa baris bangku berjejer. Kami mengambil tempat di situ. Saya segera membuat minuman untuk si tengah. Sementara suami sibuk menenangkannya yang kehausan dan terlihat mulai ngantuk. Si sulung lagi asyik menatap tiang-tiang jetcoaster yang berdiri kukuh dihadapannya. Belum ada pengunjung yang naik.

Hari ini amusement park yang kami kunjungi, memang agak sepi, karena bukan hari libur. Suami kebetulan dapat jatah cuti. Dan syukurnya lagi, kami mendapat tiket masuk amusement park gratis dari kantor suami. Ternyata enak juga pergi di hari kerja kayak sekarang. Lebih sepi, dan ngga perlu antri untuk menikmati wahana-wahana di sini.

Tidak berapa lama, terlihat empat orang anak muda menuju counter karcis. Si sulung mengamati jetcoaster yang mulai bergerak ke atas, setelah dinaiki pengunjung yang cuma empat orang tadi. Suara gesekan disertai hentakan roda-roda jetcoaster terdengar nyaring . Membuat nyali makin menciut. Ketika jetcoaster sampai di puncak rel tertinggi.....

"Aaaaaaaaaa....."
"Huwaaaaaaa....."
"Kowaaaaaaiiiiiiii......"

Teriakan demi teriakan terdengar begitu jelas. Terutama di telinga saya yang sedang sibuk menenangkan hati.

"Gimana Papa?? Mama naik ngga ya?"
Tanya saya ke suami yang sedang sibuk menggendong sambil meminumkan si tengah.
"Hmmm.....".
Suami saya cuma bergumam pelan.

"Atau Papa aja yang naik, temenin anaknya. Mama jagain bayi-bayi, gimana??", bujuk saya.
"Udah, Mama aja deh...", suami saya berusaha mengelak.
"Iyya deeeeh......tapi Mama mau ke toilet dulu nih. Ada hajatan".
"Ya ampun, segitu takutnya sampai harus ke toilet dulu".
"Yeee, ini memang dari tadi udah pengen ke toilet kok. "
Hehe. Padahal memang, karena pengaruh takut juga, keinginan ke toilet makin menjadi-jadi. Hihi.

Sekembalinya dari toilet....

"Mama....ayo, cepetan". Si sulung kembali berteriak.
"Iya sayang, Mama istirahat dulu. Tadi kan habis dari toilet".
Alasan saja. Padahal masih takut. Ya, minimal ngumpulin nyali dulu deh.

Si sulung masih bersabar. Didudukinya bangku di dekat pintu karcis. Tidak berapa lama, pengunjung lainnya, sepasang suami isteri dan seorang anaknya yang mungkin masih tiga tahunan, berjalan mendekati pintu karcis.  Penampilan mereka terlihat modis. Sepertinya masih sangat muda. Si ibu duduk dengan si anak. Sedangkan sang ayah membeli karcis. Lalu berjalan menuju pintu masuk. Ternyata si ayah saja yang seorang diri menaiki jetcoaster.  Karena tidak ada pengunjung lain selain mereka, dan tentu saja kami, yang dari tadi masih duduk-duduk saja.

Si sulung kembali mendekati tiang pembatas.  Memperhatikan dengan seksama jetcoaster yang melaju kencang bersama seorang penumpangnya. Si ayah trendi tadi.

"Papa...., Papa aja yang naik ya?", bujuk saya lagi.
"Loooh, gimana sih. Katanya tadi Mama yang mau naik. Kasihan tuh anaknya".
"Papa aja deeeeh. Mama jadi takut lagi nih."
"Papa juga takut sebenarnya sih. Mama kan tau, kalo Papa takut ketinggian."
"Tapi kok kalau naik pesawat berani. Pesawat malah lebih tinggi..."
"Ya beda dong. Kalau di pesawat kan ngga keliatan seremnya...."
"Sama aja ah. Pokoknya Papa aja yang naik.."
"Yaaa...jangan gitu dong. Mama aja deeehhhh."
"Duh, si Papa, mo naik jetcoaster aja pake dorong-dorongan gini. Kayak mo ngapain aja."

"Ya sudah kalau gitu. Ini pegang dulu anaknya. Papa mau ke toilet dulu. Dah ngga tahan dari tadi."
Suami menyerahkan si tengah yang sudah tertidur pulas.
"Bener nih ngga tahan? Atau karena takut juga???.....,"goda saya."
"Beneran tauuuu...", jawab suami saya sambil setengah berlari menuju toilet.

Ampyuuuun deh. Ini urusan naik jetcoaster aja susah amat sih. Pikir saya sambil tertawa geli. Ngga suami ngga isteri, sama-sama penakut.....hehe.
 
Saat suami di toilet, si sulung mendekati saya.
"Ma, katanya mau naik. Ayo dong....".
Si sulung akhirnya kehilangan kesabaran juga. Melihat ortunya yang dari tadi cuma hilir mudik ke toilet. Entah sudah beberapa pengunjung yang bergantian menaiki jetcoaster, sementara dirinya hanya bisa memandang dari dekat dengan rasa penasaran.

"Ma, kenapa sih, Mama takut? Kok Papa juga takut sih? Itu aja tadi Papanya berani. Sendirian lagi naiknya....". Si Sulung membandingkan sama si ayah trendi tadi.
"Hmm,.....ya...orang kan lain-lain sayang. Ada yang berani, ada yang ngga. Ngga bisa disamain."
"Tapi kan aku pengen naik Ma...".
"Iya, nanti Insya Allah tetep naik. Tapi ngga tau sama siapa...Mama sama Papa mikir dulu ya..."
Padahal dari tadi mikir dan berunding mulu.
"Iya deh. Tapi beneran ya...harus naik." katanya sambil sedikit merengut.

Kasian deh si sulung. Ini pertama kali dia bisa menaiki wahana orang dewasa. Tingginya sudah memenuhi syarat. Sebelum-sebelumnya dia hanya bisa bermain di wahana khusus anak-anak.

"Ayo sayang, kita naik....".
Suami yang baru datang dari toilet, langsung mengajak si sulung.
Akhirnya..... suami saya jadi juga naik jetcoater bareng si sulung. Demi menyenangkan anak, suami berhasil mengalahkan rasa takutnya. Hebat euy. Ketika melihat mereka naik, saya terus berdoa, semoga Tuhan menguatkan hati suami saya....

Saya perkirakan, perjalanan naik jetcoaster tidak terlalu lama. Mungkin cuma tiga sampai lima menit. Tapi tentu saja, menit menit yang sangat mendebarkan. Hm, apa saya coba saja ya? Masak begitu aja takut sih.

Saat memperhatikan suami dan anak saya yang sedang melayang bersama jetcoaster, tiba-tiba saya jadi pengen ikutan juga.

Hm, naik aja apa ya?
Jangan ah, ntar kalo mati?
Hah, mati??
Iya, mati. Kamu kan kolesterolnya tinggi. Ntar pas lagi naik jetcoaster, saking takutnya tau-tau jadi ngga bisa bernapas, karena ada penyumbatan.....trus mati deh....
Atau kali aja, penahan jetcoasternya ngga kuat, trus jatuh deh......langsung tewas....hiiiiyy
Gimana?? Kan malu-maluin tuh, masak mati di atas jetcoaster...Ngga elit amat euy....
Belum lagi persiapan amal....Emangnya amalmu dah banyak....??

Suara-suara dalam hati saya bersahut-sahutan.

Duh, ini kok jadi kemana-mana mikirnya. Udah, naik aja sono. Bismillah deh. Insya Allah ada manfaatnya. Bisa nyenengin anak, sekalian belajar ngalahin rasa takut.

Setelah suami dan anak saya selesai menaiki jet coaster....
"Sayang, yuk naik lagi. Temenin Mama..", ajak saya ke si sulung.
"Heee, bener?? Mama mau naik??", tanya si sulung, ngga percaya.
"Kalau takut, ngga usah dipaksa", kata suami.
"Iya, bener. Insya Allah mama berani". Jawab saya sambil nguatin hati.
"Kamu ngga apa-apa kan, naik lagi sama mama."
"Ngga apa-apa kok, aku malah senang banget".

Akhirnya, saya berhasil menaiki jetcoaster dengan sukses. Setelah sebelumnya, berbagai surat saya baca. Dari Al-Fatihah sampai ayat Kursi.....
Duh, kayak mau perang aja ya.....

Yah, paling ngga saya sudah berhasil menaklukkan rasa takut yang ngga penting. Hehe.
Saya pernah baca, katanya sih untuk menghilangkan rasa takut atau trauma, ya dengan melakukan hal yang ditakuti itu sendiri. Kalau takut ketinggian, sering-seringlah naik tempat tinggi. Kalau takut kegelapan, sering-seringlah masuk tempat gelap. Semakin sering dilakukan, maka perlahan rasa takut itu akan hilang.

Alhamdulillah, saya bisa juga naik jetcoaster lagi. Di saat udah jadi emak-emak. Emak beranak tiga euy. Padahal beneran loh.....Saya ngga nyangka bisa seberani ini. Hihi, norak banget yak.....





 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Refleksi Kehidupan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger